Search:
Email:     Password:        
 





Rita Widyasari Srikandi "Bena Benua Etam"

By Benny Kumbang (Editor) - 03 November 2014 | telah dibaca 6715 kali

Rita Widyasari Srikandi

Naskah: Sahrudi, Foto: Fikar Azmy & Dok. Pribadi/Dok. Humas Pemkab Kutai Kartanegara

Kecerdasan dan kemauannya berjuang untuk rakyat, adalah alasan utama masyarakat Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur memilih Rita Widyasari sebagai pemimpin mereka. Tak salah pilihan mereka, karena dalam kurun waktu kurang dari 5 tahun kepemimpinannya, perempuan yang akrab disapa Bunda RW ini sudah memberikan banyak kemajuan bagi Kutai Kartanegara sebagai kota modern yang mampu menyejahterakan rakyatnya
di berbagai bidang.


Karakternya sebagai seorang pemimpin sudah terbentuk saat ia duduk di bangku SMP. Ketika itu, ia sudah aktif berorganisasi dengan mengurus lembaga Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) maupun Badan Perwakilan Kelas. “Posisi saya pernah menjadi ketua dan wakil ketua,” kenang Rita, saat disambangi Men’s Obsession, beberapa hari setelah ia pulang beribadah haji. Beberapa kali ia terbatuk dan meneguk air putih. “Katanya kalau pergi haji pulangnya tidak batuk tidak afdol... hehehe,” candanya sembari kembali menyeruput minuman mineral.

Kembali kepada ‘takdir’ nya sebagai pengurus organisasi sekolah, rupanya terus berlanjut hingga SMA. Selepas kuliahpun, kegandrungannya berorganisasi tak berhenti. Ia memasuki dunia politik dan kepemudaan dengan bergabung di Partai Golkar dan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI). Sempat menduduki posisi sebagai Wakil Sekretaris DPD Partai Golkar Kabupaten dan Wakil Bendahara KNPI.

Selain ingin menambah wawasan, tujuan Rita berorganisasi ketika itu adalah untuk menambah teman. Apalagi dia saat itu tinggal di Jakarta dan jauh dari tanah kelahirannya. “Karena saya suka berkumpul dan mencari teman, waktu itu kan saya lama di Jawa dan tidak mempunyai teman, saya ingin punya banyak teman, kalau teman-teman pada berorganisasi, saya mau ikut mereka,” ujarnya dengan mata menerawang seakan mengingat masa remajanya dulu.

Kepiawaiannya berorganisasi dan gaya diplomasinya yang simpatik menjadikan ia sebagai figur yang disukai oleh kawan maupun masyarakat Kutai Kartanegara. Hal itu terbukti ketika sang ayah yang tak lain adalah Bupati Kutai Kartanegara, Syaukani HR akan mencalonkan diri sebagai Bupati pada periode ke-2, Rita mampu menghimpun kaum perempuan se-Kutai Kartanegara dengan pendekatan yang sangat ‘cantik’ untuk mendukung sang ayah. “Saya kampanye ketika itu, tapi tidak dengan gaya kampanye dan tidak terasa sebagai sebuah kampanye,” ucapnya. Ya, saat itu, Rita yang juga memang punya keahlian lain di bidang tata rambut, mengundang rekan-rekannya para pemilik salon untuk memberikan pelayanan gratis kepada kaum perempuan di Kutai Kartanegara. Ia juga rajin turun ke lapangan memberikan bantuan kepada keluarga tak mampu. Walhasil, dengan cara itu selain ia berhasil melakukan pendekatan dan mampu meyakinkan kaum perempuan Kutai Kartanegara untuk memilih Syaukani HR, tak pelak namanya pun ikut melambung. Dikenal warga Kutai Kartanegara, bukan hanya sekadar anak seorang bupati tapi juga seorang perempuan yang memiliki kepedulian tinggi kepada rakyat setempat. Ia sudah blusukan jauh sebelum menjadi bupati.

Efek ketenarannya itulah yang kemudian membuat alumnus Universitas Padjajaran, Bandung ini mulai banyak dilirik oleh banyak kalangan untuk memimpin organisasi. Ada cerita menarik, ketika banyak anak muda Kutai Kartanegara memintanya untuk menjadi ketua KNPI, ia dilarang keras oleh sang ayah. Tapi ia nekat dan maju dalam pencalonan tersebut. “Akhirnya saya tetap ikut dengan dukungan suami juga, saya ikut tanding dan menang secara aklamasi,” urainya seraya tertawa lepas. Dari sanalah tuntutan ia untuk memimpin berbagai organisasi di Kutai Kartanegara mengalir deras. Sampai kemudian pada satu titik, ia harus menjadi Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan Ketua DPD Partai Golkar Kutai Kartanegara.

Memasuki Pemilu tahun 2009, Rita pun dengan sangat mudah meraih dukungan terbesar. Padahal ia ditempatkan di daerah pemilihan III, daerah yang menurutnya sulit karena diisi oleh warga dari luar Kutai. Kembali, jabatan Ketua DPRD Kutai Kartanegara pun berhasil diraihnya. Ketika Pilkada Bupati Kutai Kartanegara tahun 2010, lagi-lagi Rita diandalkan untuk maju. Sempat ada dilema dalam pikirannya mengingat kapasitasnya sebagai Ketua DPRD. “Inginnya sih tetap jadi ketua DPRD, bisa cerewetin dan ngawasin bupati kalau ada yang tidak beres di lapangan. Tapi melihat daerah saya banyak yang harus saya benahi, ya majulah,” tekad peraih Doktor dari Universitas di Malaysia ini. Luar biasanya, raihan suara Rita dalam Pilkada tersebut juga sangat besar. Bahkan melebihi dukungan suara kepada sang ayah saat menjadi bupati. “Alhamdulillah begitu pemilihan, saya memang, 55%, 5 orang itu pun bergabung tapi tidak bisa mengalahkan suara saya karena saya menang telak 55%, 6 calon dan mereka cowok semua,” lagi-lagi tawanya terdengar.

