Rena Husada The Great Successor
By Benny Kumbang (Editor) - 15 September 2014 | telah dibaca 7652 kali
Rena Husada
The Great Successor
Naskah: Suci Yulianita, Foto: Sutanto/Dok. KAGUM Hotels
Semenjak kecil ia sudah terbiasa mengikuti kegiatan sang ayah, seorang pebisnis ulung dari kota kembang, Bandung. Dari situ ia menyerap ilmu membangun, mempertahankan, dan mengembangkan bisnis. Ia belajar banyak tentang kehidupan yang sesungguhnya. Kini, ia tampil mengembangkan sayap bisnis secara agresif namun penuh perhitungan matang.
Dialah The Great Successor from KAGUM Hotels.
Sungguh inspiratif menyimak kisah sosok wanita muda nan ramah bernama Rena Husada. Dari seorang bocah yang belum mengerti apa-apa, kemudian menuntut ilmu terapan dengan hasil maksimal dalam waktu singkat, lalu menjelma menjadi top eksekutif yang sukses mengembangkan sebuah kerajaan hotel di usia yang tergolong belia, 26 tahun.
Dalam waktu yang tergolong sangat singkat pula, 2010-2014, Rena mampu membawa KAGUM Hotels berkembang sangat cepat. Grup hotel brand lokal ini telah membangun dan mengoperasikan puluhan hotel bintang 2 hingga bintang 4 di seluruh Indonesia.
Total ia mengembangkan 35 hotel dalam tiga tahun. Dua tahun ke depan, ia menargetkan 22 hotel lagi berada di bawah bendera KAGUM Hotels. Di saat bersamaan, ia juga mulai merintis bisnis kuliner dengan rencana membuka delapan restoran dalam tempo satu tahun ke depan.
Meskipun Rena adalah putri pertama sang founder, Henry Husada, jabatannya sebagai Development Project Director KAGUM Hotels tidak dengan mudah ia dapatkan. Bukan Rena namanya jika ia dengan mudah memanfaatkan situasi tersebut. Rena yang merupakan seorang pekerja keras dan penuh semangat, memulai kariernya setahap demi setahap. Ibarat anak tangga, Rena menapak dari anak tangga paling bawah hingga pada akhirnya berhasil menapaki anak tangga teratas.
Sejak masih duduk di bangku sekolah menengah, ia memang telah memiliki passion yang besar pada bidang hospitality. Kala itu, KAGUM Hotels baru memiliki 5 hotel di kota Bandung, dan Rena melihat peluang bahwa KAGUM Hotels masih bisa dikembangkan dengan maksimal. Dalam hati, saat itu Rena sudah bertekad bahwa suatu saat kelak ia akan membantu mengembangkan KAGUM Hotels.
Tak seperti anak muda kebanyakan yang membiarkan hidupnya mengalir sendiri, Rena memilih untuk menentukan sendiri jalur karier dan arah perjalanan hidupnya. Setamat sekolah, ia mantap meneruskan kuliah ke bidang yang akan mendukung tekadnya membangun KAGUM Hotels. Pilihannya adalah negara kota, Singapura.
Berbeda dengan anak muda seusianya yang lebih senang menikmati masa muda, Rena merasa tak ada waktu untuk bersenang-senang. Ia memutuskan kuliah dua jurusan sekaligus di saat bersamaan. Dan keduanya berhasil ia rampungkan dengan baik, bahkan lulus dengan prestasi membanggakan.
“Saya itu orangnya nggak bisa diam. Saat kuliah di negeri orang, saya nggak puas hanya ambil satu jurusan. Karena kuliah kan dari pagi hanya sampai siang, nah malamnya saya nggak ada kegiatan. Untuk itu, saya terpikirkan mengambil lagi kuliah malam dengan jurusan dan universitas berbeda, yaitu Hospitality Management. Awalnya orang tua sempat melarang tapi saya buktikan bahwa saya sanggup. Akhirnya mereka setuju,” kenangnya penuh semangat.
Meraih dua titel S1, tak membuatnya puas. Rena ingin menguasai bidangnya sebelum benar-benar terjun dalam praktik. Ia pun melanjutkan pendidikan ke jenjang S2, Master of Business Administration di University of Wales, United Kingdom (Management Development Institute of Singapore). Lagi-lagi, ia berhasil menyelesaikan pendidikannya dengan baik, bahkan menjadi lulusan S2 termuda kala itu, 21 tahun.
Wanita yang piawai bermain piano, menguasai biola dan Chinese harp, ini, sejatinya memang berotak cemerlang. Sedari kecil, Rena mengaku gila belajar dan membaca. Hampir semua bacaan dilahapnya dengan semangat. Baginya, pendidikan adalah faktor paling penting dalam hidup. “Saya ingat betul, dulu orangtua saya sering marah karena saya membaca dan belajar tidak ingat waktu, bahkan bisa sampai pagi hari,” ungkapnya.
Berbekal ilmu bisnis, dan latihan hidup mandiri di negeri orang, Rena kembali ke kota Parahyangan, Bandung, membawa ide-ide segar untuk kemajuan KAGUM Hotels. Pertama yang terbersit dalam benaknya adalah menjadikan KAGUM sebagai salah satu perusahaan Hotel Management. Ia berpikir, banyak grup hotel internasional yang bisa mengelola hotel dengan baik. “Kita juga harus bisa. Untuk itu saya semangat menjadikan KAGUM sebagai hotel management,” pungkasnya.
