Search:
Email:     Password:        
 





Henny Santoso, My Passion is Early Childhood

By Syulianita (Editor) - 13 March 2014 | telah dibaca 5011 kali

Naskah : Suci Yulianita Foto : Sutanto
*artikel ini dimuat pada edisi 113, Juni 2013

Lekat dengan dunia anak membuatnya terpikat mendirikan Royal Tots Academy, sebuah lembaga pendidikan pre school. Dalam dua tahun, sekolah bertaraf internasional itu sukses menjaring ratusan murid. Pemiliknya, Henny Santoso, memang memiliki passion tinggi di bidang ini.   

Ketika banyak wanita melirik bisnis di bidang fashion atau kecantikan, Henny Santoso justru memilih mendirikan serta mengembangkan bisnis di bidang pendidikan, khususnya pendidikan anak usia dini. Meskipun bisnis ini bukanlah bisnis yang mudah dijalankan, namun wanita ramah ini, bersikukuh ingin mengabdikan hidupnya pada bidang ini, lantaran passion yang sangat besar terhadap dunia anak-anak.

Kecintaannya pada dunia anak-anak, berawal ketika dirinya diberi kesempatan menjadi seorang ibu. Sejak putri semata wayangnya lahir di dunia 13 tahun silam, Henny mengurusnya seorang diri dengan penuh kasih sayang, tanpa bantuan pengasuh. “Dari situ saya sadar bahwa bayi itu begitu polos. Dan dia akan menjadi apa nantinya, itu tergantung tangan pertama yang membimbingnya,” ceritanya mengawali pembicaraan.

Kutipan dari Hittler yang mengemukakan “give me children below five and I can rule the world,” semakin menguatkan pemikirannya. Ia percaya bahwa periode anak di bawah 5 tahun atau yang disebut ‘golden age years’ itu memang sangat berperan penting dalam pembentukan karakter anak. Untuk itu ia sangat concern pada pendidikan anak usia dini, dengan harapan mereka bisa berkembang dengan maksimal dan kelak bisa menjadi sosok yang berguna dan bermanfaat bagi kehidupan liyan. 

Kepedulian Henny pada dunia pendidikan memang tinggi. Menurutnya, pendidikan itu adalah salah satu faktor yang paling penting di dalam hidup, karena di situlah, adanya proses pembentukan karakter dan cara berpikir. Maka tak heran jika untuk urusan yang satu ini, Henny selalu ingin memberikan yang terbaik bagi putrinya, Felicitas Hillary. Demi sang buah hati, ia tak ragu menempuh jarak puluhan kilometer setiap harinya dari kediamannya di Kebon Kacang menuju salah satu sekolah internasional di kawasan Bintaro.

Yang membanggakan, di usianya yang masih belia, putrinya itu bisa diterima di salah satu sekolah bergengsi di negara Paman Sam, yaitu Phillips Exeter Academy. Konon sekolah itu merupakan tempatnya para elite bangsa Amerika menuntut ilmu, di antaranya putra dari para pejabat Amerika yang merupakan alumni sekolah itu. Antara lain, putra dari Abraham Lincoln, putra dari Eisenhower, putra dari John D. Rockefeller. Beberapa politisi dan mantan presiden Amerika, seperti Franklin D. Roosevelt, hingga sang pendiri facebook, Mark Zuckerberg juga alumni sekolah itu. Persyaratan dan tahapan test yang harus dilalui pun tidak mudah. Sebagai gambaran, persyaratan TOEFL nya saja, standar TOEFL untuk tingkat akademi.

Melihat kemampuan dan kemauan keras dari putri tercinta, Henny akhirnya mantap melepasnya untuk meneruskan pendidikan di Phillips Exeter Academy, meskipun harus terpisah jarak. “Anak saya punya potensi, jadi sayang kalau tidak dikembangkan. Kalau untuk pendidikan, ke mana pun akan saya kejar,” ucap Henny serius.

