The Golden Songket of Sriwijaya
By Giatri (Editor) - 27 December 2013 | telah dibaca 3775 kali

Sebagai bentuk apresiasi terhadap ratunya kain ini, Pemerintah daerah Sumatera Selatan bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia menggelar Festival “The Golden Songket of Sriwijaya” di Museum Tekstil Jakarta.
Koleksi milik Ida yang dipajang berjumlah 20 helai kain yang sebagian besar didapatnya dari warisan turun-temurun keluarga. Ada diantara koleksinya itu yang berusia senja seperti Kain Panjang Limar Muntok. “Berusia 75 tahun,” jelas Ida. Sedangkan yang mencapai usia ratusan tahun adalah Selendang Lepus Hitam Motif Kecil.

Semua songket milik wanita paruh baya ini terbuat dari benang yang dilapisi emas 24 karat bernama benang jantung. Benang yang sudah tidak diproduksi lagi ini diimpor dari Cina dan berdaya tahan sangat lama sampai satu abad lebih. Soal harga kata Ida, songket yang ditenun dengan benang jantung bisa dihargai mulai dari 60 juta hingga ratusan juta, senilai dengan kelangkaan songket.“Yang mahal itu Limar,” imbuhnya.
Sementara Irma membawa 16 songket miliknya yang terbuat dari benang jantung dan pewarna alami (dari tumbuhan) diantaranya Sarung Tanjung Rumpah, Selendang Limar Muntok asal Bangka dan motif Lepus Berakam yang berusia ratusan tahun.
“Lepus itu artinya penuh benang emasnya dan itu memerlukan teknik menenun yang luar biasa. Jika dipegang pasti terasa berat karena mengandung logam,” terang Irma. Menurut Irma kain kesayangannya itu jika dijual harganya bisa mencapai ratusan juta. “Tapi saya tidak akan menjualnya,” pungkasnya.
Sembari memperlihatkan koleksinya, Wanita kelahiran 25 Desember 1962 ini pun mengisahkan tentang sejarah Songket. Pada abad 18, Kerajaan Sriwijaya menjadi pengimpor benang tanjung terbanyak yang akan digubah menjadi songket untuk para bangsawan.

Sang Sultan pun memboyong keluarga beserta tukang tenun kerajaan juga koleksi songketnya. “Inilah awal mula publik melihat songket dan lambat laun songket memasyarakat,” tutur wanita yang terlihat ayu berbalut Jumputan Palembang berwarna jingga itu.
Ibu empat anak ini menandaskan songket bukanlah sehelai kain biasa namun memiliki nilai intangible lantaran menceritakan sejarah, status simbol, juga local wisdom yang dilihat dari cara pembuatannya.
Oleh karenanya, Ia pun berharap agar lebih banyak perempuan Indonesia yang memakai wastra khas nusantara ini dan memahami sejarah panjang dari kain itu.
Koleksi milik Zainal juga tak kalah menarik untuk dicermati. Diantaranya Sarung Tanjung Rupa yang ditenun oleh neneknya bernama Masayu Inung pada 1912. “Ini khusus laki-laki yang pakai,” jelasnya.
Songket Dodot Lepus Rakam Bintang yang dibuat oleh sang uyut pada 1813, terdapat motif bergambar ayam jago.“Itu melambangkan kegagahan. Dulu yang mengenakannya hanyalah orang berdarah biru,” ungkapnya Owner Museum Songket Zainal itu.

Ada juga koleksi dari Zainal yang memiliki makna unik, yakni Selendang limar janda berhias. Dengan mengenakannya berarti menunjukkan dirinya adalah janda muda yang belum mempunyai anak.“Orang Palembang kan malu mengaku dirinya janda,” ujarnya.
Semua koleksi Zainal bisa dibanderol harga hingga milyaran karena dilihat dari nilai sejarahnya, “Milik saya juga ada yang berusia 200 – 300 tahunan,” ungkapnya. Ke depan Zainal berharap agar wastra yang dibanggakan oleh masyarakat Melayu di Sumatera Selatan ini, bisa terus meluaskan fungsi dan perannya sebagai karya budaya, produk fashion, dan penunjang kreatif di provinsi yang kerap disebut Bumi Sriwijaya. “Dan orang bisa memahami secara lebih mendalam mengenai songket,” ucapnya.
Setelan pertama adalah Songket Lepus yang dibuat menjadi baju berlengan panjang dipadankan dengan bawahan dari Songket Lepus Berante Limar Emas berwarna merah. Lalu setelan yang kedua adalah Songket Lepus yang juga dibuat menjadi baju berlengan panjang yang dipadankan dengan bawahan dari kain limar berwarna merah maroon dan hijau muda.
Add to Flipboard Magazine.
Tulis Komentar:
Popular

Wanita Muslim yang Menginspirasi Dunia
24 July 2014
Film-film Islam Terbaik Sepanjang Masa
01 July 2013