Rena pun berusaha meyakinkan jajaran management atas ide ini. Berhasil. Rena bergerak cepat, bahkan sangat cepat. Maka sejak 2010, KAGUM Hotels tak lagi hanya membangun dan mengoperasikan hotel miliknya, tapi juga mulai berperan sebagai hotel management.
Dalam tempo tiga tahun, tercatat ada belasan hotel lain yang telah dikelola di bawah manajemen KAGUM Hotels. Mulai dari bintang 2 hingga bintang 4 di seluruh Indonesia, dari kota Bandung, Bogor, Jakarta, Surabaya, Bali, hingga ke Raja Ampat. “Sekarang mereka percaya bahwa kita adalah satu brand lokal yang dalam waktu singkat bisa manage banyak hotel,” ungkap Rena, dengan sikap rendah hati.
Lantas apa yang menjadi kelebihan dari KAGUM dibanding hotel management brand asing? Menurut Rena, KAGUM mampu memberi nilai lebih, terutama bagi mereka yang berorientasi bisnis, “Intinya, kalau orientasinya cari uang, ya cocoklah bekerja sama dengan kita,” ucapnya. Faktanya, di bawah manajemen KAGUM, sejumlah hotel mampu meningkatkan tingkat occupancy-nya, dan tren itu terus meningkat.
Tentu bukan hanya mengelola hotel milik orang lain. Sebab Rena juga memendam obsesi besar untuk membangun hotel-hotel baru milik sendiri. Ia sangat bersemangat mengajak sang ayah dan tim management KAGUM Hotels untuk berekspansi ke luar kota Bandung.
Sasarannya adalah membangun hotel di setiap kota besar di seluruh wilayah Indonesia, dimulai dari Jakarta, Surabaya, dan Bali. Awalnya Henry Husada, ingin lebih fokus di Bandung dengan pertimbangan masih banyak yang belum digarap. Tapi Rena ngotot untuk ekspansi ke luar kota.
“Akhirnya kita sepakat untuk merambah Bali terlebih dahulu. Setiap minggu kita ke Bali, dan akhirnya kita bisa bangun Serela Kuta, launching pada tanggal 12 Desember 2012. Itu hotel pertama kami di Bali,” ceritanya penuh semangat.
Di usia yang sangat muda, 26 tahun, Rena mampu memimpin ribuan karyawan di sebuah grup hotel yang berkembang sangat pesat dan agresif. Api semangat mudanya seolah menjadi bahan bakar yang terus mendorong tekad dalam mewujudkan obsesi-obsesinya.
Rena mampu menginspirasi banyak orang, khususnya anak-anak muda, bahwa waktu terlalu berharga untuk disia-siakan. Rena pun mematok standar baru, bahwa seorang calon pewaris kerajaan bisnis tak bisa hanya tinggal diam. Seorang calon successor, harus membekali dirinya dengan kapasitas dan kompetensi. Sebab, kemampuan bisnis tidak bisa diwariskan.
Bermula dari Penjaga Toko dan Kasir
Pengalaman manis Rena di masa kecil, rupanya masih jelas teringat dalam benaknya. Ia bercerita, sejak kecil kerap diajak sang ayah yang ketika itu masih berbisnis outlet baju di kawasan Cihampelas, Bandung.
Kala itu Rena kecil dengan riang gembira membantu sang ayah menjaga toko miliknya, “Sering juga jaga kasir,” ucapnya, seraya menambahkan, “Ketika itu credit card belum booming, jadi orang belanja dengan uang cash. Saya ingat betul tiap pulang dari toko, membantu papa menghitung uang di rumah.”
“Keterlibatan” Rena dalam bisnis ayahnya tak hanya sampai di situ. Rena pun sering ikut berbelanja barang-barang untuk dijual kembali di outlet. Bahkan mulai usia 8 tahun, Rena sering diajak pada acara pertemuan dengan rekan bisnis sang ayah. Dari situ ia menyimak pembicaraan demi pembicaraan seputar dunia bisnis. Dan dengan cara itu, sebetulnya tanpa disadari sang ayah telah mengajarkannya ilmu bisnis.
Saat perempuan lain seumurannya asyik bermain, Rena justru sibuk mengamati dan membantu bisnis orang tuanya. Namun ia mengaku menjalankannya dengan sepenuh hati, tidak pernah merasa terbebani dan tertekan. Diakui Rena, tekanan justru datang dari dalam hatinya sendiri, yaitu membawa nama besar Henry Husada dan harus mampu membuktikan bahwa kelak ia juga bisa sukses dan berhasil menjadi pebisnis seperti sang ayah. Semangatnya semakin berkobar ketika ia menyadari bagaimana ayahnya berjuang keras merintis dan membesarkan bisnisnya dari titik nol.
Tak heran jika sang ayah jualah yang selama ini menjadi inspirator dan motivator terbesar dalam hidupnya. Rena belajar banyak dari sang ayah. Tak hanya bisnis, ia juga belajar bagaimana memaknai kehidupan sesungguhnya. Sejak kecil, sang ayah selalu menanamkan nilai-nilai kehidupan, seperti harus bisa menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama. “Papa selalu mengajarkan bahwa hidup itu hanya sekali jadi jangan menjadi orang yang biasa-biasa saja. Jadilah orang yang luar biasa, yang bisa bermanfaat bagi banyak orang,” ucapnya penuh rasa haru.
Kedekatannya dengan sang ayah membentuk karakter Rena sebagai sosok mandiri yang bertanggungjawab. Terlebih, posisinya sebagai putri sulung membuatnya selalu berhati-hati dalam melangkah dan mengambil keputusan. Sejak kecil, Rena terbiasa hidup terarah, memiliki goal dan target yang harus dicapai. Menurutnya itu juga menjadi salah satu kunci kesuksesannya.
