Inspiring Mothers
By Benny Kumbang (Editor) - 16 December 2013 | telah dibaca 7709 kali
Hj. Melani Leimena Suharli
Selalu Memegang Amanah Rakyat
Naskah: Sahrudi, Foto: Sutanto/Dok. Pribadi
Menjadi wakil rakyat bagi politisi perempuan satu ini bukan sekadar mewakili rakyat dari belakang meja di gedung parlemen. Turun langsung bertemu konstituen, mendengar, berempati dan memperjuangkan kepentingan rakyat khususnya kaum Hawa, adalah gaya perjuangannya sebagai anggota legislatif. Ya, Hj Melani Leimena Suharli, adalah sosok seorang ibu yang tidak hanya memberi inspirasi kepada keluarga tapi juga masyarakat.
Berjuang melalui dunia politik bagi Melani bukanlah pilihan yang tanpa alasan. Setelah lama berkutat sebagai seorang pengusaha yang mapan, Melani merasa ada saatnya ia harus mewakafkan waktu dan hidupnya untuk berkhidmat kepada rakyat melalui parlemen.
Ya, jiwa dan semangat pahlawan nasional Dr J Leimena yang tak lain ayah kandungnya benar-benar mengalir dalam diri Melani. Ia masih ingat betul pesan sang ayah yang mengatakan bahwa politik adalah alat untuk melakukan pelayanan.
“Karena itu dalam politik bukan kekuasaan yang harus diraih tapi karena motivasi yang kuat untuk melayani, menjadi garam dan terang bagi bangsa,” kata Melani mengutip ungkapan ayahnya yang selalu dipegang hingga sekarang.
Untuk itulah, Wakil Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat ini memiliki visi yang luhur sebagai pegangannya berjuang di jalur politik ini yakni; menjadikan kepercayaan sebagai amanah untuk mencapai kesejahteraan rakyat untuk menjalankan misinya memperjuangkan martabat perempuan di segala bidang dan eksistensi peran perempuan di lembaga politik, ekonomi, hukum, pendidikan, budaya, agama dan lainnya.
Karir politik ibu tiga orang anak ini mendapatkan momentumnya di tahun 2009 ketika terpilih sebagai anggota DPR RI dan ditunjuk menjadi salah satu Pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Republik Indonesia (MPR RI). Keberadaannya di lembaga politik politik nasional ini lagi-lagi menjadi bukti eksistensi kaum Hawa negeri ini yang tak bisa lagi dipandang sebelah mata. Penasihat Fraksi Partai Demokrat MPR RI ini memberikan kontribusi dan inspirasi bagi kemajuan kaum perempuan Indonesia, terlebih ia juga duduk di Dewan Pertimbangan Kaukus Perempuan Parlemen RI.
Sebagai Pimpinan MPR RI, perempuan kelahiran Jakarta, 27 Januari 1951 ini juga dikenal cerdas dan trengginas dalam menyosialisasikan “4 Pilar Berbangsa dan Bernegara” yakni UUD 1945, Pancasila, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi salah satu program MPR RI. “Ini sebuah program luhur untuk menjaga, meneguhkan, dan mengabadikan Indonesia dengan ruh dan idealisme sejatinya,” tegas Melani.
Ia tak segan untuk bersentuhan langsung dengan semua elemen masyarakat baik di kota bahkan hingga pelosok desa. Program ini mendapatkan respon yang luar biasa dari masyarakat. “Tadinya kita datangi satu per satu perwakilan masyarakat, organisasi, seperti lembaga birokrasi, sekolah-sekolah, dan bahkan pendidikan anak-anak usia dini (PAUD). Ternyata antusias masyarakat itu demikian besar sehingga mereka yang ingin mendapatkan sosialisasi diatur sesuai jadwal. Selain itu, kita juga memberikan sosialisasi dengan berbagai metode antara lain pendekatan budaya misalnya melaui wayang,” tuturnya.
Kini, istri dari KH Muhammad Suharli ini kembali dipercaya untuk mencalonkan diri sebagai calon anggota legislatif DPR RI oleh Partai Demokrat di Daerah Pemilihan (Dapil) DKI Jakarta II yang meliputi Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, dan Luar Negeri. Keberadaan Melani sendiri di daerah pemilihannya ini juga tak diragukan lagi. Warga sudah mengenal kiprahnya dalam membantu masyarakat. Ini salah satu keunggulan Melani. Apalagi, dalam Pemilu 2009 lalu ia yang mendapat nomor urut satu di Dapil yang sama ternyata berhasil mendapat suara terbanyak.
Selama kurang lebih empat tahun sudah ia bekerja dan bahu membahu ikut membangun Jakarta bersama konstituennya di Dapil II DKI Jakarta tersebut. Sejak empat tahun silam itu pula ia juga rajin blusukan menemui konstituennya yang mayoritas kalangan ibu-ibu yang selama ini sudah dirawat melalui komunikasi intensif dan kalangan komunitas-komunitas. “Saya membina pengusaha UKM, PAUD dan ibu-ibu PKK,” tukasnya.
Kedekatannya dengan konstituen terlihat seperti belum lama ini, ia blusukan dan memberikan bantuan pada para korban kebakaran di Kemayoran Timur, Jakarta Pusat. Pada kesempatan itu, Melani memberikan bantuan berupa bahan bangunan seperti semen dan pasir.
“Saya memberikan semen, pasir dan bahan bangunan, karena kebutuhan lain seperti alat sekolah dan buku, juga sembako, sudah diberikan pihak lain. Bantuan bahan bangunan ini untuk mempercepat pembangunan kembali rumah yang terbakar,” kata Melani.
Selain itu, Melani juga memberikan bantuan kepada para korban kebakaran di Senen yang terjadi beberapa waktu lalu. Bantuan tersebut berupa pengobatan gratis dan pemberian susu untuk balita.
Khusus terkait sikap gotong royong yang masih tertanam dalam diri warga Jakarta, Melani menilai hal itu sebagai sesuatu yang patut dijaga dan dilestarikan. “Kita harus terus memupuk sikap gotong royong ini sehingga kepedulian antara sesama warga pun makin tinggi. Saya benar-benar kagum, warga Jakarta masih sangat peduli, masih menerapkan gotong royong kepada tetangga yang terkena musibah,” katanya. Menurutnya, sikap saling membantu sesama yang terkena musibah adalah bagian dari penerapan empat pilar bangsa.
