Ceo Tangguh 2018

Oleh: Iqbal Ramdani () - 26 December 2018

Naskah: Sahrudi Foto: Istimewa

Di bawah nakhoda Budi Noviantoro, fokus utama PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA adalah menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas tinggi bagi pelanggan dalam bidang perkeretaapian. Kemampuan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) manufaktur sarana kereta api terintegrasi pertama di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara tersebut dibuktikan dengan kapabilitasnya untuk mendesain semua produk sarana kereta api yang dibuat, pengadaan material dan komponen, hingga proses produksi dan layanan dengan melibatkan berbagai industri pendukung baik dari dalam maupun luar negeri (Piramida Industri).

 

Sampai saat ini, di bawah pimpinan Noviantoro, INKA telah memproduksi berbagai macam sarana keretaapi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan serta after sales untuk memastikan bahwa pelanggan menerima produksi dengan kualitas terbaik. Selain memenuhi kebutuhan sarana kereta api untuk dalam negeri, produk INKA juga telah di ekspor ke berbagai negara, seperti Bangladesh, Filipina, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Australia. Minat dunia yang tinggi terhadap produk INKA, membuat perusahaan ini terus berupaya meningkatkan pasar ekspor melalui keikutsertaan dalam berbagai tender proyek pembuatan kereta barang, baik untuk penumpang maupun barang. Budi mengatakan, pasar ekspor yang disasar ini ialah pembuatan kereta barang untuk Bangladesh sebanyak 75 gerbong senilai USD20 juta. 

 

“Meski nilai pembuatan gerbong kereta barang untuk Bangladesh ini memang tidak besar, tetapi negara di wilayah Asia Selatan itu cukup banyak menyumbang ekspor kereta api Indonesia,” katanya sembari menambahkan bahwa negara itu sudah tiga kali melakukan kontrak dengan INKA untuk kereta penumpang. Budi menambahkan, tahun depan produksi INKA akan difokuskan pada pengerjaan kontrak proyek yang sudah berjalan, di antaranya penyelesaian 31 trainset LRT Jabodebek, 250 kereta penumpang pesanan Bangladesh, 3 lokomotif, 6 trainset Diesel Multiple Unit (DMU), dan 15 kereta penumpang untuk diekspor ke Filipina, yang merupakan tindak lanjut kontrak yang telah ditandatangani sebelumnya. “Dulu ekspor kami kecil-kecil, tidak banyak. Paling ke Malaysia. Namun, sekarang ini masif sekali apalagi permintaan pasar ekspor juga meningkat,” imbuh pria berkaca mata itu.

 

Permintaan rangkaian kereta dan komponennya dari luar negeri tersebut membuat perusahaan plat merah ini mampu mencatatkan laba bersih hingga tiga digit. Saat ini INKA tengah menggarap proyek peremajaan 438 kereta milik PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI dengan nilai sekitar Rp5-5,5 miliar per kereta. Selain itu, INKA pun telah menggarap kereta sleeper, yakni kereta kelas premium pesanan KAI sebanyak 4 kereta dengan kapasitas 19 kursi (seats). Kereta tersebut merupakan proyek baru dari KAI yang mendapat respon baik dari konsumen sehingga kereta sleeper tersebut kembali dipesan.

 

Namun, dengan jumlah kursi yang berbeda. Kereta sleeper dengan 27 kursi tersebut ditargetkan akan mulai diproduksi pada Januari 2019. Berbagai proyek tersebut dinilai mendukung pertumbuhan industri perkeretaapian dalam negeri. Ditambah getolnya pembangunan infrastruktur bahkan membuat INKA meningkatkan target pendapatan hingga Rp3,7 triliun pada tahun depan. Target tersebut meningkat dari target tahun ini sebesar Rp3,1 triliun. Dalam hal kerja sama, INKA kini telah menjalin mitra dengan enam negara, yakni Bangladesh, Malaysia, Thailand, Filipina, Singapura, dan Australia. Di samping itu, masih terdapat beberapa negara yang dinilai potensial untuk menjadi pelanggan INKA. 

 

Bahkan, INKA juga tengah menjajaki peluang untuk menjajaki peluang memasarkan produknya agar dipakai di salah satu kota besar di Amerika Serikat, Chicago. Keterangan tersebut disampaikan Konjen RI di Chicago Rosmalawati Chalid, setelah bertemu perwakilan Chicago Transit Authority (CTA). “Terdapat peluang bagi Indonesia untuk memasarkan kereta penumpang ke Chicago Transit Authority (CTA) yang berbasis di Chicago, AS,” kata Rosmalawati Chalid dalam keterangan KJRI Chicago. Kesuksesan INKA yang diiringi dengan meningkatnya permintaan produksi sarana kereta api, membuat perusahaan ini berupaya memperbesar kapasitas produksinya dan untuk itu INKA berencana membangun pabrik baru. Saat ini saja, INKA tengah menyelesaikan proses tender dan penawaran harga dari kontraktor untuk pembangunan pabrik atau workshop baru di Banyuwangi. Luas lahannya sekitar 84 hektare.

 

“Target kami awal tahun 2019, pembangunan tahap satu pabrik baru sudah bisa dimulai. Masa pembangunan selama satu tahun,” kata Budi di Palembang, Sumsel, Selasa 30 Oktober 2018. Untuk pabrik yang ada di Banyuwangi ini, akan lebih dikhususkan pada pembuatan kereta untuk kebutuhan ekspor. Budi juga mengungkapkan, pabrik yang akan dibangun di lahan seluas 84 hektare tersebut akan menyerap kurang lebih 5.000 tenaga kerja. Ia menjelaskan, kebutuhan dana untuk workshop baru itu sekitar Rp1,6 triliun.

 

Biaya pembangunan ini melebihi anggaran yang dimiliki INKA. Perusahaan BUMN tersebut baru memiliki dana sekitar Rp600 miliar yang alokasinya berasal dari Penyertaan Modal Negara (PMN) di tahun 2016, di mana Rp400 miliar anggaran PMN dari total Rp1 triliun, dialokasikan untuk revitalisasi pabrik yang ada di Madiun dan pembiayaan proyek-proyek kereta berpenggerak. Sementara itu, kekurangannya akan dipenuhi investor asal Amerika Serikat, Caterpillar Group. “Mereka (Caterpillar) tertarik untuk berinvestasi untuk membangun pabrik khusus lokomotif termasuk peralatannya. Tahap awal nilai investasinya sekitar USD30 juta,” ungkap Budi. Pabrik baru tersebut, direncanakan mempunyai kapasitas produksi empat kereta per hari. Jumlah itu dua kali lipat dari rata-rata kapasitas pabrik di Madiun. Dengan demikian, peningkatan produksi ini akan mampu memenuhi pesanan ekspor yang terus meningkat.