Kehidupan Rena pun jauh dari dunia ingar bingar dan pergaulan anak muda yang kerap menyesatkan. Sebaliknya, dengan penuh tanggung jawab Rena menjalani kehidupan dengan sangat hati-hati.
Menimba ilmu jauh di negeri orang tak membuatnya lupa pada kota kelahirannya. Setamat kuliah, beberapa kali Rena ditawari pekerjaan di Singapura dengan posisi dan gaji menggiurkan. Namun ia lebih memilih pulang ke kampung halamannya, Bandung, dengan tujuan ingin membesarkan KAGUM Hotels dengan gagasan-gagasan cemerlang yang didapatnya selama menimba ilmu.
Sebetulnya, sejak masa kuliah pun Rena sudah ikut membantu bisnis sang ayah. Meski saat itu statusnya masih magang untuk menambah ilmunya di bidang perhotelan. “Setiap liburan, saya selalu pulang dan ikut papa ke kantor. Awalnya belum kerja, masih ikut-ikut papa, melihat suasana dan membantu papa di sana,” selorohnya. Begitulah kesibukan Rena pada tiap liburan tiba.
Sampai tiba saatnya Rena menyelesaikan studinya pada 2010, ia fokus dan total bekerja untuk KAGUM. Awalnya Rena membantu bagian keuangan. Rena mampu mengurus keuangan perusahaan dan mampu mengatasi masalah keuangan yang ada. “Ini adalah bidang yang baru buat saya, tapi saya jadi belajar dan mengerti cashflow hotel secara keseluruhan. Itu ilmu yang sangat bermanfaat buat saya,” akunya.
Awal bekerja di KAGUM Hotels, tak sedikit karyawan lain yang usianya jauh di atas Rena sempat meragukan kemampuan Rena dan memandang sebelah mata. Itu sempat menjadi beban baginya. Rena mengubah beban itu menjadi sebuah tantangan untuk membuktikan bahwa ia bergabung di KAGUM tidak hanya mendompleng nama besar sang ayah, tapi juga berkat kerja keras dan kapasitasnya. “Saya masih ingat betul, dulu kalau ketemu klien, saya malah disangka staf, dan karyawan saya yang memang lebih tua malah dikira bos saya, ha ha…” ia tertawa mengenang masa-masa itu.
Lambat laun Rena berhasil membuktikan prestasi-prestasi membanggakan dan hasil kerja kerasnya di KAGUM Hotels, seperti, berhasil membawa nama KAGUM Hotels hingga ke seluruh Indonesia, dan mengembangkan hotel KAGUM dengan menambah puluhan hotel-hotel baru.
Meski anak bos, sikap dan pembawaan Rena yang ramah, rendah hati, dan tidak bossy, membuatnya mudah diterima siapa saja. Bagi Rena, keberhasilan KAGUM Hotels merupakan wujud dari kerja keras tim yang solid. “Saya rangkul semua karyawan. Saya selalu menerapkan bahwa kita ini satu tim, kita harus bersama-sama membangun KAGUM,” cetusnya.
Setahun bergabung di KAGUM Hotels, tepatnya akhir 2011, KAGUM semakin berkembang dengan membangun hotel-hotel baru, baik di kota Bandung maupun di kota-kota besar lainnya di Indonesia. Untuk itu Rena dipercaya mengemban jabatan baru, Development Project Director, yang bertanggung jawab penuh pada pengembangan hotel dan proyek-proyek baru.
Proyek Pertama, Hotel Gino Feruci Braga
Hotel Gino Feruci Braga di Bandung merupakan proyek awal Rena. Dalam proses pembangunan hotel milik sendiri ini, Rena terjun langsung mulai dari pemilihan lokasi, konsep hotel, arsitektur bangunan, hingga interior desain. Di sinilah pertama kalinya Rena diterjunkan dan dilepas sendiri dalam memegang sebuah proyek hotel.
Lagi-lagi Rena berhasil membuktikan kepiawaiannya. Hotel Gino Feruci Braga berhasil terealisasi dan terkonsep dengan baik. Bahkan pemilihan lokasi yang strategis pun, menjadikan hotel ini ramai setiap harinya, terutama pada saat weekend.
Dalam menggarap suatu proyek, Rena memang total. Ia benar-benar terjun langsung, sering mengontrol langsung ke lapangan ke medan berat sekalipun. Ia memang seorang sosok perfeksionis, tak cukup puas bila hanya mendengar laporan dari staf tanpa meninjau langsung ke lokasi. “Apalagi Gino Feruci ini proyek pertama saya, saya harus mengikuti dari awal. Saya belajar semuanya. Awalnya saya nggak ngerti bangunan, sekarang jadi mengerti. Begitu pun dengan interior design. Semuanya sambil belajar,” tuturnya.
Diakui Rena, persiapan pembangunan Gino Feruci cukup menguras tenaga. Namun justru di situlah ia merasa kian tertantang. Sebagai pemula dalam sebuah proyek, Rena tak pernah berhenti belajar dan bertanya kepada yang lebih berpengalaman, misalnya kepada seorang arsitek. “Proyek pertama ini banyak tantangannya, tapi ya harus dijalani. Setelah sukses, proyek kedua belajar lagi, dan proyek selanjutnya tinggal jalan,” Rena mengucapkannya dengan ekspresi puas.