Waktu berjalan. Kapasitasnya sebagai bupati pun terus meningkat. Berbagai perubahan menuju arah perbaikan di Kutai Kartanegara, mulai terasa. Dengan moto “gerbang raja” sebagai grand strategy –nya yakni rakyat harus sejahtera. Dan itu terbukti, Kutai Kartanegara telah tampil sebagai kota modern yang mulai mengarah kepada basis Informasi dan Teknologi (IT) dan memudahkan rakyat untuk mengurus berbagai keperluan administratif. Di bidang pendidikan, infrastruktur, kesejahteraan sosial, dan kesehatan, kemajuannya pun semakin signifikan. Dalam tata kelola pemerintahan, Kutai Kartanegara semakin memperlihatkan kelasnya yang luar biasa. Bahkan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memberikan opini Wajib Tanpa Pengecualian (WTP) kepada Kabupaten Kutai Kartanegara dalam soal pengeolaan asset dan keuangan.

Menceritakan kisah suksesnya membangun Kutai Kartanegara, perempuan yang masa remajanya dikenal tomboy ini seperti tidak ingin terlalu menonjolkan diri. Pasalnya, perjuangan masih panjang dan ia tidak akan pernah lelah untuk bersama rakyatnya untuk terus menerus memperjuangkan Kutai Kartanegara yang lebih sejahtera untuk rakyatnya. Sebagai ‘srikandi’ di Kutai Kartanegara, Rita memang memiliki semangat “Bena Bumi Etam”, peduli kepada daerahnya.

Benahi Birokrasi, langkah Awal Menyejahterakan rakyat

Ada satu prinsip Rita Widyasari dalam memulai membangun Kutai Kartanegara yakni membenahi tata laksana pemerintahan yang dipimpinnya. “Bagaimana ingin melayani masyarakat kalau tata pemerintahannya tidak baik, dari situlah saya memperbaiki tata pemerintahan Kutai Kartanegara dari motivasi pelaksanaan Good Governance lah saya bisa melakukan pelayanan yang baik pada masyarakat,” ucapnya.

Untuk itu, ia pun tak segan untuk turun langsung mengecek bagaimana reformasi birokrasi di Kutai Kartanegara. Berjalan atau tidak? Ternyata ia mendapatkan kenyataan yang tidak mengenakan. “Ketika itu LKPD kita nomor 146 di Indonesia,” akunya. Artinya, pelayanan birokrasi saat itu sangat tidak memuaskan. Ia pun mulai berbenah. Di tahun ke dua pemerintahannya, keadaan birokrasi mulai membaik. Karena itu, ketika tim penilai LKPD dari Kemendagri turun ke lapangan melihat tata laksana pemerintahan di Kutai Kartanegara, mereka menunjukkan kepuasan. “Kami sekarang sudah ranking 14 se-Indonesia, terus Laporan Akuntabilitas kami yang di dalamnya itu ada beberapa kriteria pembangunan itu kami perbaiki karena dari sisi pelaporan dan sebagainya kami tidak melakukan hal yang sempurna sehingga harus di guidance sampai akhirnya kami harus mendapatkan nilai CC dari D, naik dua kali dari D, C, ke CC, tahun ini insya Allah bisa dapat B,” bangganya.

Tak hanya itu, pengelolaan keuangan di pemerintahan Kutai Kartanegara pun tak luput dari pengintaiannya. Ketika terjadi ketidakberesan, Rita langsung turun mengatasinya. Kabupaten Kutai Kartanegara yang selama 6 tahun berturut-turut tidak mendapatkan penilaian baik dari BPK alias tak mendapatkan opini WTP, kini dalam beberapa tahun kepemimpinannya mampu meraih opini WTP. “Itu setengah mati, jungkir balik saya mendapatkannya karena asset kami itu yang luar biasa mencapai 3 triliunan rupiah antara angka keuangan dengan asset jadi kami harus membuat tim khusus untuk mengontrol suatu barang, kalau hilang kami telisik siapa yang harus bertanggungjawab, masalah kami sangat banyak,” paparnya. Dalam waktu setahun, ia mampu membenahi semua itu. “Penilaian opini WTP itu bukan pemberian dari langit, akan tetapi buah dari kerja keras kami bersama seluruh jajaran SKPD Pemkab Kutai Kartanegara. Sehingga dalam setahun WTP itu bisa kita raih,” ia menambahkan.

_____________________________________________________________________________________

Capaian Kinerja Selama Tahun 2010 – 2014

Kinerja dalam hal penyelenggaraan pemerintahan dari tahun ke tahun menunjukkan perbaikan yang cukup signifikan, antara lain:
• Penilaian LAKIP

  • - Tahun 2010 belum ada laporan
  • - Tahun 2011 mendapat nilai D
  • - Tahun 2012 mendapat nilai CC
  • - Target 2013 adalah B

• Laporan LPPD (Kategori Kabupaten)
  • - Tahun 2010 peringkat 4 di Tingkat Provinsi dan peringkat 140 tingkat nasional
  • - Tahun 2011 peringkat 4 di Tingkat Provinsi dan peringkat 151 tingkat nasional
  • - Tahun 2012 peringkat 1 di Tingkat Provinsi dan peringkat 14 tingkat nasional
  • - Tahun 2013 peringkat 1 di Tingkat Provinsi (Hasil Sementara)
• Untuk Aksi PPK (Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi) Indonesia, Kutai Kartanegara menempati urutan ke-3.