Melani juga memiliki harapan besar kepada para ibu Indonesia untuk bisa berperan sebagai pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya. “Sehingga ibu ikut berperan juga membangun bangsa dan negara dalam berbagai bidang,” ujarnya. Sementara untuk anak-anak Indonesia, ia juga memberikan motivasi agar lebih meningkatkan potensi yang ada dalam diri masing-masing untuk membangun bangsa dan negara dengan semangat juang yang tinggi dan rasa optimis.
Melanigrafi
Nama : Hj.Melani Leimena Suharli. Lahir: Jakarta, 27 Januari 1951. Pendidikan : STIE GANESHA, STIA YAPPAN. Pekerjaan: Wakil Ketua MPR RI. Keluarga: Drs KH Muhammad Suharli (suami), AKBP. H Suhandana Cakrawijaya, SIK, H Ali Muhammad, SE, AK, Hj Lendra Kraton, S Sos.,M.I.Tech (anak).
Mardiana Indraswati
Ibu Para Pengusaha Kecil
Naskah: Suci Yulianita, Foto: Sutanto/Dok. Pribadi
Politisi perempuan ini boleh berbangga hati karena memiliki kelebihan mampu berperan ganda sebagai ibu rumah tangga sekaligus berkarya di dunia politik. Selain itu, ia juga masih menyisakan waktunya untuk memberdayakan kaum perempuan di sektor usaha kecil dan menengah. Wajar jika anggota DPR RI Fraksi PAN, Mardiana Indraswati dijuluki sebagai “Ibu para pengusaha kecil dan menengah”
Sebagai seorang ibu, Indras – begitu ia biasa disapa – boleh dibilang sudah berhasil menjalankan perannya. Bersama suami, Ir. Ismail Madjid, ia sukses mengantarkan ketiga putra-putrinya meraih kesuksesan dalam bidang akademik. Tengok saja prestasi membanggakan mereka; si sulung, Wulan Ismail, merupakan sarjana Universitas Indonesia – Universiteit van Amsterdam dan baru saja menyelesaikan studi pasca sarjananya di Institut Teknologi Bandung.
Kemudian putri keduanya, Laras Ismail, merupakan sarjana ITB dan saat ini masih melanjutkan studi masternya di Wageningen University Belanda, sembari bekerja sebagai reporter di radio PPI Dunia. Sementara itu si bungsu, Pandu Ismail, kini tengah menuntut ilmu di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. “Itu semua berkat usaha mereka sendiri. Saya mendidik anak-anak untuk tekun, sederhana dan selalu berusaha meraih segala sesuatunya dari nol,” tutur istri dari lulusan Arsitektur ITB ini.
Keluarga memang menjadi prioritas utama dalam hidupnya. Hal itu dibuktikan ketika Indras yang sejatinya sangat aktif berorganisasi sejak remaja ini, menghentikan segala kegiatan sejak putri pertamanya lahir (1986). Ia kemudian menekuni wirausaha berbasis home industry: membangun swalayan yang bermitra dengan para petani dan pengusaha kecil menengah lainnya di Bandung.
Tak berlebihan jika kemudian ia mendapat penghargaan sebagai “Pengusaha UKM Teladan” dari Gubernur Jawa Barat pada tahun 1994. Bahkan Presiden Soeharto sangat menghargai kepiawaiannya membina para pengusaha kecil menengah dengan memberinya penghargaan sebagai “Pembina UKM Terbaik” (1997) di Istana Negara Bogor.
Ya, Indras sejatinya sangat peduli pada kesejahteraan rakyat kecil dan mencurahkan konsentrasi penuh membina mereka sejak puluhan tahun lamanya. Tercatat sudah ribuan binaan yang telah berhasil meraih kesuksesan dalam menjalankan bisnis UKM-nya. “Siapapun orangnya, meskipun bukan orang yang berpunya, berpendidikan rendah, asalkan jujur dan mau bekerja keras, pasti saya akan bina hingga menjadi pengusaha berhasil”, tuturnya dengan penuh semangat.
Yang membanggakan, produk hasil binaannya itu juga ditampilkan di ranah internasional. Di bawah bendera FUSHINDO (Forum Usahawan Harapan Indonesia), ia sudah berhasil membawa produk-produk UKM binaannya sampai ke Eropa. Saat ini, Indras yang sedang gencar mempromosikan produk hasil pertanian berupa daun cincau mentah yang di ekspor sampai ke Hongkong, ini juga tengah belajar mengolahnya menjadi bubuk agar-agar untuk diekspor.
Indras sejatinya memang selalu memiliki obsesi serta mimpi-mimpi mulia. Buktinya saja, ia masih ingin memaksimalkan penggunaan “Roemah Rakjat” yang didirikannya di Ponorogo – Jawa Timur sehingga bukan hanya untuk kegiatan pelatihan UKM namun juga dapat menjadi rumah penampung aspirasi masyarakat dari 5 Kabupaten yang merupakan daerah pemilihan / Dapilnya (Jatim VII: Magetan, Ngawi, Ponorogo, Trenggalek, dan Pacitan).
“Daerah Dapil VII merupakan pusat TKW terbesar di Jawa Timur. Hal ini menjadi perhatian saya karena saya sangat menentang praktik pengiriman TKW yang tidak memiliki keterampilan. Itulah mengapa sejak dulu saya sangat menginginkan para perempuan agar dapat bekerja di negeri sendiri. Hal itu tentunya juga akan membantu memakmurkan negeri kita sendiri”, tegas Ketua Departemen Pemberdayaan Saudagar Perempuan Muslim Indonesia (ISMI).
Untuk mencapai niat mulianya itu, Indras yang sudah dua periode bertugas sebagai wakil rakyat di kursi DPR RI mewakili Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) berharap dapat meneruskan perjuangannya untuk periode mendatang. Ia ingin berkonsentrasi penuh sebagai penggerak UKM yang dapat membantu banyak orang dan mengangkat para pedagang mikro, khususnya para perempuan.
Jika merunut kembali ke masa lalunya, adalah sang eyang putri yang memberi pengaruh besar sehingga ia tumbuh menjadi seorang wanita mandiri yang memiliki jiwa sosial tinggi dan peduli kepada nasib rakyat kecil. Diakui Indras, eyang putri yang bernama Hj. Ismiyat Dzuriat Syarbini-lah yang selama ini menjadi inspirasi dan motivator terbesar dalam hidupnya.