Next Project, Hotel Zodiak dan Hotel Serela
Budget Hotel milik KAGUM Hotels, Zodiak, menjadi salah satu proyek selanjutnya yang digarap Rena. Di sini pun Rena mengonsep mulai dari pemilihan nama. Idenya sederhana, agar tamu tidak bosan dan jenuh, dikonseplah sebuah hotel budget bintang dua dengan nama Zodiak, yang masing-masing Hotelnya memiliki ciri khas desain interior sesuai lambang zodiaknya masing-masing.
Misalnya Zodiak Taurus yang terletak di Pasir Kaliki Bandung, Zodiak Virgo di Jalan Sutami Bandung, Zodiak Pisces di Jalan Kebon Kawung Bandung, Zodiak Gemini di MT Haryono, Jakarta, dan Zodiak Cancer di Asia Afrika Bandung. Selain kenyamanan, hotel Zodiak juga menawarkan keunikan tersendiri yang tentunya hanya dapat ditemui di hotel ini.
Menciptakan sebuah hotel budget diakui Rena lantaran suatu kebutuhan. Menurut Rena, banyak pelancong yang berwisata ke kota Bandung dari kalangan menengah yang mencari hotel bintang dua dengan rate seminim mungkin. Ditambah pengalaman traveling ke banyak negara, Rena melihat tren budget hotel yang meningkat di masing-masing negara, seperti di Jepang, Singapura, dan China.
Meski hotel budget bintang dua, pelayanan dan kenyamanan dibuat sama, standar KAGUM Hotels. “Zodiak ini hotel bintang dua tapi berkelas, bukan losmen. Dan itu memang yang saya mau,” tegas Rena.
Kelebihan lain dari Hotel Zodiak, adalah, kelengkapan fasilitas yang ada di dalam kamar-kamarnya. Rena tidak membedakan fasilitas pada hotel ini dengan hotel bintang lainnya. Semua kamar dalam Hotel Zodiak dilengkapi fasilitas-fasilitas layaknya hotel berbintang, seperti, dilengkapi TV LCD Flat, pendingin ruangan, pembuat teh dan kopi, tentunya juga tersedia fasilitas jaringan internet gratis.
Dilihat dari jumlah, Hotel Zodiak inilah yang jumlahnya paling banyak dalam jajaran Hotel KAGUM. Kini, total Hotel Zodiak berjumlah sekitar 10 Hotel dari 35 Hotel yang ada. Dan akan ada lagi pengembangan pembangunan hotel-hotel baru ke depannya, salah satunya adalah hotel Zodiak sebanyak 8 hotel yang akan tersebar di kota Jakarta, Yogyakarta, dan Bandung. “Ke depan, saya memang maunya fokus ke hotel yang bertema dan memiliki ciri khas jadi tidak membosankan,” ungkapnya.
Dengan adanya Hotel Zodiak, lengkap sudah hotel-hotel yang mewakili kelasnya, mulai dari bintang dua, bintang tiga, dan bintang empat
Selain Hotel Gino Feruci, dan Hotel Zodiak, Rena juga menggarap proyek Hotel Serela, yang diawali dengan Hotel Serela Kuta, Bali pada Desember 2012 lalu. Dari situ, Rena terus menerus ekspansi membangun Hotel ini ke kawasan lainnya, baik di dalam kota Bandung maupun luar Bandung.
Tercatat beberapa hotel Serela yang telah beroperasi, antara lain, Hotel Serela Merdeka, Hotel Serela Waringin, dan Hotel Grand Serela. Ke depan, akan ada lagi beberapa Hotel Serela yang kini sedang dalam proses pembangunan, antara lain, Hotel Grand Serela @ Magelang, Hotel Grand Serela @ Legian Bali, Hotel Grand Serela Dago, Hotel Grand Serela Riau, Hotel Serela @ Cilegon, Hotel Serela @ Palembang, dan Hotel Serela @ Lampung.
Mimpi Mulia Rena
Sebelum memutuskan meneruskan pendidikan bidang bisnis dan perhotelan, awalnya terbersit cita-cita untuk menjadi seorang dokter. Tujuannya mulia, yakni ingin membantu dan menolong sesama. Namun dengan beberapa pertimbangan dan masukan dari orang tua, Rena memutuskan untuk mengurungkan niatnya itu.
“Saat itu papa memberi masukan bahwa seorang dokter itu one man show dan harus mendedikasikan hidupnya penuh untuk pasien. Kalau niatnya untuk menolong sesama, bisa dari bisnis. Membantu banyak orang, membuka lapangan pekerjaan. Saya pikir benar juga, akhirnya saya memutuskan kuliah bisnis,” kenang Rena.
Meski begitu, Rena tak pernah melupakan mimpinya itu. Tak bisa menjadi seorang dokter, bukan berarti tidak bisa mengabdi pada bidang itu. Ya, Rena memiliki mimpi besar dan mulia, yakni kelak ia akan memiliki sebuah Rumah Sakit. “Itu impian saya sejak kecil,” tuturnya.
Bukan omong kosong belaka, dan bukan sekadar impian tanpa realisasi. Sebab, diam-diam Rena sudah bergerak mempersiapkan semuanya. “Tanah sudah ada, izin sudah ada, tinggal bangun. Semoga bisa segera mungkin beroperasi,” harapnya. Ya, tak berapa lama lagi di kota Bandung akan berdiri sebuah Rumah Sakit besar dengan nama RS Rena Husada.