• Opini BPK
  • - Sampai dengan tahun 2011 masih disclaimer
  • - Tahun 2012 dan 2013 sudah WTP
  • • Tahun 2013 Kutai Kartanegara memperoleh 8 Panji-Panji Keberhasilan dan Anugerah Pangripta Nusantara (Perencanaan terbaik) dari Pemprov Kaltim

Pendidikan, "pintu gerbang" membangun Kutai Kartanegara

Membangun pendidikan yang tangguh, bagi Rita adalah “pintu gerbang” dalam membangun Kutai Kartanegara. Program sekolah gratis hingga SMA yang sudah dijalankan sejak kepemimpinan Syaukani HR, akan terus ditingkatkan di era Rita. Dan bagi mereka yang kuliah diberikan beasiswa dan syaratnya IP harus minimal 2,8. “Kami mendahulukan anak-anak yang tidak mampu namun memiliki IP yang tinggi. Kami mendahulukan anak yang berprestasi,” tegasnya.

Di sisi lain, obsesinya membangun pendidikan di Kutai Kartanegara adalah dengan meningkatkan kualitas guru sehingga bisa melahirkan murid-murid yang brilian. Tapi sayangnya, kendala banyak menghadang. Salah satunya karena geografi wilayah Kutai Kartanegara yang sangat luas, bahkan hingga 4 kali lipat kota Jakarta.

“Dengan kepadatan penduduk yang jaraknya 2 orang per kilometer itu mengharuskan kami untuk membangun banyak sekolah, tapi dengan banyaknya sekolah ini tentu sarana dan prasarananya itu tidak maksimal, guru-gurunya tidak ada yang mau mengajar di daerah terpencil,” keluhnya. Tapi bukan Rita jika tak punya solusi atas setiap masalah. Ia pun melakukan gerakan pemberian insentif bagi guru yang mau mengajar di daerah terpencil. “Saya memberikan insentif yang lebih kepada orang-orang yang mau mengajar di daerah-daerah terpencil, saya melakukan tiga kali kenaikan insentif bagi guru,” katanya. Strategi ini berjalan lancar.

Tak sampai disitu, guru-guru juga diberikan gadget berupa laptop kepada setiap guru untuk semua sekolah di Kutai Kartanegara. Bahkan, bagi yang belum mendapatkan rumah ia perjuangkan untuk mendapatkannya. “Tahun ini satu rumah bagi guru yang belum mendapatkan rumah, untuk 1.000 rumah bagi guru yang belum mendapatkan rumah, insya Allah Desember ini bisa dilihat, saya kerjasama dengan PGRI dan Bank BTN untuk memberikan modal, tapi mereka tetap di potong uang gajinya sampai 10 tahun, jadi pinjaman lunak. Ternyata kami ada 7.000 guru yang tidak punya rumah dari 13.000 yang ada,” ia menjelaskan. Upaya peningkatan kualitas guru juga dilakukan Rita dengan menggandeng Cambridge University untuk melatih 13.000 orang termasuk guru dan murid di dalamnya. “Sekarang ini kami sudah melakukan assesment untuk guru dan murid dan memang ketika di tes kapasitas guru kami hanya 7 orang yang memiliki standar bahasa Inggris, jadi memerlukan formula yang berbeda dengan formula lainnya, jadi orang-orang Cambridge sudah beberapa kali datang ke Kutai Kartanegara untuk memantau apa yang diperlukan di Kutai Kartanegara,” ia serius.

Bagi Rita, penguasaan bahasa Inggris bagi para guru dan anak murid di Kutai Kartanegara sangat penting. Bukan untuk sekadar gagah-gagahan. “Saya ingin memberikan pendidikan yang baik karena kita ini ingin menjadi destinasi pariwisata, jadi semua apa saja yang ada, bahasa Inggris ini bukan merupakan bahasa asing lagi tapi sudah menjadi bahasa kedua kita seperti Bali dan sebagainya, kalau kita sudah siap dan sudah sering mendengarkan, kita gak aneh lagi untuk menerima orang-orang luar,” tuturnya. Ia berharap bisa menyekolahkan guru dan murid-murid ke Cambridge University. Ia menggelontorkan dana hingga 25 milyar rupiah untuk kerjasama dengan Cambridge University selama 5 tahun. Sampai saat ini, tercatat, Kutai Kartanegara adalah satu-satunya kabupaten di Indonesia yang bekerjasama dengan Cambridge University.

“Ini terobosan saya, mimpi saya dulu itu kuliahnya di Cambridge, tapi tak kesampaian. Jadi saya ingin anak-anak Kutai Kartanegara itu mendapatkan pendidikan yang baik. Kalau ditanya, belajar bahasa Inggris dimana? Cambridge! Iya, kan, universitas terkenal disana, jadi itu harapan saya untuk menghidupkan masalah pendidikan. Kelak harapan saya Kutai Kartanegara bisa menjadi kota pendidikan, seperti Malang dan Bandung,” harapnya. Sekarang ini, di Kutai Kartanegara sudah ada dua universitas yaitu Unikerta yang tahun 2015 nanti akan menjadi universitas negeri serta Universitas Seni dan Budaya.


Penghargaan dari Pemerintah Pusat

• Tahun 2012

  • - Dari Kepala LKPP (E-Proc Award)
  • - Penghargaan BKKBN atas kepedulian Program KB (Manggala Karya Kencana)
  • - Dari Menteri PP dan Perlindungan Anak (Anugerah Perempuan Indonesia 2012)
  • - Dari Menteri Dalam Negeri RI (Penyelenggaraan pelayanan penerapan e-KTP)
  • - Dari Menteri PP dan Perlindungan Anak atas Penerbitan Peraturan Daerah dan/atau Peraturan Bupati/Walikota terkait Pemberian Akta Kelahiran Gratis/Bebas Bea Tahun 2012 Kategori Pratama
• Tahun 2013
  • - Pemenang I Regional Luar Jawa Bali II sebagai Puskesmas terbaik dari Kepala BKKBN
  • - Anugrah Parahita Ekapraya (APE)
  • - IGA (Innovative Government Awards) dari Kementerian Dalam Negeri
  • - Kabupaten Layak Anak Tahun 2013 Kategori PRATAMA
  • - Penghargaan AKIP dari KemenPAN-RB
  • - Wahana Tata Nugraha (Dishub)
  • - Penghargaan Satya Lancana Karya Bhakti Praja Nugraha oleh Bpk. Wapres RI (Pemda berkinerja sanagat tinggi berdasarkan EKPPD atas LPPD th 2012)
• Tahun 2014
  • - Piala Adipura kategori Kota Kecil

Saya harus Memperbaiki Kutai Kartanegara !