Dalam hal berbisnis, Indras selalu menekankan prinsip berbisnis yang bukan semata-mata karena uang namun lebih kepada nilai-nilai kemanusiaan. Pemilik usaha Dayung Group ini, selalu melibatkan banyak orang dalam berbisnis dengan tujuan mensejahterakan banyak orang dan mengatasi pengangguran. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya tenaga kerja yang diserap untuk usahanya yang semakin berkembang. Usaha miliknya itu, Mulia Swalayan, Gudeg Ceker Sedep Raos, dan Larazz Butik kini telah dikenal oleh masyarakat luas, khususnya di Jakarta, Jogjakarta, dan Bandung.
Sebagai anggota Dewan, Indras pun terlibat sangat aktif di dalamnya. Selain berperan sebagai penasehat di organisasi Kaukus Perempuan di DPR RI, Indras juga menduduki posisi sebagai Sekretaris Fraksi PAN MPR RI periode 2009 – 2014 dan terpilih menjadi salah satu dari 45 anggota tim MPR RI yang berasal dari 692 jumlah total anggota MPR RI (DPR RI + DPD RI). Indras bertugas sebagai tim kajian dan tim sosialisasi 4 Pilar kebangsaan yang mensosialisasikan langsung kepada para tokoh masyarakat, guru-guru di PGRI, dan para mahasiswa di seluruh di Indonesia.
Di mata ketiga buah hatinya, Indras telah menjadi inspirasi dan sosok tauladan yang baik. Seperti yang disampaikan oleh Wulan, putri sulungnya, yang mengatakan bahwa sang Ibu telah menjadi contoh nyata bahwa perempuan bisa aktif bekerja di organisasi dan mengelola usaha tanpa meninggalkan kodrat sebagai seorang isteri dan ibu. "Setiap orang memiliki panutan atau idola yang dikagumi. Dan Ibu adalah tokoh panutan dalam hidup saya," tutur Wulan.
Hal senada juga diakui Laras, putri kedua Indras. Di matanya, sang Ibu banyak mengajarkan makna perjuangan yang sebenar-benarnya tanpa banyak bicara, cukup dengan action. “Meski kami terpisah jarak, Ibu tidak pernah lupa melakukan tugasnya sebagai seorang Ibu. Saya sungguh terkesan dengan bagaimana orang-orang kecil sangat menyayangi Ibu. Ibu adalah motivasi terbesar bagi anak-anaknya. To the world she’s only a mother, but to family she’s the world”, ujar Laras.
Begitu juga di mata sang suami, yang menilai bahwa Indras sejatinya adalah sosok wanita yang sangat aktif sejak remaja dan memiliki jiwa sosial tinggi. "Dan sudah menjadi komitmen keluarga kami sejak awal menikah, bahwa akan saya izinkan kembali untuk aktif dalam kegiatannya jika anak-anak sudah mandiri. Saya mendukung sepenuhnya sepanjang kegiatan tersebut positif apalagi bermanfaat bagi masyarakat banyak," tegas sang suami, Ir. Ismail Madjid.
Indrasgrafi:
Nama Lengkap: Mardiana Indraswati. Lahir: Solo, 28 Januari 1960. Pekerjaan/Profesi: Anggota DPR RI Fraksi PAN. Pendidikan: Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta tahun 1985. Organisasi: Ketua Departemen Pemberdayaan Saudagar Perempuan Muslim Indonesia (ISMI) 2013 – 2018, Sekretaris Fraksi PAN MPR RI 2009 – 2014, Pembina/Pendiri FUSHINDO (Forum Usahawan Harapan Indonesia), Wasekjen DPP PAN (2010 – 2015).
Kartini Maha
Menggapai Mimpi, Meraih Sukses
Naskah: Suci Yulianita, Foto: Dok. Pribadi
Jangan pernah takut bermimpi! Setidaknya, begitulah pesan yang ingin disampaikan pengusaha wanita satu ini. Betapa tidak, dari keberaniannya bermimpi menjadi perempuan sukses itulah, Kartini Maha kini benar-benar sukses merintis bisnis di bidang studio rekaman dan restoran, sekaligus sukses sebagai ibu yang mampu memberikan inspirasi tak hanya bagi keluarga tapi juga kaum Hawa lainnya.
Keberhasilan Kartini Maha memang tak lepas dari pengalaman masa kecilnya yang pernah berada dalam hidup yang serba keterbatasan dan tak pernah menyerah pada keadaannya saat itu. Justru sebaliknya, ia mengumpulkan semangat dan tekad untuk keluar dari kondisi tersebut dan berusaha sekuat tenaga meraih impiannya itu. Perlahan namun pasti, bisnisnya terus berkembang menjadi besar. Ya Kartini Maha berhasil meraih impiannya, meski tanpa pendidikan akademik yang tinggi.
Kartini memang memulai semuanya dari titik nol. Bahkan ia pun pernah tinggal di sebuah rumah kontrakan petak yang kumuh dan harus berjualan kue setiap harinya demi bertahan hidup. Tak hanya itu, bersama sang suami, ia juga merintis usahanya dari sebuah warung tenda yang mangkal di salah satu sudut kota Jakarta. Berkat kerja keras, ketekunan dan kesabarannya, Kartini berhasil mewujudkan warung tenda tersebut menjadi sebuah rumah makan Chinese food di sebuah ruko kecil.
Kini rumah makan tersebut telah menjelma menjadi sebuah restoran mewah, Nuno Fusion Food yang terletak di kawasan MOI (Mall of Indonesia) lobby 2, Kelapa Gading, Jakarta. “Hidup itu jangan pernah berhenti bermimpi dan berjuang. Talenta apa yang kita punya, itu harus selalu diasah dan dikembangkan menjadi sebuah peluang. Misalnya saya hobi masak, itu saya kembangkan hingga bisa memiliki sebuah resto. Dan yang juga penting, kita harus bisa membimbing diri kita sendiri untuk menjadi seorang leader,” ceritanya dengan penuh semangat. Selain itu, hobi lain Kartini yang senang bersenandung, juga telah membuahkan hasil. Ia memiliki sebuah studio rekaman, Maha Records Music, sekaligus menjabat sebagai Executive Producer.
Belum lama ini, album sosial walikota Jakarta Utara, Bambang Sugiyono yang berkolaborasi dengan anak jalanan Jakarta Utara, berhasil diproduksi Maha Records Music, dengan Executive Producer Kartini Maha. “Selain itu, kami juga menyediakan tempat untuk disewa. Beberapa artis yang sering menyewa Maha Records untuk take vocal, antara lain Sule, Inul dan Marcel,” ujar wanita yang juga pernah meng-endorsement buku karya Walikota Jakarta Utara tersebut.