Selain itu, di luar KAGUM Group, Rena kelak akan membangun sendiri sebuah kerajaan bisnis di bidang kuliner. Rencana itu pun sedang dalam persiapan. Sebentar lagi bisnis baru Rena itu akan menguasai kota Bandung dan Jakarta.
Dengan ekspansi membuka bisnis baru, maka tenaga kerja akan terserap lebih banyak lagi, dan membantu mengurangi pengangguran. Itu tujuan mulia Rena. Kelak ia akan menjadi seorang pebisnis besar seperti sang ayah. Semoga sukses!
"KAGUM Hotels akan Go International!"
Akrab, ramah, terbuka, dan rendah hati. Begitulah kesan pertemuan dengan Rena ketika menyediakan waktu untuk menerima kehadiran Majalah Men’s Obsession di sela-sela kesibukannya. Dalam pertemuan hangat di Hotel Gino Feruci Braga, Bandung, Rena banyak bercerita tentang kehidupan, mimpi-mimpi dan perjalanannya memimpin sebuah kerajaan hotel di kota Bandung, KAGUM Hotels. Berikut petikan wawancaranya:
Anda memimpin sebuah perusahaan yang sedang berkembang di usia yang sangat muda. Apa tidak menjadi beban?
Nggak sih. Karena dari awal memang passion saya di sini, di bidang perhotelan. Jadi menjalaninya penuh semangat dan enjoy. Dari awal ketika masih sekolah memang ditawari mau pegang bisnis apa. Dan saya sendiri yang memilih maunya di hotel, karena memang passion-nya di situ. Dan, hotel is like my playground karena dari kecil saya sudah terbiasa dengan suasana kerja di perhotelan.
Mengapa memilih Perhotelan?
Karena saya melihat sekarang itu traveling sudah menjadi kebutuhan yah. Orang sudah sangat mudah melakukan traveling, transportasi khususnya pesawat sudah terbuka dan banyak, mulai dari yang murah, terjangkau untuk siapa pun. Contohnya saja Jakarta – Bandung sudah sangat dekat, orang Jakarta bisa dengan mudah kapanpun wisata ke Bandung. Saya berpikir, orang kalau bepergian ke luar kota atau luar negeri tinggalnya di mana, pasti di hotel. Untuk itu saya ingin KAGUM Hotels bisa memfasilitasi hotel-hotel yang bisa men-service mereka, supaya mereka nyaman. Dan sekarang momentum yang sangat tepat.
Bisnis hospitality ini juga ke depannya pasti akan bagus yah. Saya amati dari survey, sekarang ini keinginan orang untuk beli barang itu berkurang, mereka lebih ke by the experience, seperti traveling.
Contohnya, jika dilihat dari revenue Disneyland, cinderamata mereka seperti mainan, dan lain lain, itu berkurang peminatnya. Tapi orang yang berkunjung ke sana meningkat. Saya amati sekarang itu trennya memang seperti itu yah. Kalau beli barang kan hanya dinikmati sendiri tapi kalau kita traveling kan bisa pergi bersama keluarga. Itu yang tidak terbayar experience-nya.
KAGUM Hotels di tangan Anda mengalami perkembangan luar biasa. Hanya dalam waktu tiga tahun, tercatat total 35 hotel di bawah KAGUM Hotels. Ke depan, target berapa hotel lagi yang sedang dalam persiapan proses pembangunan?
Kurang lebih kita akan membangun 22 hotel lagi yang tersebar di Bandung, Kudus, Yogjakarta, Jakarta, Bali, Lampung, dan Palembang.
Target kapan semua bisa beroperasi?
Tahun 2016, semoga lancar dan 2016 awal bisa launching semua.
Kalau yang dalam waktu dekat, hotel apa saja yang akan segera beroperasi?
Hotel Serela Yogjakarta, rencana akan launching pada Desember 2014 mendatang, dan Golden Flower Bali sedang dalam pembangunan, target awal 2015 selesai.
Apa keistimewaan dari kedua hotel tersebut?
Kalau yang Serela Yogjakarta standar bintang tiga seperti Hotel Serela lainnya. Nah Golden Flower di Bali ini, hotel besar memiliki ballroom dengan kapasitas besar, dan dilengkapi beragam ruang meeting yang lengkap. Saya buat seperti itu karena berdasarkan survey saya, dekat hotel tersebut tidak ada hotel yang memiliki ballroom besar dan memadai untuk pesta pernikahan. Mungkin kalau orang luar Bali mengadakan pesta pernikahan di Bali inginnya dengan suasana pantai. Tapi kalau asli orang Balinya sendiri, saya rasa sudah bosan dengan suasana seperti itu, dan mereka mencari tempat memadai untuk mengadakan resepsi pernikahan besar, untuk itu kami sediakan ballroom. Jadi ini peluang yang sangat bagus menurut saya
Pak Henry Husada (founder KAGUM) sudah percaya penuh yah kepada Anda untuk memimpin KAGUM Hotels?
Iya, awalnya papa men-support dan membimbing. Tapi sekarang sudah dilepas, saya sudah bisa memimpin dan mengambil keputusan sendiri. Dan papa juga udah nggak pernah pegang proyek lagi, itu semua saya yang urus. Papa tahunya udah opening. Tapi namanya orang tua, kadang papa masih suka menganggap saya little girl. Kalau saya naik ke proyek misalnya, papa suka marah khawatir jatuh. Tapi saya harus datang sendiri ke proyek dan mengontrol pekerjaan proyek agar sesuai dengan maunya saya. Pernah ada kejadian karena saya sibuk, saya tidak sempat mengontrol proyek, pasang lantai salah, saat itu juga saya minta bongkar dan ganti semua. Hal-hal yang seperti itu kan harus diperhatikan dengan detail.