Familiar, cerdas dan kharismatik, demikian sekilas figur Rita Widyasari atau sosok yang akrab disapa warga Kutai Kartanegara dengan Bunda RW ketika menerima kunjungan Men’s Obsession saat berada di Jakarta. Dengan lancar namun teliti ia menguraikan banyak hal mengenai apa saja yang sudah ia lakukan untuk membangun Kutai Kartanegara dalam kurang lebih 4 tahun masa kepemimpinannya. Di ruang tamu dengan design interior bernuansa Kalimantan, ia menjawab berbagai pertanyaan, pun tak terkecuali soal pribadinya. Berikut petikan wawancaranya.

Apa yang membuat ibu mau memimpin Kutai Kartanegara?
Sebenarnya saya sempat menolak, tapi begitu saya tahu dicalonkan, saya sudah berpikir pasti berat banget untuk menjadi bupati, saya melihat bapak saya dulu itu luar biasa sibuknya. Tidurnya malam, bahkan sampai jam 3 dinihari untuk menghadapi orang. Tapi sebenarnya saya bisa arrange, manajemen waktunya. Oke, saya mau memimpin Kutai Kartanegara karena saya harus memperbaiki Kutai Kartanegara sebaik-baiknya dan saya harus melakukan dengan cepat.

Dengan cara?
Saya harus mengumpulkan orang-orang pintar di Kutai Kartanegara ini yang menjadi SKPD saya dan saya memberikan time limit untuk mereka, jadi misalnya grand strategy saya itu, ini yang saya inginkan SKPD saya kumpulkan, jangan lihat saya sebagai perempuan atau usia saya waktu itu baru 36 tahun, usia muda, tapi lihat niat baik saya. Saya tidak ada niat jahat untuk Kutai Kartanegara, saya ada niat baik untuk bangun Kutai Kartanegara. Sudah cukuplah pelajaran dari sebelumnya untuk menjadi obat bagi saya, teguran, nasehat bagi kami, tapi yang baiknya dipertahankan, insya Allah akan kami lanjutkan. Karena saya yakin, Pak Syaukani HR (Bupati sebelumnya-red) juga banyak melakukan hal luar biasa untuk Kutai Kartanegara jadi itu yang saya katakan di depan seluruh SKPD saya. SKPD itu kan sudah 40 tahun ke atas, lihat niat baik saya untuk membangun Kutai Kartanegara karena kalau saya sendiri tidak bisa memperbaiki Kutai Kartanegara kalau tidak dibantu oleh bapak-bapak.

Ketika pertama kali duduk sebagai Bupati apa yang ibu lakukan? Melanjutkan pembangunan yang sudah dirintis oleh pendahulu ibu atau ibu punya gagasan dan konsep lain?
Ada banyak konsep lain yang saya berikan juga termasuk melanjutkan yang ada. Yang ada ini banyak yang tidak berjalan dengan baik, saya perbaiki terus gagasan-gagasan saya juga lebih banyak lagi, misalnya saya melihat indikator kemiskinan itu ada pada rumah-rumah yang tidak layak di Kutai Kartanegara, saya melakukan terobosan bedah rumah, programnya itu belum langsung direct kepada masyarakat, perempuannya pun belum diberdayakan secara maksimal, saya langsung membuat program khusus untuk perempuan yaitu memberikan kredit-kredit tanpa bunga tanpa jaminan langsung pada perempuan.

Sektor lainnya ?
Pada sektor lainnya, saya fokuskan pada pariwisata untuk mendongkrak pendapatan kita, itu salah satu usaha kita bagaimana kita tidak terpaku dengan sumber daya alam (SDA) yang pasti habis itu. Jadi gerakan-gerakan saya itu langsung fokus misalnya pariwisata kamu harus begini, gimana caranya orang-orang bule itu datang, akhirnya sekarang Festival Erau yang ada di Kutai Kartanegara ini sudah mendunia, go international meskipun kita melakukan pembiayaan, tapi dengan pembiayaan yang ada sekarang lebih kecil dari orang yang ingin datang, jadi untungnya lebih banyak. Jadi menurut saya, kita harus melakukan gerakan baru yang tidak itu-itu saja, harus inovatif karena orang pasti bosan kalau itu-itu saja.

Bagaimana dengan pengelolaan SDA dimana Kutai Kartanegara banyak memiliki sumber daya alam yang luar biasa seperti batubara dan lainnya ?
Permasalahannya seluruh kepala daerah di Indonesia tidak boleh lagi memberikan ijin baru. Tapi bukan itu saja permasalahannya, saya melihat yang ada ini saja belum maksimal kita menggarapnya jadi dampak lingkungannya masih luar biasa. Bukannya saya tidak mau mengeksplor itu karena ijinnya, tapi yang ada ini belum maksimal jadi ini seperti luka lama yang harus saya obati betul-betul.Jadi warisannya masih banyak, lingkungannya masih banyak yang rusak, tapi alhamdulillah yang ada usaha-usaha ini saya tegur, 25 pertambangan saya tutup sampai dia memperbaiki lingkungannya, untuk menyelamatkan lingkungan di Kutai Kartanegara. Tapi repotnya, ada beberapa tambang yang tidak memproduksi lagi namun mereka seperti tuan tanah padahal disitu tidak ada depositnya, tapi dikuasai, jadi siapa yang mau lewat dan berkebun bayar. Saya bilang, nggak bisa ini, harus ada revisi.