Kekuatan Kartini dalam menjalani cobaan hidup sejatinya terinspirasi dari sang ibunda, Regina Hutagalung. Kartini yang juga pernah menulis buku berjudul ‘Ibuku Pahlawanku’ yang dipersembahkan untuk ibunda tercinta ini, selalu menoleh kepada figur sang Ibu ketika ia menemui masalah dan cobaan hidup yang berat. Menurut Kartini, beban hidup yang dialami ibunya jauh lebih berat, namun ia sanggup memikul semua beban itu. Bayangkan, Ibu Regina adalah seorang single parent yang harus membimbing dan membesarkan 11 anaknya seorang diri dengan penuh perjuangan. Sementara ayah Kartini, Radja Alum Lot Maha yang merupakan keturunan bangsawan di desanya, Sidikalang, Dairi, Sumatera Utara, tewas dibunuh karena peristiwa politik dan hartanya dirampas.
Untuk itu, tak heran jika Kartini menjadikan ibunya sebagai inspirasi dan motivator terbesar dalam hidupnya. Ketika masalah hidup terasa berat, kala itu Kartini pun seringkali mencurahkan semuanya kepada sang Ibunda tercinta, ia pun ingat betul, sang ibu selalu membesarkan hatinya dengan berkata, “tua nanti kamu akan bahagia, kamu pasti bisa melewati semua badai ini.”
Pengalaman masa lalunya itu telah menempanya menjadi seorang wanita tangguh dan mandiri. Kesuksesan yang telah diraihnya pun tak membuatnya menjadi besar hati. Sebaliknya, Kartini justru sangat mudah iba manakala melihat penderitaan rakyat kecil. Oleh karena itu hatinya tergerak untuk bergabung dalam sebuah organisasi kemanusiaan skala internasional, Lions Club. Kartini tercatat sebagai bendahara di Lions Club Jakarta Sunter Agung. “Lions Club ini memiliki visi misi pada kegiatan kemanusiaan di seluruh dunia, bukan hanya kegiatan sosial pada umumnya. Contohnya ketika ada bencana alam Tsunami Aceh, seluruh jaringan Lions Club di seluruh dunia, turut memberikan sumbangan yang jumlahnya cukup besar. Itu baru satu contoh,” terangnya tanpa bermaksud membanggakan diri.
Melihat kiprah, dedikasi, dan eksistensinya yang masih aktif sebagai seorang pengusaha, penulis buku, seniman, serta keterlibatannya dalam sebuah organisasi kemanusiaan skala internasional tersebut, pantas rasanya jika Kartini Maha diberi gelar kebangsawanan dari Keraton Surakarta. Kartini yang berdarah Batak sejatinya masih keturunan bangsawan dari daerah Sidikalang, Sumatera Utara. Di daerah asalnya tersebut, diabadikan nama sang ayah, Alum Maha untuk sebuah nama jalan dan nama gedung olahraga.
Meski bukan dari suku Jawa, namun di mata Keraton Surakarta, ia sangat memenuhi kriteria untuk diberi penghargaan tersebut. Jadilah darah bangsawan Kartini kian lengkap dengan penganugerahan gelar bernama ‘Kangdjeng Mas Ayu Tumenggung Kusumowirastuti’ ini. “Mereka melihat eksistensi saya sebagai seorang pengusaha dan aktivis sosial. Saya tak pernah menyangka bisa mendapat gelar bangsawan ini. Ini semua merupakan kemurahan Tuhan,” ia berkata bijak.
Sibuk dengan seabrek kegiatan, tak membuatnya lupa akan kodratnya sebagai seorang ibu. Di rumah, Kartini tetaplah menjadi seorang ibu yang mengayomi dan membimbing ketiga buah hatinya dengan penuh kasih sayang. Ia pun telah berhasil mengantarkan buah hatinya itu menjadi orang yang mandiri dan mau berkarya. Putra pertamanya, Pinpin Bachtiar juga mengikuti jejaknya menjadi seorang pengusaha di bidang properti. Putra kedua, Ade Aman, juga kini sedang belajar bisnis bersama sang ayah. Bahkan si bungsu, Yeni Natalia yang dipercaya memegang kendali Resto Nuno, berhasil mengoperasikannya dengan baik. “Saya sangat bersyukur mereka bisa menjadi seorang pemimpin,” ungkap nenek dari Hillary dan Joshua ini.
Kartini memang telah mempersiapkan mereka untuk menjadi seorang leader. Sedari kecil, mereka dididik untuk mandiri dan mau bekerja keras. “Apalagi mereka juga sudah ditempa dengan kehidupan kami ketika susah. Saat itu mereka seolah mengerti dan mau membantu saya jualan tanpa ada rasa gengsi sedikit pun,” ia mengenang masa-masa itu. Kartini juga tak pernah berhenti mencambuk dirinya dan ketiga buah hatinya untuk selalu bekerja keras dan terus belajar. “Pokoknya jangan pernah berhenti belajar. Apapun itu, selagi masih bisa dipelajari, pelajarilah. Karena itu juga menjadi kunci keberhasilan,” tegas anak kesembilan dari sebelas bersaudara ini.
Ke depan, Kartini masih memiliki mimpi-mimpi dan rencana indah yang ingin segera direalisasikannya. Antara lain, ia ingin membuat online shop yang menjual makanan khas Medan, ingin menulis dan menerbitkan buku kembali, dan ingin membuat film layar lebar yang diadaptasi dari novel karyanya, ‘Ibuku Pahlawanku’. Ya, itulah sosok Kartini Maha, seorang wanita tangguh yang tidak pernah takut bermimpi.
Emma Yohanna
Berdayakan Politisi Perempuan Minang
Naskah: A. Rapiudin, Foto: Fikar Azmy/Dok. Pribadi
Ia tahu betul bagaimana menjalankan amanah masyarakat Sumatera Barat yang telah memilih dan mempercayakan aspirasinya kepada dirinya. Karena itu, politisi perempuan ini tidak ingin masyarakat Sumatera Barat kecewa lantaran mengabaikan amanah yang diberikan kepadanya. Tak heran kalau ia kerap turun ke bawah menemui langsung konstituennya, mendengarkan aspirasi, keluhan, dan harapan mereka. Ya, Emma Yohana adalah sosok perempuan energik yang memperjuangkan kepentingan rayatnya melalui lembaga Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
Ditemui di ruang kerjanya, Emma mengakui bahwa perjuangannya memang tak langsung membuahkan hasil, karena membutuhkan proses tak sebentar terutama yang terkait dengan pengambilan keputusan di DPR. Tetapi, jika aspirasi itu berkaitan dengan kementerian, maka Emma akan memperjuangkannya langsung ke kementerian terkait.