Ketika pertama kali diberi amanah menjabat Development Project Director, apa yang terbersit dalam benak Anda, akan membawa KAGUM Hotels seperti apa?
Saya bergabung tahun 2010, ketika itu baru ada 4 hotel dan sedang bangun 1 hotel, jadi baru akan ada 5 hotel. Saya melihatnya sayang sekali, apalagi jika melihat kota Bandung yang menjadi daerah wisata, hotel harus ditambah karena ini sebuah peluang. Saya sampaikan hal ini pada papa, papa setuju, dan manajemen juga menyanggupi. Tak tanggung-tanggung, saya mengonsep banyak hotel yang harus dibangun dalam waktu yang bersamaan.
Selain itu, saya juga mengajak papa untuk mau ekspansi ke luar kota, jangan hanya di Bandung saja. Awalnya papa ngotot maunya di Bandung saja, soalnya papa itu terlalu cinta Bandung, Kabayan, hehe, semuanya serba Bandung. Tapi saya paksa, bukannya nggak cinta Bandung, tapi saya tidak mau menaruh telur hanya dalam satu keranjang, inginnya berkembang ke mana-mana. Akhirnya terealisasi di Bali dan Jakarta. Dari situ kami semakin percaya diri terus mengembangkan hotel ke seluruh Indonesia.
Sejak kehadiran Anda, KAGUM bisa menjadi sebuah perusahaan hotel management, apa itu juga ide Anda?
Oh iya. Jadi begini, waktu saya pulang dari sekolah di Singapura, saya melihat banyak brand internasional yang bisa me-manage banyak hotel, kenapa kita nggak bisa seperti itu. Selain itu, saya juga melihat peluang, banyak teman-teman saya yang punya hotel tapi tidak bisa manage hotel itu, kan sayang nggak ada hasil. Akhirnya saya coba sampaikan ke papa, saya ajak papa untuk menjadikan KAGUM sebagai hotel management company. Papa setuju dan manajemen juga menyanggupi, akhirnya kita bergerak cepat. Dan sekarang sudah banyak hotel-hotel yang kami kelola dengan baik.
Begitu banyak nama hotel, bagaimana membedakan yang manage by dan owned by KAGUM Hotels?
Sama saja sih sebenarnya karena sekarang setiap pihak yang mau bekerjasama dengan kami, harus menggunakan nama-nama hotel KAGUM. Untuk nama, agar lebih diingat kini kami sepakat hanya menggunakan 6 nama saja untuk hotel milik KAGUM, yaitu Zodiak untuk hotel bintang 2, Serela untuk hotel bintang 3, Grand Serela, Golden Flower, Gino Feruci, dan Banana Inn adalah hotel bintang 4.
Apa keuntungan bekerjasama dengan KAGUM Hotels untuk me-manage hotel?
Pastinya kita kasih value lebih. Mereka investasi orientasinya kan untuk bisnis. Dasarnya orientasi bisnis itu cari uang. Dan dalam me-manage hotel mereka, kita juga akan cari uang untuk mereka. Mereka ada perhitungan nilai investasi, payback periodenya juga kita perhatikan. Intinya kalau orientasinya cari uang ya cocoklah pake kita. Dan itu terbukti yah sudah melebar ke mana-mana, dan kita juga sudah maintain occupancy-nya selama ini bagus.
Kalau untuk KAGUM Group, selain Hotel, bisnis lainnya ada apa lagi?
Banyak yah, tentunya yang mendukung industri pariwisata, seperti KAGUM Fashion, KAGUM Culinary, KAGUM Transportation, KAGUM Finance, KAGUM Land dan KAGUM property. Untuk CSR nya ada KAGUM School. Tapi kalau saya lebih terfokus pada KAGUM Hotels. Kalau properti, saya hanya membantu mengonsep garis besarnya. Tapi kalau untuk penjualannya ada manajemen dan marketing tersendiri.
Perkembangan properti, sudah sejauh mana?
Bisnis properti kami adalah menjual unit apartemen menengah. Sekarang sudah ada beberapa di Asia Afrika, Cihampelas, dan yang baru launching di City Light, Bandung. Di Jakarta juga ada MT Haryono Residence itu sudah sold out. Selain itu, kami juga sedang mempersiapkan konsep properti sebuah kawasan terintegrasi yang terletak di kawasan Bandung Utara dengan nama Goldwood. Ini nantinya satu kawasan yang menyediakan segala macam fasilitas, seperti apartemen, hotel, convention hall, mal, dan lainnya.
Selain ekspansi membangun dan mengembangkan hotel-hotel ke seluruh Indonesia, apa ada rencana besar lain, ke depannya KAGUM Hotels akan seperti apa?
Iya pastinya. Saya ingin KAGUM Hotels bisa memegang Jakarta, dan tentunya KAGUM juga harus bisa go international. Minimal ke negara tetangga dulu, tapi negara berkembang, nggak ke Singapura atau Malaysia, negara lainnya dulu. Kita sedang dalam tahap penjajakan untuk ke arah sana.
Apa arti karyawan bagi Anda?
Mereka adalah team saya, rekan kerja saya. Dan saya sangat bersyukur memiliki team yang kuat. Kami juga harus empower people. Jadi kasih mereka kepercayaan untuk berkembang, tingkatkan terus jenjang kariernya sesuai kemampuan. Banyak yang kariernya meningkat dan dimulai dari bawah. Contohnya, awalnya Front Office Manager bisa menjadi Hotel Manager. Kita kasih kepercayaan lah yah mereka. Dengan begitu mereka juga menjadi loyal. Itu yang paling penting. Saya merasa beruntung banyak yang bantuin, beruntung memiliki team yang solid.