Lalu, program pro rakyat lainnya yang sudah Ibu laksanakan dan hasilnya mulai dirasakan rakyat ?
Salah satunya adalah yang saya sebutkan tadi bedah rumah, sudah 1.000 rumah, tahun ini 1.200 rumah, kami hanya ada 3.150 rumah yang tidak layak huni kalau tahun 2015 saya selesaikan 1.000 rumah lagi, insya Allah tidak ada rumah yang tidak layak huni lagi di Kutai Kartanegara. Masalah yang saya selesaikan lagi adalah di Kutai Kartanegara ada daerah kumuh yang sangat mengganggu pemandangan kota, itu sudah kita pindahkan, saya sudah menggusurnya tanpa menimbulkan gejolak apapun. Program itu menurut saya cukup penuh tantangan.

Bagaimana dengan program kesehatan ?
Saya punya program satu desa, satu bidan. Masih kurang 33 bidan lagi, masih ada bidan yang belum mau ke desa-desa kan ada 236, dan yang saya inginkan adalah 1 desa 1 bidan. Tapi saya sudah melakukan perbaikan-perbaikan, meskipun demikian Kutai Kartanegara sangat luas dan biayanya sangat besar, uang 7 triliun itu terbilang sedikit karena yang dibangun itu banyak sekali, saya juga pernah mendapat sentilan, puskemasnya masih minim sekali peralatannya ya karena itu kami melakukan persiapan perbaikan prasarana dari kesehatan, salah satunya adalah membuat rumah sakit yang berkelas.

Di zaman saya itu sudah dibangun dua rumah sakit, yang satunya dibangun Pak Syaukani tidak jadi itu saya lanjutkan akhirnya dibangunlah rumah sakit. Saya punya konsep “Daya Kuraja” yang kalau difilosofikan Daya Kuraja itu “Dasar Pelayananku Kaulah Raja”, jadi semua orang harus diberikan pelayanan seperti raja. Karena itu saya membangun rumah sakit tanpa kelas dengan fasilitas mirip kelas 1 dan itu sekarang sudah ada. Dua rumah sakit itu sudah mendapat ISO, 15 puskesmas saya sudah mendapat ISO, saya ingin melakukan perencanaan dan sudah saya tetapkan dalam Peraturan Bupati (Perbup) rumah sakit dan puskesmas saya semuanya harus ISO, dari segi pelayanan harus berstruktur, penerimaannya bagaimana.

Kabarnya rakyat Kutai Kartanegara dijamin kesehatannya dengan program Ibu ?
Saya berlakukan Jamkesda, jadi sejak zaman saya 2010 itu mengcover semua orang ber KTP Kutai Kartanegara tapi tetap harus ada Kartu Jamkesda, mengurusnya sangat gampang dan itu dari dana terakhir 60 miliar rupiah saya gelontorkan. Pertama 20 miliar, kemudian 30 miliar, baru 60 miliar untuk mengcover semua masyarakat Cuma sekarang kan ada aturan dari pusat harus BPJS. Cuma ini case-nya adalah ini bisa mengobati orang sampai sembuh, misalnya orang yang bersangkutan sakit tidak bisa ditangani, kami melakukan rekomendasi, itu untuk mengcover orang Jamkesda itu tidak hanya di RS yang berada di Kabupaten Kutai Kartanegara, tapi Balikpapan, Samarinda, dan Bontang. Jadi siapa saja yang membawa kartu itu akan dibayarkan tagihannya melalui Jamkesda, bahkan bekerjasama dengan RS yang ada di Jakarta (Cipto) dan RS di Surabaya. RS tanpa kelas tersebut tetap berjalan hingga hari ini.

Untuk infrastruktur, bagamaina ibu mengatasinya mengingat kondisi geografis Kutai Kartanegara?

Di Kutai Kartanegara itu masalahnya adalah jalannya yang belum menyambung antara satu dengan yang lain, itu masuk ke dalam grand strategi saya, yaitu menyambungkan satu kecamatan dengan kecamatan lainnya. Yang saya lakukan adalah membuat pemetaan mana yang prioritas dan saya menyambungkan, membuka daerah yang terisolasi, alahamdulillah sudah terlihat saya sudah membangun sekitar, dulu kan sekitar 40 persen, sekarang saya sudah membangun sekitar 75 persen jalan. Tapi masih ada 25 persen yang belum bagus.

Jadi dulu kalau mau ke Ulu Mahakam harus naik speedboat atau kapal, kalau sekarang bisa di daratan, pakai struktur beton, sudah kaya jalan tol panjang 12 KM, tinggal sedikit lagi akan menyambung dari daerah Tabang ke Kota Bangun, sudah ada yang sebagian semen dan ada yang masih pengerasan, saya kemarin baru jalan dari sana memang masih ada spot-spot yang belum maksimal karena tidak ada kapalnya yang bisa kesana bawanya jadi masalahnya di material akhirnya tersendat, itu masalah alam yang tidak mendukung jadi itulah yang kami alami, tapi minimal jalan yang sampai saat ini belum jadi masih ada spot yang jelek, orang masih bisa kesana dengan biaya 30ribu dengan waktu beberapa jam saja, dengan mobil sekitar 4 zaman. Kalau naik kapal biasa 2hari dan biayanya naik speedboat 16 juta rupiah. Dengan waktu tempuh 8 jam. Kalau naik kapal biasa ada yang 200-300an ribu, tergantung fasilitas kapalnya.

Untuk listrik dan air ?
Sebelum saya menjadi bupati itu 33 desa yang belum beraliran listrik, sekarang sudah berkurang terutama. Tinggal satu desa disana namanya Sambera karena jaringannya belum ada, PLN belum memasang belum ada pendanaan. Tenaga matahari juga kami lakukan, bahkan ada beberapa desa yang menggunakan turbin air, tapi tidak bisa menjangkau daerah yang jauh-jauh harus dekat-dekat rumah.