“Sebagai wakil rakyat, kami terus berupaya memperjuangkan aspirasi dan harapan rakyat di Sumatera Barat. Namun, masalahnya adalah kami tidak bisa langsung mengeksekusi keinginan mereka, sebab DPD lebih banyak pada tataran kebijakan,” terang Emma.
Emma Yohanna adalah satu diantara sedikit politisi perempuan yang bisa berkiprah di Senayan. Ia duduk di legislative tingkat pusat atas kepercayaan yang diberikan masyarakat Sumatera Barat, yang memilihnya bersama tiga politisi pria.
Ketua Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) Sumatera Barat ini mengakui beratnya memperjuangkan aspirasi masyarakat Sumatera Barat. Namun, ia tetap bersyukur lantaran bisa melihat langsung kondisi riil di lapangan dan apa yang dibutuhkan mereka.
“Mereka menaruh harapan besar kepada DPD, karena mereka tahu DPD bukan dari partai politik. Kami independen dan mewakili semua kelompok masyarakat,” ucapnya.
Di luar tugasnya memperjuangkan aspirasi masyarakat Sumatera Barat, Emma punya tugas lain yakni memberdayakan dan memberi pembekalan kepada politisi perempuan asal Minang yang akan ambil bagian pada Pemilu 2014 mendatang. Ia ingin lebih banyak lagi politisi perempuan, terutama dari Sumatera Barat untuk mengisi kursi-kursi di legislative baik di tingkat pusat maupun daerah.
Di tingkat pusat misalnya, ia berharap jumlah keterwakilan perempuan yang berkiprah di DPR dan DPD bertambah, minimal 1 orang. Dengan demikian baik di DPR maupun di DPR masing-masing akan diisi dua orang politisi perempuan asal Sumatera Barat.
“Jadi, melalui KPPI, kami memberi pembekalan dari berbagai aspek kepada caleg-caleg perempuan asal Sumatera Barat agar mereka bisa terpilih,” kata isteri dari H. Hariadi, seorang pengusaha yang pernah menjabat Ketua Gapensi dan KADIN di Kota Padang ini.
Secara pribadi, Emma punya target yang berusaha diwujudkannya. Ia berharap bisa dipercaya dan dipilih lagi oleh masyarakat Sumatera Barat untuk mewakili mereka duduk di parlemen melalui DPD.
Namun, kata Emma, jika harus memilih ia lebih tertarik duduk di eksekutif. Dengan posisi itu, ia bisa melakukan sesuatu untuk masyarakat. Ini berbeda dengan DPD yang punya keterbatasan dalam mengeksekusi atau mengabulkan permintaan masyarakat.
Dengan ketertarikan pada posisi eksekutif, Emma memutuskan ikut dalam pilkada kota Padang, Oktober 2013. Belum adanya pemimpin dari kalangan perempuan di Sumatera Barat menjadi salah satu alasan Emma ambil bagian dalam pilkada tersebut. Sayangnya, perjalanan Emma menuju kursi nomor satu di kota Padang belum membuahkan hasil.
Tak berhasil di eksekutif, bukan berarti Emma berdiam diri. Ia kini fokus menjalankan tugas sebagai wakil rakyat Sumatera Barat di Senayan. Prinsipnya, ia ingin tetap berbuat untuk kemaslahatan orang banyak melalui panggung legislatif.
Meski sibuk sebagai wakil rakyat, ibu empat anak ini tetap meluangkan waktu untuk keluarga. Ia membagi waktu berkumpul bersama berdasarkan kesepakatan keluarga. “Posisi sebagai ibu rumah tangga itu tidak boleh diabaikan. Keluarga harus tetap mendapat perhatian. Setiap Sabtu-Minggu saya pulang kampung menemui konstituen dan ini sekaligus bisa berkumpul dengan keluargam” urai Emma.
Ketua Yayasan Pendidikan Citra al Madina, Padang, ini melanjutkan, keluarga memegang peran besar dalam mendidikan anak. Ia mengakui dulu berpandangan konvensional dalam mendidik anak. Tetapi, seiring perjalanan waktu cara pandangnya berubah tentang pendidikan.
“Pendidikan harus dimulai sejak usia dini.Terhadap mereka kita harus bersahabat, terbuka, dan tidak ada pemaksaan harus melakukan sesuatu. Tetapi, mereka tetap harus dikawal dan diawasi,” lanjutnya.
Sebagai ibu, Emma punya harapan besar untuk anak-anak Indonesia ke depan. Menurutnya, mereka adalah generasi penerus dan akan menjadi pemimpin masa depan. Di tangan mereka lah maju dan mundurnya negara ini. Anak-anak juga perlu ditanamkan rasa kebangsaan dan kepemilikan negara ini, sehinggat tertanam rasa tanggung jawab dalam mengisi pembangunan.
“Persoalannya terletak pada para pemimpin sekarang. Bisa tidak para pemimpin kita memberikan contoh teladan yang baik kepada anak-anak kita. Sebab, kadang-kadang kontradiktif antara perkataan dan perbuatan sehingga ini membingungkan buat anak-anak. Ini menjadi tugas orangtua dan pemimpin dalam menyiapkan generasi penerus bangsa,” imbuhnya.
Di mata salah satu putranya, M Dhani Hariyona, Emma dikenal sebagai sosok yang suka bekerja keras dan tidak tidak pernah melupakan tanggung jawabnya terhadap keluarga. Menurut Dhani, sang bunda tak pernah lupa dengan perannya. Bahkan, ditengah kesibukannya ia tidak pernah lupa meluangkan waktunya untuk keluarga.
“Hal yang saya kagumi adalah besarnya dedikasi beliau terhadap dunia pendidikan dan sosial. Harapan saya semoga ibu diberi umur panjang dan kesehatan sehingga dapat menjelankan tugas dan kewajibannya,” ucap Dhani.
