PT Kereta Api Indonesia (Persero) Dari Desa Kemijen Mengukir Sukses
By Benny Kumbang (Editor) - 10 November 2014 | telah dibaca 4003 kali

Pencangkulan pertama jalan kereta api di Desa Kemijen, Semarang, Jawa Tengah pada 17 Juni 1864, adalah awal perjalanan sejarah dunia perkeretaapian di negeri ini. Setelah berpuluh tahun kemudian, PT Kereta Api Indonesia (Persero) telah menyulap moda transportasi ini menjadi kebanggaan bangsa.
Sejak Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NV. NISM) memprakarsai pembangunan jalan kereta api, sampai kemudian Angkatan Moeda Kereta Api (AMKA) mengambil alih kekuasaan perkeretaapian dari pihak Jepang, kereta api Indonesia telah mengalami berbagai metamorfosa yang luar biasa mulai dari Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA), Perumka (Perusahaan Umum Kereta Api), dan PT Kereta Api (Persero). Selama perjalanan sejarah itu, perusahaan yang menaungi kereta api telah memanjakan dirinya dengan pola pikir product oriented. Sampai kemudian di awal menjadi PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI, pola pikir pengelolanya bisa dikatakan masih belum berubah.
Karena itulah, tak salah kalau tantangan terberat yang dialami oleh KAI saat ini adalah mengubah budaya perusahaan, termasuk salah satunya mengubah mindset dari product oriented ke customer oriented.
Tantangan berikutnya adalah mengubah kultur konsumen kereta api (KA) yang dulu dikenal sangat kurang tertib. Masih teringat bagaimana dulu ratusan orang bisa menumpang di atap kereta api. Tentunya, ini merupakan tantangan berat bagi segenap insan KAI yang ingin melakukan pembenahan.
Di bawah kepemimpinan Ignasius Jonan sebagai Dirut PT KAI, lah pembenahan serius mulai dilakukan dan dimulai dari dalam. Karena perusahaan menyadari, sebelum mengubah budaya masyarakat dalam tertib berkereta api, maka perusahaan harus lebih dulu mengubah kultur bekerja para pegawainya.

Tapi, perusahaan memaklumi juga untuk menuntut kinerja yang tinggi maka diperlukan dukungan peningkatan kesejahteraan. Untuk itu, sebelum dituntut untuk bekerja dengan professional dan disiplin, kesejahteraan pegawai ditingkatkan dengan adanya penambahan remunerasi. Walhasil, setelah mengubah mindset perusahaan dari product oriented menjadi customer oriented, KAI mulai mampu mendongkrak kinerjanya. “Pada saat mindset perusahaan masih product oriented, karyawan PT KAI bekerja apa adanya, tidak ada semangat persaingan, karena merasa bahwa transportasi kereta api di Indonesia hanya satu-satunya. Sehingga tidak memiliki semangat memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat pengguna jasa kereta api. Sedangkan pada saat mindset perusahaan berubah menjadi customer oriented, seluruh karyawan dimotivasi untuk meningkatkan kinerja mereka dengan semangat persaingan. Pasalnya, kereta api memang merupakan satu-satunya moda transportasi berbasis rel di Indonesia. Namun, pada kenyataannya, kereta api memiliki pesaing yaitu moda transportasi lain. Untuk jarak dekat atau lokal kereta api memiliki saingan berupa angkutan kota, metromini, atau bus kota. Untuk jarak jauh kereta api memiliki saingan berupa bus antarkota antarprovinsi, travel, dan pesawat terbang. Semangat persaingan inilah yang dijadikan cambuk untuk selalu memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat.

Beberapa langkah inovasi yang sudah dilakukan di antaranya inovasi produk berupa peluncuran KA-KA baru. Selama tahun 2014 ini KAI telah meluncurkan sebanyak lima KA baru, yaitu KA Kalijaga, KA Kamandaka, KA Siliwangi, KA Sarangan, dan KA Maharani. Beberapa KA juga mengalami perpanjangan relasi, di antaranya KA Bima, KA Probowangi, dan KA Penataran Ekspres. Sementara dalam hal inovasi teknologi, perusahaan meningkatkan pelayanan kepada pengguna jasa KA melalui penerapan e-ticketing, e-gate di stasiun, pemasangan mesin Cetak Tiket Mandiri (CTM), pembelian tiket secara online mulai H-90 sebelum keberangkatan, sistem boarding, dan peningkatan fasilitas umum di stasiun dan di atas KA. Sedangkan inovasi yang diimplementasikan di internal perusahaan yaitu penerapan IT di segala lini unit kerja yang terintegrasi satu sama lain.

Dalam hal ini KAI jeli dalam melihat prospek yang bagus dalam reaktivasi jalur tersebut. Masih banyak jalur KA lama lainnya yang sudah dan akan direaktivasi. Hal ini dilakukan setelah melihat potensi yang besar bagi KA sebagai tulang punggung transportasi nasional. Ya, tulang punggung transportasi nasional ini telah memperlihatkan kelasnya sebagai sebuah perusahaan legendaris yang mampu bertahan dari berbagai cobaan dan tantangan untuk kemudian bangkit dan maju mengukir prestasi.
Add to Flipboard Magazine.
Tulis Komentar:
Popular

Wanita Muslim yang Menginspirasi Dunia
24 July 2014
Film-film Islam Terbaik Sepanjang Masa
01 July 2013