Konon Kutai Kartanegara kini tidak hanya terkenal dengan tambangnya saja, tapi sebagai lumbung padi terbesar di Kaltim?
Ya, kami menyetor padi itu sekitar 55,7% untuk Kaltim. Karena saya banyak melakukan perluasan sawah kepada Pergub bagi pemilik tambang (KP) yang ingin mengambil di tengah-tengah sawah, dia harus mengganti dua kali lipatnya, terus saya melakukan alokasi kawasan yang tidak boleh ada satu ijin selain sawah, jadi saya melakukan plot-plot itu, kawasan pertanian tidak boleh dialihfungsikan. Kami tetapkan sebagai daerah lumbung padi itu ada di dua kecamatan tetapi yang terbesar tetap di Tenggarong Seberang. Banyak Perbup yang pro rakyat jadi saya melakukan irigasi yang saya bangun yang pasti sudah membantu pertanian.

Berarti sukses dalam hal ketahanan pangan ?
Ya, karena perikanan kami juga surplus, ketahanan pangan kami juga surplus. Untuk ikan, sapi, kami surplus, untuk pertanian alhamdulillah kami surplus. Perkebunan itu dulu hanya memproduksi sekitar 900 ribu, sekarang sudah 1,2 juta ton sawit.

Bagaimana dengan konsep Ibu dalam memberantas korupsi ?
Itu juga kami lakukan, Terbukti kami juara 3 se-Indonesia dalam aksi pemberantasan korupsi. Caranya kami melakukan pelaporan yang baik, evaluasi, brain warning setiap pagi kepada SKPD, dan selalu memberikan warning kepada mereka. Kami sudah melakukan semuanya dengan menggunakan IT. Kami ada i-database, i-keuangan, kami sudah duluan, saya adalah yang pertama di Kaltim yang melakukan i-plan, perencanaan kami sudah kami laksanakan di Kaltim, data pendidikan, orang miskin, keuangan, semuanya sudah ada lewat memakai IT sejak 2012. Ini wujud pembangunan Pak Syaukani, itu salah satu gerakan, yang penting saya sudah membuat sistem tinggal pelaksanaannya yang masih kurang maksimal yang pasti sudah melakukan dasar yang bagus untuk Kutai Kartanegara misalnya ada berapa data sekolah di Kutai Kartanegara, nanti dibuka lagi data kelas yang rusak, tapi tidak semua kecamatan yang bisa input.

Penerapan IT juga dilakukan untuk semua bidang ?
Kedepan kalau saya jadi bupati lagi saya ingin buat smart city jadi kabupatan hingga tambang memakai cctv, tapi memang membutuhkan pembiayaan yang cukup besar. Hingga saat ini cctv kami ada 15, sehingga kami bisa mengawasi daerah-daerah rawan di Kutai Kartanegara. Jadi pernah ada kejadian ada tabrak lari, kami bisa kasih tahu polisi karena memang ada rekamannya, jadi perkembangannya bagus.

Bagaimana konsep Ibu dalam mengatasi masalah banjir atau bencana alam lainnya di Kutai Kartanegara ?
Di Kutai bencananya tidak seperti di Jawa, tapi kami ada banjir setiap tiga tahun sekali, itu karena air pasang, jadi saya sekarang sedang mencari teknologi bagaimana caranya mengatasi air pasang. karena air pasang itu, ini termasuk program unggulan saya, saya memindahkan desa, jadi ada 4 desa yang pasti tenggelam dan banjirnya sekarang agak kencang, akhirnya saya datangi mereka, saya bilang setiap tahun saya atau bupati sebelumnya datang kesini, memberikan tenda dan fasilitas kesehatan lainnya, tapi saya tidak mengubah kehidupan bapak, mau gak saya pindah, kalau mau tanda tangan semua, jadi saya pindahkan ke tempat tinggi tempatnya sawit.

Ibu sukses melakukan banyak pembenahan, tentu itu berdampak kepada Pendapatan Asli Daerah (PAD), benarkah?
Dulu, PAD kami di bawah 100 miliar rupiah, sekarang sudah 390 miliar rupiah. Target saya seharusnya 1 triliun rupiah. Baru saja ganti kepala Dispenda karena mereka belum menggali IMB, belum menggali tronton merapat di pulau, belum bayar royalti, jadi impor kita belum terlalu kencang tapi itu sudah lumayan.

Apa obsesi Ibu untuk Kutai Kartanegara ?
Yang pasti niat saya Kutai Kartanegara di masa kepemimpinan saya berkembang besar. Kalau nanti diberi kepercayaan oleh masyarakat dalam Pilkada 2015, saya akan maju lagi, saya masih ada mimpi di Kutai Kartanegara seperti sekolah-sekolah yang baik. Kami akan membangun bandara di Kutai Kartanegara. Tanah itu sudah milik keluarga karena tanah itu sudah menjadi milik negara. Tanah tersebut tanah independen.

Si Tomboy yang Hobi Balap dan Angkat Barbel

Di balik kecantikan dan keanggunannya, ternyata ada hobi ‘keras’ dalam dirinya. Betapa tidak, peraih master di Universitas Jenderal Soedirman ini mengaku memiliki hobi balapan motor. Bahkan pernah suatu kali ia pingsan setelah terjatuh dari motor karena menabrak mobil polisi. Tapi itu dulu. Saat ia masih remaja. “Dulu itu saya pembalap motor, saya suka track, saya baru stop balapan waktu saya menabrak polisi sampai dijahit 7 jahitan, terus saya pingsan, dari situ saya berhenti, itu waktu SMP. Kelompok saya itu anak-anak balap,” ia tertawa lepas.

Beranjak dewasa, hobi ‘keras’ lainnya ia lakoni. “Saya hobi angkat barbel,” terangnya. Kalau sudah di ruang fitness, yang pertama kali dilakukannya adalah sit up dan angkat barbel seberat 10 kg.

“Alhamdulillah, selama saya menjadi bupati belum pernah jatuh sakit. Suami saya sampai bilang kamu gak ada capek-capeknya,” senyum ibu tiga orang anak yang rajin mengasup suplemen vitamin C ini.