Bukan hanya di mata sang anak, rekan sejawatnya sesama anggota DPD dari Sumatera Barat, Alirman Sori, juga memberi penilaian tersendiri terhadap sosok Emma Yohanna. Menurutnya, Emma dikenal sebagai srikandi Sumatera Barat yang sangat peduli dengan aspirasi masyarakat yang diwakilinya.”Beliau sosok yang sangat dengat dengan rakyat,” ujarnya.
Menurut Alirman, kinerja Emma Yohanna di DPD sangat baik. Tugas-tugas yang menjadi tangung jawabnya sebagai wakil rakyat dapat diselesaikan dengan sangat baik. “ Sesuai dengan kapasitas dan kewenangannya di DPD, beliau menjalankan tugas-tugasnya dengan baik,” paparnya.
Elizabeth Liestriana Siahaan, S.E
Keluarga Penuh Inspirasi
Naskah: Sahrudi, Foto: Dok. MO & Pribadi
Adalah sebuah kebanggaan bagi Elizabeth Liestriana yang berhasil menjalankan perannya sebagai seorang politisi sekaligus menjadi ibu yang sangat inspiratif bagi keluarga. Dan, keberhasilan itu ia dapatkan tak lain karena ada suami yang selalu mendorong di belakangnya dan ajaran ibunya yang justru menjadi inspirasi baginya.
Menjalani pekerjaan sebagai wakil rakyat sekaligus menjadi pembimbing keluarga jelas bukan pekerjaan mudah. Ada banyak tantangan yang menghadang.
Namun hambatan tersebut dapat dengan mudah dilewati Elizabeth manakala sang suami yang purnawirawan perwira tinggi TNI AL itu sangat mendukung dan membantu Elizabeth dalam menjalani kiprahnya menjadi wakil rakyat di DPRD DKI Jakarta maupun membina putra putra mereka hingga meraih sukses, di mana kedua anaknya sudah menyelesaikan S-2 nya di New South Wales, Australia.
Ya, di mata keluarga khususnya putra-putra mereka, Elizabeth telah menjelma sebagai seorang perempuan yang mampu memberikan inspirasi besar dalam kehidupan.
“Inspirasi artinya ilham yang memberi kepada seseorang dorongan atau motivasi atau semangat untuk berbuat sesuatu. Seorang anak yang sedang berkembang akan menyerap setiap informasi dan bila informasi itu menarik baginya, maka hal tersebut akan mempengaruhi jiwanya yang mungkin saja akan menjadi pandangan hidupnya,” tegasnya.
Karena itulah, Elizabeth paham betul bahwa kehadiran seorang ibu haruslah mampu menjadi penerang dan inspirator bagi anak-anaknya, karena keberadaan ibu sangat melekat dalam diri seorang anak sejak dilahirkan. “Ma, mama, itulah salah satu kata yang keluar dari mulut seorang anak kecil yang baru belajar berkata-kata. Mama, kata yang universal yang dimengerti oleh siapapun dan dimanapun di dunia ini.
Selanjutnya kata mama menggema diseluruh keluarga, kampung, kota dan bahkan diseluruh pelosok dunia, dimana terdapat anak kecil beserta ibunya. Si anak bertumbuh dan melekat dengan si mama, bila dia kesulitan pasti yang pertama-tama yang dipanggil ibunya. Hal ini terjadi bila dalam pertumbuhannya sejak bayi selalu bersama dengan ibunya,” terang Elizabeth.
Seorang ibu, katanya, akan sangat berpengaruh kepada anak bila kehidupan keluarga relatif normal, artinya hubungan antara si anak dan ibunya berjalan wajar, walaupun dalam keluarga yang kurang mampu atau juga si ibu seorang single parent. “Bagi anak yang selalu beserta ibunya akan terjalin hubungan timbal balik yang sangat baik, yang memberi kebahagiaan kepada keduanya. Si ibu akan berusaha sekeras-kerasnya memenuhi kebutuhan anaknya, sebaliknya si anak akan selalu ingin dekat dengan ibunya, menuruti kehendak ibunya. Sebaliknya, seorang ibu tidak akan pernah melupakan anaknya, bagaimana pun kondisi si anak, kecuali si ibu kurang waras,” tegasnya.
Dalam pandangan Elizabeth, pada umumnya kemajuan seorang anak dan menjadi apa dia pada saat dewasa tergantung pada seorang ibu, bahkan kemajuan suatu bangsa tidak mungkin lepas dari peranan ibu-ibu, maka peranan ibu sangat penting dalam kehidupan manusia. “Ibu akan selalu berusaha memajukan anaknya apapun pendidikannya selalu memberi inspirasi kepada anaknya. Bagi ibu-ibu yang kurang pendidikan, dia tidak sadar bahwa ibunya memberi inspirasi kepada anaknya. Bagi seorang ibu yang berpendidikan, yang mengerti arti peranan seorang ibu dapat memberi inspirasi kepada anaknya secara terencana demi masa depan si anak,” bebernya.
Ia mengingatkan bahwa inspirasi hanya dapat diberikan bila hubungan anak dan ibunya akrab. Hal yang sama bisa terjadi dengan siapapun, bila hubungan manusia sangat akrab, akan terjadi yang lebih muda mengidolakan sahabatnya yang lebih tua. “Pemberian inspirasi tidak berarti mau membentuk si anak seperti yang diinginkan ibunya, tapi tetap mengarahkan si anak menjadi jati diri yang tersimpan dalam diri si anak menjadi seseorang yang menjadi pilihannya,” ia menambahkan.
Elizabeth sendiri mencoba memberikan inspirasi kepada anaknya sejak sang anak mulai duduk di bangku SMP. “Setelah saya berbincang dengan suami saya, yang oleh kemurahan Tuhan dia telah mengikuti banyak pendidikan di dalam dan diluar negeri, juga membaca buku tentang manusia, maka saya mulai mengisi pikiran anak saya tentang masa depan, bahwa masa depan harus diraih terutama dengan pendidikan. Saya, apalagi suami gemar membaca buku, maka hal itu saya tekankan kepada anak-anak saya supaya mengikuti kebiasaan ayahnya itu. Selain itu kadang-kadang kami sekeluarga pergi berwisata, baik naik pesawat, kereta api dan pelayaran di laut. Ayahnya seorang Perwira Tinggi Angkatan Laut selalu menekankan bahwa Indonesia adalah negeri Bahari, maka setiap orang Indonesia harus mencintai lautnya. Anak saya diajari berenang, diajak main ski air, bahkan naik kapal pada saat ombaknya agak besar agar biasa dengan gelombang laut, walaupun kami muntah-muntah kecuali suami saya, akhirnya semuanya menyukai laut,” ia memberikan gambaran.
