M. Nurdin Abdullah (Bupati Bantaeng)

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 28 July 2017

Naskah: Suci Yulianita/Sahrudi, Foto: Sutanto/Dok. Humas/Istimewa


Menyebut nama Nurdin Abdullah, maka hal yang tersirat hanya satu yakni sosok bupati yang mampu mengubah daerahnya menjadi lebih baik dalam tempo relatif singkat. Prinsip membangun dengan hati, menjadikan dia dicintai rakyatnya. Tak berlebihan kalau kemudian Bupati Banteng, Sulawesi Selatan ini disebut sebagai ‘rising star’ dari Butta Toa, sebutan lain Bantaeng.

Humble dan familiar, begitulah gaya Nurdin Abdulah. Tak ada sekat sosial bila berbicara dengan siapapun. Begitulah yang terekam oleh Men’s Obsession saat bertandang ke ruang kerjanya di kantor Asosiasi Pemerintahan Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) di bilangan Jakarta Pusat. O ya, selain bupati, Nurdin Abdullah juga menjabat Sekretaris Jenderal (Sekjen) Apkasi.


Selagi kami menunggu di ruang rapat kerjanya yang cukup luas dan tertata apik, Nurdin tiba-tiba masuk, mengucap salam dan tanpa sungkan langsung mengambil beberapa biji buah lengkeng yang tersaji di meja kerja sembari tak lupa menawari kami untuk mencicipinya juga. “Ayo, ayo...jangan malu,” tawarnya dengan logat Makassar yang khas plus gesture tubuh yang mengesankan keakraban. Suasana pun cair seketika. Terlebih saat pria kelahiran Parepare, 7 Februari 1963, ini membuka obrolan dengan cerita-cerita segarnya. Teryata, di balik penampilannya yang tinggi besar, suami dari Liestiaty F. Nurdin ini juga figur yang humoris. Begitu pula dalam kepemimpinannya.


Karakter kempimpinan Nurdin memang berbeda dengan kebanyakan kepala daerah. Sejak menjabat bupati, ia mengubah manajemen pemerintahan birokratis menjadi ala corporate yang selalu melayani masyarakat, ramah, mudah, murah dan tidak berbelit-belit. Tapi soal disiplin, ketegasan dan keberanian dalam menegakkan aturan dan hukum, jangan ditanya lagi. Banyak warganya sudah menjadi saksi soal kedisiplinan, ketegasan dan keberaniannya.


Wataknya itu sudah terlihat sejak periode pertama kepemimpinannya sebagai Bupati Bantaeng (2008 hingga 2013). Rakyatnya memahami itu dan ketika jabatan periode pertamanya habis, masyarakat di Butta Toa (sebutan khas Bantaeng) berjuang bersama-sama agar Nurdin terpilih lagi di periode kedua. Macam-macam caranya, ada yang melakukannya dengan melakukan penggalangan KTP (Kartu Tanda Penduduk), ada yang membuat pernyataan sikap dan lainnya.