Terkait filosofi hidupnya, istri dari Endri Elfran Syafril, ini mengaku menjalani apa adanya seperti air yang mengalir. “Jadi kalau di rumah fokus sama anak dan suami, tapi anak dan suami mengerti, anak sering saya bawa ke Tenggarong dan memberitahu bunda tuh seperti ini loh kerjanya. Anak saya paling hobi ke Tenggarong kalau lebaran, puasa, pokoknya kalau libur sekolah mereka pasti ke Tenggarong,” ceritanya lagi.

Ada satu pesan kepada kaum perempuan dari sang bunda satu ini, ia ingin kaum perempuan mampu menggali kemauannya sedalam mungkin. “Boleh kita menjadi ibu rumah tangga tapi minimal kita punya keahlian dan kemampuan sendiri sehingga kita tidak hanya berdiam saja, menurut saya sebagai ibu rumah tangga itu bukan sebuah pekerjaan yang gampang, tapi kalau dia punya keahlian, dia bisa membantu keluarganya, maka dari itu saya memberikan bantuan-bantuan kepada ibu-ibu yang belum kerja, yang pasti perempuan harus sekolah, di dalam pendidikan yang sudah di atur oleh negara kita tidak ada perbedaan antara perempuan dan lelaki, meraih S1, S2, S3, kalau bisa itu diimplementasikan kepada anak-anaknya tapi dia sudah berpendidikan, ibu itu guru pertama, kalau tidak berpendidikan kasihan anak-anaknya. Tidak semua wanita bisa seperti saya yang pekerjaannya kebanyakan seperti lelaki, tapi kalau ada kemampuan untuk berpolitik mari dikembangkan,” ajaknya.

Kalau di rumah, katanya, suami yang nomor 1 tapi kalau di luar status sama sesuai kemampuan kita. “Tuhan juga tidak pernah melihat kita perempuan atau lelaki yang penting amal baik kita. Begitu juga dalam kehidupan sehari-hari orang tidak melihat kita perempuan tapi melihat kita melakukan pekerjaan atau memahami dari ilmu pengetahuan yang kita dapatkan, saya berharap perempuan itu maju, bukan berarti memberontak dan melakukan hal-hal yang tidak baik, merasa dirinya lebih hebat dari laki-laki, tapi kita melakukan sesuai dengan kemampuan kita menghormati laki-laki wajib, tapi tetap pada koridor syariah,” ia menandaskan.

Ritagrafi :
Nama Lengkap: Rita Widyasari; Lahir: Tenggarong, 07 November 1973. Suami: Endri Elfran Syafril. Anak: Dhafin Rizqin Mumtazah, Khalda Thumakarima Mumtazah, Khansa Thumakarima Mumtazah; Jabatan: Bupati Kutai Kartanegara periode 2010-2015; Pendidikan: SDN 002 Tenggarong (Lulus Tahun 1986), SMPN 1 Tenggarong (Lulus Tahun 1989), SMAN 1 Samarinda (Lulus Tahun 1992), ASMTB (Akademi Sekretaris dan Manajemen Taruna Bhakti Bandung), Universitas Padjajaran (S1 Lulus Tahun 2000), Universitas Jend. Soedirman (S2 Lulus Tahun 2005); Universitas Utara Malaysia (S3 Lulus Tahun 2014) Karir: Ketua STIE Kab. Kutai Kartanegara, Ketua DPRD Kab. Kutai KartanegaraKomisaris Utama, PT. Ketopong Damai Persada, Bupati Kutai Kartanegara Periode 2010-2015; Pengalaman Organisasi: Ketua umum DPD KNPI Kab. Kutai Kartanegara, Ketua umum DPD IPPI Kab. Kutai Kartanegara, Ketua KORDA INKADO KALTIM, Bendahara umum DPP AMMDI, Ketua DPD Partai GOLKAR Kab. Kutai Kartanegara, Ketua KONI Kab. Kutai Kartanegara, Ketua MPI Kab. Kutai Kartanegara, Wakil Bendahara DPP KNPI, Ketua Forum Pemuda Pelopor Indonesia


Rita Dimata Mereka

Awang Faroeq Ishak (Gubernur Kalimantan Timur)
“Prestasinya Cemerlang dan Mau Mendengar”


“Ibu Rita seorang bupati satu-satunya di Kalimantan Timur yang merupakan seorang politisi tangguh. Timbul dari bawah dan mau mendengar nasehat-nasehat yang baik dari senior-seniornya.
Prestasinya cukup cemerlang dan diakui oleh banyak pihak. Salah satu yang patut dihargai adalah dalama Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Negara Kutai Kartanegara yang telah memperoleh WTP.
Selain itu, Ibu Rita tidak pernah berhenti untuk belajar. Terakhir Ibu Rita meraih gelar S3 di Universitas Utara Malaysia.”





Akbar Tanjung (Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar)
“Kepemimpinan dia nantinya dapat ditiru oleh
pemimpin daerah yang lain”


“Saya mengapresiasi kinerja Rita dalam menjalankan tugasnya menjadi seorang Bupati Kutai Kartanegara. Ini merupakan satu bukti, bahwa Rita itu orang yang melaksanakan tugasnya dengan sungguh-sungguh. Sehingga dia mendapatkan apresiasi yang luwes dari masyarakat, dan masyarakat Kutai Kartanegara juga merasakan kepemimpinannya dalam bentuk kemudahan-kemudahan didalam kehidupan masyarakat. Bisa dipastikan oleh partai Golkar kepemimpinan dia nantinya dapat ditiru oleh pemimpin daerah-daerah yang lain atau Kabupaten - kabupaten lain. Itulah pemimpin yang kita harapkan.”



Priyo Budi Santoso (Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar)

“Srikandi andalan partai Golkar”


Terpilih menjadi Bupati Kutai Kartanegara dalam satu putaran pada Pilkada 2010 lalu, menjadikan Rita Widyasari harapan besar untuk kebangkitan Kabupaten Kutai Kartanegara. Rita sendiri merupakan satu-satunya Bupati perempuan dan yang pertama sepanjang sejarah kepemimpinan di Kaltim. Rita adalah salah satu Srikandi andalan partai Golkar, dia patut kita banggakan karena kegigihan dalam menjalankan tugas - tugasnya sebagai kader Golkar yang terbaik.”




