Search:
Email:     Password:        
 





Sosok Penting di balik Proklamasi Kemerdekaan RI

By Rapiudin (Editor) - 26 November 2013 | telah dibaca 5606 kali

Naskah : A. Rapiudin/berbagai sumber  Foto : Dok

Tidak banyak yang tahu mengenai sosok Sukarni. Salah satu tokoh proklamasi ini memang bukan pemain utama dalam perjuangan kemerdekaan, seperti halnya Soekarno, Hatta, dan tokoh pejuang kemerdekaan lainnya. Padahal, Sukarni adalah sosok penting yang sukses mendesak Soekarno- Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Sukarni lahir di Blitar, 14 Juli 1916 di Desa Sumberdiran, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Nama lengkapnya, Sukarni Kartowidirjo. Ia anak keempat dari Sembilan bersaudara dari pasangan Kartowidirjo dan Supiah. Dibandingkan penduduk lainnya, keluarga Sukarni tergolong berkecukupan. Ayahnya seorang pedagang daging sapi yang cukup laris di pasar Garum, Blitar.

Awal mula Sukarni bersentuhan dengan nasionalisme ketika ia sekolah di Mardisiswo di Blitar, Jawa Timur. Di sekolah ini dia diajari nasionalisme oleh Mohammad Anwar, pendiri Mardisiswo dan tokoh pergerakan Indonesia. Rasa nasionalisme yang tertanam di dadanya seiring dengan dengan kebenciannya terhadap Belanda.

Rasa bencinya terhadap penjajah tersebut dilampiaskan Sukarni muda dan teman-temannya dengan menantang duel anak-anak muda Belanda. Dalam perkelahian di kebun raya Blitar, kelompok Sukarni mampu mengalahkan anak-anak Belanda.

Semangat nasionalisme yang tertanam sejak lama, mendorong Sukarni masuk ke dalam dunia pergerakan nasional yang tengah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Di usianya yang masih remaja (14 tahun), Sukarni bergabung dengan perhimpunan Indonesia Muda pada 1930. Sejak saat itulah yang tumbuh menjadi pemuda yang militant dan revolusioner. Empat tahun kemudian, tepatnya pada 1934, Sukarni menjadi Ketua Pengurus Besar Indonesia Muda. Tak senang dengan sepak terjang Sukarni, pada 1936, pemerintah kolonial Belanda melakukan penangkapan terhadap para pengurus Indonesia Muda. Namun, Sukarni berhasil lolos dan hidup dalam pelarian selama beberapa tahun.

Sukarni sempat tertangkap oleh Belanda, namun setelah Jepang masuk ke Indonesia, ia bersama sejumlah tokoh pergerakan lainnya seperti Adam Malik, dan Wikana justru dibebaskan Jepang. Di awal masa pendudukan Jepang, ia bekerja di kantor berita Antara yang didirikan Adam Malik. Di masa Jepang inilah, Sukarno bertemu dengan Tan Malaka yang kemudian membentuk Partai Murba.

Aktivitas Sukarni dengan pemuda-pemuda pergerakan lainnya terus berlanjut untuk menggelorakan kemerdekaan Indonesia. Begitu mendengar berita tentang kekalahan Jepang oleh sekutu, kelompok pemuda di bawah pimpinan Sukarni dan Chairul Saleh bersama kelompok pemuda bawah tanah pimpinan Sutan Syahrir bersepakat bahwa inilah saat yang tepat untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.

Peristiwa Rengasdengklok
Di sinilah peran penting Sukarni dalam proses proklamasi kemerdekaan Indonesia. Di bawah pimpinannya, ia bersama Wikana dan kelompok pemuda lainnya “menculik” Soekarno- Hatta dan membawanya ke Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat, setelah sebelumnya kelompok Sukarni gagal mendesak Soekarto-Hatta memproklamirkan kemerdekaan.

Soekarno yang sebelumnya berniat memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus 1945 akhirnya bersedia mempercepat menjadi 17 Agustus 1945. Maka pada 16 Agustus 1945 malam, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mempersiapkan proklamasi di rumah admiral Maeda (Jl Imam Bonjol sekarang) hingga pukul 03.00 diri hari.

Panitia kecil yang terdiri dari Soekarno, Mohammad Hatta, Soebardjo, Sukarni, dan Sayuti Malik menyusun teks proklamasi kemerdekaan. Setelah naskah selesai disusun, Sukarni lantas mengusulkan agar naskah proklamasi ditandatangani oleh dua orang saja, yakni Soekarno dan Mohammad Hatta. Akhirnya, naskah proklamasi dibacakan pada 17 Agustus 1945.

Demi menggaungkan proklamasi kemerdekaan hingga ke seluruh negeri, Sukarni membentuk Commite Van Aksi (semacam panitia gerak cepat) bersama kelompok pemuda lainnya. Maka pada 18 Agustus 1945, komite ini menyebarkan kabar kemerdekaan ke seluruh Indonesia. Khusus untuk para pemuda dibentuklah Angkatan Pemuda Indonesia (API) dan Barisan Buruh Indonesia (BBI).

Saat pemerintahan Indonesia berkedudukan di Yogyakarta, Sukarni dipercaya memegang jabatan Sekretaris Jenderal Persatuan Perjuangan (PP) dengan ketuanya, Tan Malaka. Kelompok ini mengambil sikap oposisi terhadap pemerintah dan menolak perudingan dengan Belanda.Karena aksi PP, Sukarni ditangkap dan di penjara pada 1946. Penahanan terhadap sosok Sukarni juga dialami pada masa pemerintahan Amir Syarifuddin. Ia di tahan di Solo, dan Madiun pada 1947-1948.

Usai proklamasi, Sukarni menduduki jabatan sebagai ketua umum Partai Murba. Kemudian menjadi anggota Badan Pekerja KNI Pusat. Dalam pemilihan umum pertama pada 1955, Sukarni terpilih sebagai anggota Konstituante.

Di masa pemerintahan Soekarno, tokoh satu ini ditunjuk menjadi Duta Besar Indonesia di Peking, ibukota Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dari 1961-1964. Sejarah mencatat, dalam pertemuan dengan Presiden Soekarno di Istana Bogor pada Desember 1964, Sukarni sempat memperingatkan Presiden Soekarno atas sepak terjang Partai Komunis Indonesia (PKI).

Namun, Presiden Soekarno bukan mengambil tindakan terhadap PKI, tetapi justru membekukan Partai Murba pimpinan Sukarni dan menangkap pemimpin Murba lainnya untuk dijebloskan ke dalam penjara. Tak lama mendekam di perjara, Sukarni dibebaskan dan larangan terhadap Partai Murba dicabut oleh pemerintah Orde Baru pada 1967. Sukarni sempat ditunjuk sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) sebelum akhirnya wafat pada 7 Mei 1971 di makamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata. *

*Artikel ini dimuat di majalah Mens Obsession, edisi 118, November 2013



Add to Flipboard Magazine.

Tulis Komentar:


Anda harus login sebagai member untuk bisa memberikan komentar.

                         
   

Popular

Photo Gallery

Visitor


Jumlah Member Saat ini: 233250