Bisa cerita gaya kepemimpinan Anda seperti apa?
Saya itu orangnya memang perfeksionis dan detail dalam hal apapun. Meski begitu saya jarang marah. Dan saya adalah tipe pemimpin yang lebih banyak mendengar. Misal saat meeting, saya diam dulu, beri kesempatan mereka untuk berbicara, dan saya mendengarkan. Baru nanti terakhir ada penyampaian yang saya sampaikan. Saya beri mereka kebebasan untuk bicara dan masukan. Jangan tutup telinga karena mungkin ada hal-hal yang mereka lebih tahu yang mungkin saya nggak tahu, begitu juga sebaliknya. Jadi tepatnya sharing.
Di tengah kesibukan, apa yang Anda lakukan di waktu luang?
Sebagai seorang wanita muda, saya masih sempatkan bergaul, hang out bersama teman-teman. Atau menjalankan hobi saya, seperti membaca, dan bermain piano. Sejak kecil saya berlatih piano, dari kelas 6 SD. Dan dulu juga sering ikut kompetisi karena saya itu orangnya kalau sudah suka sesuatu ya harus ditekuni. Terakhir ikut kompetisi piano saat saya masih kuliah. Tapi sekarang sudah tidak sempat karena kesibukan pekerjaan. Jadi buat hobi saja. Selain piano saya juga menguasai biola dan Chinese harp.
Bagaimana cara Anda menghadapi masalah atau stress?
Saya serahkan semuanya pada Tuhan, untuk itu saya harus banyak-banyak berdoa. Selain itu traveling, itu penting juga yah untuk mencari inspirasi. Saya paling suka traveling ke Singapura, sudah seperti rumah buat saya. Kalau jenuh misalnya, saya weekend ke Singapura, ibaratnya untuk recharge. Selain Singapura, sekarang saya sering menghabiskan weekend di Jakarta. Saya ada rencana tinggal di Jakarta karena ingin punya banyak bisnis di Jakarta. Impian saya dari dulu itu pengin banget menguasai Jakarta. kalau di Bandung terus nanti nggak ke mana-mana. Bandung sudah dipegang. Nah, sekarang saatnya memegang Jakarta.
Sosok Rena di Mata Keluarga dan Rekan Kerja
Henry Husada
(Ayah, Founder KAGUM Group)
Rena itu memiliki semangat tinggi. Dari dulu kalau sudah punya keinginan, ia pasti berusaha bagaimana caranya untuk mencapai keinginannya itu, sampai sekarang seperti itu. Dan itu yang saya suka. Dia juga penurut. Sebagai sulung saya melatih dan mengajarkan dia untuk bertanggungjawab dan bisa menjadi contoh tauladan yang baik bagi adik-adiknya. Dari kecil saya melatih dia untuk ikut saya bekerja atau meeting dan pertemuan dengan rekan bisnis, dan dia nurut, tidak pernah marah atau protes. Saya latih dia sejak kecil untuk menjadi pendengar dulu. Sebagai sulung, Rena juga bisa menuntun adik-adiknya dengan baik karena saya memberi dia tanggungjawab untuk menjadi kakak yang baik.
Rena juga anak yang pintar, sejak kecil dia berprestasi. Begitu pun dalam memimpin KAGUM, prestasinya ada, dan memiliki semangat memimpin meski usianya masih muda. Tapi di mata saya dia sudah memiliki kematangan di usianya yang muda. Rena juga orangnya memiliki hidup yang terarah, dia punya planning ke depan, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Sejak kecil, saya mengajarkan Rena untuk bertanggungjawab dan berani mengambil keputusan. Saya membesarkan dan mendidik anak-anak terutama Rena, tanpa memaksakan kehendak. Rena saya beri kebebasan untuk menentukan arahnya ke mana, tugas saya mengarahkan dan memberi masukan.
Perumpaannya seperti ini, saya memberikan kertas putih kepada Rena untuk digambar atau ditulis, bebas terserah dia mau menggambar apa. Nanti saya tinggal memberi penilaian dan masukan atas hasil yang telah digambar tersebut. Tapi saya akan marah kalau kertas putih itu kembali masih kertas putih lagi. Jadi di sini saya melatih Rena untuk percaya diri dan berani mengambil keputusan. Karena itu yang paling penting.
Kalau percaya diri sudah di tangan maka semua akan berjalan lancar. Tapi kalau percaya dirinya nggak ada, bagaimana kita mau mengerjakan sesuatu. Jadi saya menekankan bahwa jangan takut salah, kalau salah bisa dikoreksi, tapi kalau belum apa-apa sudah takut salah, tidak akan bisa mengerjakan apa-apa. Ibaratnya saya kasih kertas putih dikembalikan kertas putih, apa yang mau saya nilai.
Resti Husada
(Adik Rena, Creative Director KAGUM Fashion)
Kalau di luar, Rena itu sosok yang tegas dan lebih berani dibanding saya. Tapi kalau keseharian dia di dalam rumah, justru dia itu orangnya lembut dan polos. Dia juga orangnya sangat terbuka, tidak ada yang disembunyikan, dia selalu mengutarakan apa yang ada dalam pikirannya. Rena sayang banget sama adik-adiknya. Meski begitu, adik-adiknya sangat menghormati dan takut sama dia karena galak dan tegas.