Salehuddin (Ketua DPRD Kutai Kartanegara)

“Perempuan Kalimantan yang membanggakan”


“Sebagai bupati yang usianya cukup muda jika dibandingkan dengan kepala daerah secara umum, beliau enerjik dalam menjalankan tugasnya, jarang bupati apalagi seorang wanita yang memiliki keinginan dan komitmen yang kuat dalam membangun tata negara, khususnya di Kabupaten Kutai Kartanegara.
Ia salah satu sosok yang membanggakan bukan hanya di Kalimantan Timur, tetapi di Kalimantan.
Banyak harapan yang ingin dilanjutkan beliau karena sekali lagi orang tua beliau pernah menjabat bupati dan saya melihat ada semangat-semangat membangun beliau dari visi-misi Pak Syaukani yakni Gerbang Dayaku menjadi Gerbang Raja. Pak Syaukani juga bukan saja figur domain lokal di Kalimantan Timur, tetapi sudah domain nasional, pemimpin yang karismatik, dan juga berani mengambil kebijakan-kebijakan yang kadang-kadang tidak popular, tetapi demi masyarakat. Dan sikap Pak Syaukani itu, saya lihat di sosok Ibu Rita.

Saya pribadi maupun sebagai kader Golkar, beliau adalah sosok yang terbaik di organisasi Golkar di Kutai Kartanegara, sebagai Bupati Kukar banyak perubahan yang signifikan tentang pembangunan infrastruktur, kesehatan, pemberdayaan perempuan, pendidikan, apa yang beliau lakukan adalah sebuah prestasi. Dari segi keuangan mendapatkan 2 kali WTP dengan komitmen beliau bagaimana melakukan supervisi bahkan dengan KPK untuk menjadi pilot project, supervisinya KPK.

Belum lagi prestasi Adipura, saya yakin dan percaya bahwa beliau ini bisa melanjutkan kembali untuk 5 tahun ke depan karena semangat ini harus dipelihara, kemajuan ini harus digelorakan, dan terus dijalankan. Karena saya kira ada visi-misi beliau yang perlu difinalisasi, perlu dilanjutkan kembali untuk kepentingan masyarakat. Beliau juga pandai membuat kebijakan-kebijakan yang berpihak pada perempuan dan me-create Kutai Kartanegara sehingga menjadi lebih baik seperti ide beliau membuat icon di Tenggarong sehingga ketika kita datang ke Tenggarong orang merasa harus mendatangi icon itu.

Beliau itu ramah dengan siapa saja kemudian tidak membedakan tua dan muda, bisa membaur dan berinteraksi dengan kalangan manapun. Semangatnya jiwa mudanya tinggi karena beliau suka nuansa-nuansa kepemudaan, misalnya beliau support betul organisasi kepemudaan. Karena dari rekam jejaknya, beliau matang di organisasi kepemudaan seperti KNPI. Jiwa muda beliau juga ditanamkan kepada kami yang di bawah bimbingan beliau, jadi semangat itu selalu dipeliharanya, dan selalu support organisasi yang dipimpin oleh pemuda.”



Edi Damansyah (Sekda Kabupaten Kutai Kartanegara)

“Dalam Kepemimpinan Beliau, Kukar Maju Pesat”


“Ibu Rita itu di mata saya, rendah hati orangnya, peduli kepada sesama, suka menolong rakyat, kalau kepada kinerja kepemimpinan beliau pemimpin yang visioner, berkomitmen dengan beberapa perubahan yang diagendakan ternyata berjalan baik. Dalam kepemimpinan beliau, Kukar maju pesat. Ada 3 Indikator keberhasilan Kutai Kartanegara di bawah kepemimpinan beliau, indikator besarnya ada tiga, yaitu dalam manajemen pengelolaan keuangan daerah, ada sistem yang dibangun sampai kepada di dalam pelaksanaan, pengawalannya sampai kepada akhir yang berkaitan dengan pertanggungjawaban keuangan pemerintah daerah itu sangat baik. Di Pemerintah Daerah kan indikator kinerja keuangan akan dinilai oleh BPK RI, nah itu kalau sebelum beliau opininya selalu disclaimer, sehingga dengan manajemen keuangan di masa beliau berkomitmen melakukan perubahan itu meningkat sekali perkembangannya, kualitasnya, sehingga opini kita yang diberikan BPK WTP (Wajar Tanpa Pengecualian).

Di sisi lain di dalam penyelenggaraan pemerintahan pelaksanaan pembangunan itu juga dilakukan perubahan yang sangat besar karena kita setiap tahun melakukan penyusunan pelaporan penyelenggaraan pemerintah daerah itu disupervisi, diinspeksi oleh pemerintah provinsi, PTKP, dan Kementerian Dalam Negeri, kalau dulu kita selalu berada di urutan 10 di tingkat kabupaten/kota Kalimantan Timur , sekarang kita sudah menjadi nomer urut 1. Bayangkan dulu di tingkat nasional kita urutan 151, sekarang kita sudah masuk ke urutan 14, dan saat ini kita targetkan meraih urutan 10 besar.


Suparjo (Penerima bantuan program Bedah Rumah Loa Janan, Kutai Kartanegara)

“Saya Bahagia dapat Program Bedah Rumah”


“Saya mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan Ibu Bupati, Ibu Rita selama ini, saya merasa sangat bahagia karena bisa mendapatkan bantuan program bedah rumah, semoga perbuatan baik yang telah dilakukan Ibu mendapatkan pahala dari Yang Maha Kuasa.”



Add to Flipboard Magazine.
Komentar:

                       
   

Popular

Photo Gallery

Visitor


Jumlah Member Saat ini: 233250