Sementara, inspirasi yang mulai berhasil kami tanamkan kepada anak-anak adalah belajar, suka membaca dan menyukai teknologi informasi. “Walaupun anak saya sudah dewasa tentu masih ada yang mereka perlukan dari kami orang tuanya, yaitu bagaimana membesarkan anak, bercita-cita menyekolahkan anaknya sampai S-3 dan memberangkatkan si anak ke pelaminan,” ucap ibu yang pernah berkarir di Pertamina ini.
“Satu hal yang penting saya tanamkan kepada anak-anak saya, agar beriman dan bertakwa kepada Tuhan. Anak-anak saya selalu mengikuti Sekolah Minggu di Gereja hampir setiap hari Minggu di masa kecilnya dan setelah dewasa selalu pergi beribadah pada hari Minggu dan hari-hari besar Kristen. Hanya orang yang sungguh-sungguh beriman yang mampu menolak godaan dan penyelewengan, karena bagi orang beriman, Tuhan tahu apa saja yang diperbuat umatnya, walau ditempat tersembunyi sekalipun”, tambahnya.
Elizabeth mengaku dalam menjalankan perannya selama ini justru karena terinspirasi oleh ibunya sejak ia masih kecil dan bertambah dari sang suami tercinta. Kehidupan masa kanak-kanak zaman dahulu sangat berbeda dengan zaman sekarang yang sudah sangat canggih dan penuh dengan kemudahan-kemudahan. Kemudahan-kemudahan itu kadang-kadang dapat menjadi jerat yang melemahkan daya juang si anak dalam kehidupan yang penuh persaingan ini. Maka pendampingan bagi si anak tidak boleh lepas walau ia sudah dewasa sampai betul-betul dia mandiri.
Ibundanya selalu menasehatkan kepada putri-putrinya (saya putri keempat, anak ketujuh dari delapan bersaudara) supaya berkepribadian santun, rajin, hormat, meraih cita-cita sesuai kemampuan, tidak perlu berlebihan. Perempuan harus serba bisa dalam kehidupan ini, karena sehebat apapun dia harus bisa memasak, menjahit dan pekerjaan perempuan yang mutlak harus dilakukan sesuai kodratnya. Setelah menikah, sambil berkarya di Pertamina, suami yang berpendidikan S2, juga Perwira TNI-AL mendorong saya untuk menyelesaikan pendidikan S1 dan menyemangati untuk terus berprestasi di jenjang karier yang dilewati melalui kursus berjenjang yang selalu mendapatkan prestasi peserta terbaik.
Dia sangat menghormati dan mengasihi ibundanya dan doktrin dikeluarganya, agar anak-anak dan turunannya selalu berbuat yang sama. Celakalah anak yang tidak menghormati dan mengasihi ibundanya, apalagi durhaka terhadap ibunya. Jangan seperti Malin Kundang yang pura-pura tidak mengenal ibunya yang lusuh dan miskin, karena malu terhadap orang lain. Sayangnya, ibu Malin Kundang tega mengutuk anaknya dan menjadi batu. Tetapi ini menjadi peringatan, seorang anak tidak boleh melupakan ibunya, apalagi tidak menghormatinya dan mengasihinya, walaupun si ibu lusuh, miskin dan tidak berpendidikan. Kebahagiaan ada dibawah telapak kaki ibu, demikian ungkapan masyarakat yang beradab.
Suami saya menginspirasi agar saya dan anak-anak mampu memaksimalkan semua kemampuan dan kapasitas diri kita untuk berkarya bagi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara Republik Indonesia,” kenangnya. Dan itulah yang menjadi dasar ibu dua anak ini memaksimalkan kemampuannya di bidang politik sebagai wakil rakyat.
Dayu Padmara Rengganis
She's more than just a mother
Naskah: Gia, Foto: Dok. Pribadi
Di zaman sekarang tidak banyak wanita yang bisa juggling dua dunia sekaligus, yakni karier dan rumah tangga, namun hal itu tidak berlaku untuk Direktur Corporate Services PT INTI (Persero) Dayu Padmara Rengganis. Terbukti, wanita yang biasa disapa Dayu ini berhasil membawa PT INTI (Persero) menjadi lebih baik, sekaligus sukses sebagai ibu yang mampu memberikan inspirasi tak hanya bagi keluarga tapi juga kaum Hawa lainnya.
Karier Dayu yang gemilang tak lepas dari filosofi hidupnya yakni selalu memberikan yang terbaik. Hal itu benar adanya, sejak memulai karier di PT Indosat, wanita kelahiran 20 Juli 1958 ini telah menorehkan prestasi. “Awalnya Indosat itu hanya memiliki lisensi international. Tahun 2002, ketika saya menjabat sebagai General Manager Regulatory, saya bersama tim Indosat lainnya memperjuangkan Indosat untuk bisa mendapatkan lisensi domestik, dan akhirnya terwujud,” kenangnya.
Kemudian Dayu pensiun dini dari Indosat dengan posisi terakhir sebagai General Manager Regulatory dan bergabung dengan PT INTI (Persero) yang kondisinya kurang baik. Berkat kegigihan Dayu beserta tim direksi lainnya, PT INTI (Persero) berhasil memperbaiki kondisi perusahaan. Tak hanya itu, kinerja Dayu pun terfokus pada pembinaan dalam bidang Human Capital Management untuk menyiapkan pegawai menghadapai tantangan di era digital dan creative industry melalui program INTI Academy, Studium General, Job Tender, Empowering Subordinate, Employee Engagement, Situational Leadership dan aplikasi konflik manajemen. Hal itu dilakukan agar menimbulkan budaya kerja yang asertif dan agresif sehingga dapat mewarnai suasana kerja yang nantinya berdampak pada peningkatan produktivitas pegawai dengan tetap melaksanakan GCG secara konsisten.
Fokus pada satu tujuan juga menjadi kunci kesuksesannya selama ini. Dan hal itu ia terapkan sejak pertama kali mengemban amanah di PT INTI (Persero), yakni fokus dalam membesarkan PT INTI (Persero). “Tidak ada agenda lain karena kalau kita fokus dan konsisten, InsyaAllah pasti bisa,” urainya penuh semangat.