Dalam memimpin dia orangnya tegas, bertanggungjawab, disiplin dan bisa mengatur. Mungkin karena posisinya sebagai anak pertama juga, dia terbiasa menjadi leader para adik-adiknya.
Nandang Djuarsa
(Corporate GM KAGUM Hotels)
Saya kenal Ibu rena waktu beliau masih umur 17 tahun, masih sekolah. Kebetulan waktu itu saya yang mengurus dan mempersiapkan acara ulang tahunnya sweet seventeen di Hotel Seriti (sekarang Grand Serela Setiabudi). Tak terasa sampai sekarang sudah dewasa, sudah pintar, dan sudah pegang beberapa project hotel di Indonesia.
Beliau punya potensi menjadi seorang pemimpin, dan itu sudah dibuktikan. Walaupun masih muda, tapi kreatif, bertanggungjawab, keras, dan disiplin dalam membangun proyek-proyek hotel milik KAGUM.
Mengembangkan hotel-hotel di luar Bandung, itu juga merupakan idenya Ibu Rena. Jadi beliau itu sangat kreatif. Sebagai seorang pemimpin, beliau juga sudah pintar sekali menyelesaikan masalah dengan baik.
Beliau benar-benar bekerja keras membangun KAGUM Hotels. Pak Henry juga sudah percaya penuh dan melepas beliau bekerja untuk hal-hal prinsip tentang bagaimana membangun hotel sampai opening. Jadi sekarang ini beliau yang memimpin semua, dan menurut saya beliau lebih dari bisa.
Ibu Rena juga bekerja menggunakan hati nurani, meski beliau big boss tapi tidak seenak-enaknya dalam bekerja, juga tidak marah-marah seenaknya. Karyawan beliau rangkul semua. Itu yang saya lihat dari kepemimpinannya.
KAGUM di bawah Ibu Rena mengalami perkembangan luar biasa. Dulu waktu saya gabung tahun 2005, KAGUM masih satu hotel, Serela Riau. Sekarang sudah puluhan hotel di seluruh Indonesia. Jadi saya tahu persis perjalanannya dalam beberapa tahun ini. Hotel kita berkembang sangat pesat, dalam kurun beberapa tahun ini sudah ada total 35 hotel. Itu luar biasa sekali. Dan peran Ibu Rena yang membuka, dari mulai fondasi gedung sampai opening beliau terjun langsung.
Heni Supartini
(Personal Assistant Rena)
Saya di KAGUM sudah 6 tahun, awalnya membantu Ibu Rena di bagian Finance. Tapi lama lama Ibu rena sudah makin banyak proyek jadi butuh bantuan. Akhirnya sejak 3 tahun lalu saya diajak Ibu Rena untuk menjadi Personal Assistant beliau. Ibu Rena itu luar biasa. Walaupun usianya sangat muda, bahkan lebih muda dari saya, tapi beliau bisa memimpin dengan baik. Dari segi kepemimpinan, beliau sudah sangat matang. Beliau berani mengambil keputusan dan tegas. Meski beliau ada seorang boss, tapi Ibu Rena sangat rendah hati, dia juga menganggap saya sebagai teman.
Dalam bekerja, Ibu Rena itu sangat perfeksionis, beliau tidak mau segala sesuatu ditunda. Jadi kalau misalnya memberi pekerjaan, saat itu juga harus ada reportnya. Ibu Rena juga pekerja keras, misalnya ke proyek hotel, beliau nggak suka dan nggak mau kita report pake foto, maunya langsung datang meninjau proyek. Walaupun suka dilarang papanya, tapi beliau tetap maunya melihat proyek dengan mata kepala sendiri, nggak mau lihat laporan dari foto. Benar benar dijalanin medan proyek dari tiap tangga ke tangga.
Saya melihat Ibu Rena sebagai sosok yang tangguh, pekerja keras, dan luar biasa. Saya betul-betul menghormati dan menghargai beliau sebagai atasan.
Reni
(Arsitek, Rekan Kerja)
Saya mengenal Ibu Rena sejak tahun 2007, saat pembangunan hotel Golden Flower. Kemudian Ibu Rena sudah mulai gabung setelah lulus kuliah dari Singapura, beliau terjun ke proyek. Ibu Rena rajin turun ke proyek, dan karena saya bagian manajemen konstruksi dan perencanaan, jadi kalau beliau mau ke proyek saya harus mendampingi.
Sebagai rekan kerja, Ibu Rena itu baik sekali. Beliau sangat perhatian, mungkin buat orang lain hal kecil, tapi kalau menurut saya, itu sangat berkesan. Perhatian beliau seperti beliau suka kasih cake, coklat, dan oleh-oleh apapun dari Ibu Rena. Menurut saya cara seperti itu, cara beliau sangat perhatian pada rekan kerja dan anak buah. Beliau juga baik banget, saya beberapa kali mendampingi beliau belanja ke China, di sana beliau baik sekali, perhatian banget.
Kalau dilihat dari pekerjaan, Ibu Rena bekerja dengan sangat profesional. Misalnya begini, kalau di lapangan ada kesalahan atau pekerjaan belum beres tidak sesuai target, dia akan marah. Tapi ya marah saat itu aja, ke sananya biasa lagi. Jadi beliau itu sangat tegas yah tapi juga berhati lembut.
Add to Flipboard Magazine.
Popular

Wanita Muslim yang Menginspirasi Dunia
24 July 2014
Film-film Islam Terbaik Sepanjang Masa
01 July 2013