Rektor Inspiratif 2017

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 20 May 2017

Naskah: Gyattri F.P., Foto: Sutanto

Sejak dipercaya menjadi Rektor Institut Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) pada 2015 lalu, berbagai gebrakan telah dilakukan Prof. Ir. Joni Hermana, MScEs., Ph.D. Maka tak ayal, berbagai penghargaan baik dari dalam dan luar negeri diraih ITS. Kini, pria kelahiran Bandung, 18 Juni 1960 ini berkomitmen mempersiapkan kampusnya menjadi Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN BH) terbaik di Indonesia.

 

Perjalanan karir Joni sebelum menjadi orang nomer wahid di ITS terbilang panjang, pada 1986, setelah menyelesaikan pendidikannya di Institut Teknologi Bandung (ITB), pria rendah hati dan humble ini menjadi dosen di ITS. 

 

Pada 1989, Joni kembali ke Belgia untuk melanjutkan program magister. Ia mendapatkan beasiswa pada bidang studi Sanitasi Lingkungan University of Ghent, Belgia. 

 

Dua tahun berselang, ia pulang ke Indonesia dan melanjutkan tugas sebagai dosen di ITS. Setahun Joni mengajar, terbersit keinginan untuk melanjutkan pendidikan hingga meraih gelar doktor. Akhirnya, melalui beasiswa Asian Development Bank (ADB), ia menempuh S-3 di University of Newcastle, UK.

 

Lulus S-3 pada 1997, Joni dan keluarga kembali ke Surabaya. Ia mulai mengajar dan tentu mengembangkan Jurusan Teknik Lingkungan hingga menjadi Ketua Program Studi S-2 Teknik Lingkungan.

 

Karirnya terus melejit. Joni kemudian menjadi Wakil Dekan I pada 2003, lalu menjadi Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan pada 2007. Puncaknya, pada 2015 ia dipercaya menjadi Rektor ITS periode 2015/2019.

 

Saat menjadi Rektor, Joni menerapkan konsep transfer of value dalam proses pendidikan di ITS. “Saya melihat di Indonesia itu banyak orang pintar, tapi kemudian kepintaran itu digunakan untuk mengakali orang lain. Ketika saya menjadi Rektor, saya memiliki misi harus dapat mengubah attitude seperti itu, jadi tak hanya transfer of knowledge, tapi juga transfer of value dengan membangun soft skills, yakni Emotional Quotient, Spiritual Quotient, Creativity Quotient, dan Adversity Quotient, ” tandas ayah empat anak ini.

 

Tak hanya itu untuk menciptakan generasi yang unggul, Joni pun menerapkan sistem pendidikan leading by example. “Kalau mahasiswa teknik hanya dididik bidang keteknikan saja, saya khawatir akan menjadi tukang, saya tidak mau seperti itu. Saya ingin mereka menjadi leader, punya jiwa leadership, entrepreneurship, dan akhlak yang bagus. Caranya pendidik harus bisa menjadi contoh,” urainya.