Dayu, yang masih memiliki darah seni dan aktif bermain ketoprak ini juga mengaku, kesuksesannya tak lepas dari sosok sang ibunda, yang notabene seorang wanita karier dan tergolong sukses pada eranya. “Saya belajar banyak dari ibu saya yang pernah berjuang mati-matian dalam hal kesetaraan gender di PT Pertamina, tempatnya bekerja dulu. Kalau kita yakin apa yang kita perjuangkan serta nawaitu nya bagus dan lurus, maka jangan pernah berhenti berjuang!” tandasnya
Sukses dalam karier tak membuatnya lupa akan kodratnya sebagai ibu. Kuncinya adalah skala prioritas. “Saya punya sikap antara pekerjaan dan keluarga, kedua aspek tersebut, jangan pernah dibenturkan, tinggal dilihat skala prioritas mana yang lebih penting,” ujarnya.
Dalam mendidik ketiga anaknya, Dayu memakai prinsip kedekatan. “Selain berperan sebagai orangtua, guru, juga harus bisa menjadi temannya,” terangnya. Ia pun selalu mengikuti perkembangan trend kawula muda agar lebih memahami ketiga anaknya. Seperti pergaulan di sosial media dan menonton TV bersama anaknya. “Saya kasih remote ke mereka, mereka yang pilih mau nonton apa, Anak sulung suka Discovery Channel, yang perempuan sukanya acara musik dan fashion, sedangkan anak bungsu yang suka bola di ESPN atau beIN Sport. Nah, dari situ saya bisa menyelami alam pikiran mereka,” tutur Dayu.
Wanita asal Yogyakarta ini, juga memberikan kebebasan kepada buah hatinya dalam menentukan jalur pendidikan, asalkan bisa bertanggung jawab. Baginya anak tidak harus selalu mengikuti keinginan orangtua. “Kalau memang apa yang diputuskan oleh mereka kurang pas, kita tinggal mengarahkan saja,” jelas Dayu.
Ketelatenan Dayu sebagai ibu membuahkan hasil. Putera pertamanya, Rangga Lanang Pamekar tercatat sebagai Sarjana Hukum UI dan saat ini sedang menempuh pendidikan LL.M di Erasmus University Rotterdam (School of Law, Commercial and Company). Putri keduanya, Lintang Tunjung Manik pernah menyabet Juara 2 lomba mengarang bahasa inggris di British Council (kelas 4 SD) dan Juara 3 lomba bahasa inggris Nationwide di Binus (kelas 2 SMA).
Saat ini Lintang sapaan akrabnya menjadi mahasiswi jurusan Komunikasi Program Studi Public Relations, Kelas Internasional Dual Degree Program Universitas Indonesia - Universitas Queensland melalui jalur undangan tanpa tes masuk Universitas Indonesia, dan Februari 2014 mendatang akan memasuki semester 6 di salah satu Big Eight Universitas di Australia itu. Gadis kelahiran Jakarta 20 Desember 1993 ini juga bisa memainkan drum dan gamelan.
Sementara, putra ketiganya, Gandang Nur Panoeluh, sekarang sibuk sebagai mahasiswa tingkat 1 jurusan Manajemen di Universitas Atmajaya dan juga aktif di salah satu grup band. “Semoga mereka bisa lebih sukses dari orangtuanya,” harap Dayu.
Dayu punya sedikit tips untuk para wanita agar bisa sukses berkarier dan berumah tangga. “Quality time bersama keluarga harus tetap dijaga,” pungkasnya. Upayakan untuk tidak menghabiskan banyak waktu di luar jika tidak berkaitan dengan hal yang sangat penting. Komunikasi juga harus lancar, meskipun tidak bertemu secara fisik, hal itu bisa disiasati dengan teknologi. “Sekarang kan sudah ada Skype, BBM, Line, dan Whats App,” ujarnya.
Kalau anak masih kecil, harus ada yang bisa dipercayai di rumah seperti orangtua atau adik, kembali ke konsep keluarga batih. “Karena dengan ini kita bisa bekerja dengan tenang dan bisa memberikan yang terbaik kepada perusahaan,” pungkas wanita berambut ikal itu. Jika anak sudah memasuki usia sekolah, usahakan di satu sekolah yang sama, jangan berpindah-pindah dengan begitu akan kenal lingkungan, guru-guru, kantin bahkan ke tukang parkirnya seperti apa. Ini akan memudahkan untuk mengontrol mereka.
Apa yang dikemukakan sang ibu diamini oleh ketiga anaknya. “Ibu adalah sosok motivator yang selalu mendorong saya untuk maju dan menjadi yang terbaik. “Don’t be a mediocre, be above” adalah salah satu kutipan dari beliau yang saya pegang sampai sekarang. Karena beliaulah saya memutuskan untuk menempuh pendidikan LL.M di Erasmus University Rotterdam (School of Law, Commercial and Company) dan beliau pula yang memberikan saya tantangan “Ph.D before thirty” yang tentunya dengan senang hati akan saya jalankan,” aku Rangga Lanang Pamekar.
Lintang Tunjung Manik juga punya pandangan yang serupa dengan kakaknya. Bagi dia, “She is more than just a mother. Lihai dalam mendidik buah hatinya, work ethics, dan berpendirian teguh yang sangat berperan penting untuk self-development aku. Tegas, galak, dan perfeksionis, terkadang, aku suka cekcok sama personality beliau itu, tapi semakin kesini aku sadar tanpa semua sifat Mama itu, mungkin aku gak bisa seperti sekarang ini. Satu lagi sifat beliau yang aku jadikan panutan adalah philanthropist,” bebernya.
Ada acara sekecil apapun, yang terpenting baginya adalah tidak membiarkan tamu pulang dengan tangan kosong. “Beliau selalu menekankan bahwa selagi aku bisa, berbagilah keberuntungan yang aku punya karena itu semua gak datang begitu saja, dan Insya Allah dengan terus berbagi, rezeki akan terus mengalir. Sekecil apa pun harus disyukuri dan dihargai,” ia menambahkan.
Si bungsu, Gandang Nur Panoeluh mengaku sangat bangga terhadap Sang Ibu, di tengah kesibukannya berkarier, Jakarta-Bandung, ternyata masih punya waktu untuk keluarga dan komunikasi kami tetap lancar.
Add to Flipboard Magazine.
Popular

Wanita Muslim yang Menginspirasi Dunia
24 July 2014
Film-film Islam Terbaik Sepanjang Masa
01 July 2013