Bicara bisnis, wanita lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini, memulai usahanya pada tahun 2006 silam dengan mengambil franchise salah satu pre school ternama dari Singapura. Meski franchise, namun kenyataannya, Henny tetap harus bekerja keras dalam mencari tim pengajar. Karena merasa tidak disupport sepenuhnya, di tahun ke-empat, tepatnya tahun 2010, ia terpaksa memutuskan kontrak franchise tersebut. Padahal, posisinya kala itu sebagai master franchise untuk masa 10 tahun di seluruh Indonesia. 

Berhenti sebagai franchisee tidak membuatnya berhenti melangkah. Di tahun yang sama, bersama rekannya, ia kembali bangkit dengan mendirikan sebuah pre school. “Saya mendirikan pre school sendiri, tidak ambil franchise lagi, dan semua benar-benar dimulai dari awal. Pemilihan nama, logo, semuanya adalah murni hasil kreasi kita,” kenang Henny. Sebuah pre school bertaraf internasional dengan nama Royal Tots Academy pun resmi berdiri.

Setelah dua tahun berjalan, tepatnya tahun 2012, Royal Tots Academy semakin berkembang. Apalagi pasca adanya tambahan pendidikan di tingkat primary atau sekolah dasar. “Awalnya kami memang hanya fokus pada pre school, mulai dari toddler, playgroup, nursery dan kindergarten. Tapi karena banyaknya permintaan orang tua murid, maka kami juga membuka kelas primary. Jadi mereka bisa melanjutkan pendidikannya hingga tingkat sekolah dasar di sini,” terang wanita kelahiran 27 Mei 1971 ini.     

Kini, di usianya yang masih seumur jagung, Royal Tots Academy bisa dibilang berkembang cukup pesat. Di tahun ketiga, tercatat sudah ratusan murid yang mengenyam pendidikan di sekolah tersebut. Lalu apa yang membuat sekolah ini begitu diminati masyarakat dan mampu bersaing? Wanita yang pernah bekerja di law firm ini kemudian menjawab tegas, “Berkat kualitas program pendidikan dan tim pengajar! Guru itu salah satu investasi terbesar. Untuk itu, dalam mencari guru, kami harus betul betul memilih yang berkualitas dan memiliki passion mengajar."

Guru yang mengajar pun tidak ‘melulu’ dari kalangan ekspatriat. Ia juga merekrut guru-guru lokal untuk bisa berkarya dan bersaing dengan guru luar. Henny tak segan untuk terus membekali para guru dengan berbagai pelatihan. Selain ia memberikan fasilitas bagi guru yang ingin memperoleh sertifikasi. Obsesinya jelas, ingin membawa guru-guru Indonesia go international. “Ya, itu cita cita saya. Suatu hari nanti harus ada guru Indonesia yang mengajar di luar negeri. Sebetulnya guru kita itu berpotensi, hanya saja kurang digali dan disupport,” ujarnya dengan penuh semangat. 

Dalam kesehariannya, selain sibuk mengurus bisnisnya ini, ia juga terlibat aktif membantu bisnis suaminya yang bergerak di bidang trading. Di sela-sela kesibukannya itu, Henny selalu menyempatkan diri untuk berolahraga pilates di pagi hari, dan nge-gym di sore harinya. Itu merupakan salah satu triknya dalam menjaga kebugaran dan kecantikan tubuhnya. Meski begitu, ia bukan tipikal wanita yang glamor, yang senang menghabiskan waktunya di salon atau di klinik kecantikan. Kecantikan yang ada pada dirinya, murni terpancar dari dalam hati, alamiah. “Saya tidak suka yang instan. Menurut saya segala sesuatu itu memang harus di-maintain. Kalau kita rajin olahraga, menjaga pola makan dan gaya hidup, saya percaya hasilnya akan maksimal,” beber wanita yang juga suka diving ini.   

Henny-grafi:
Nama Lengkap Henny Santoso, SH Lahir Jakarta, 27 Mei 1971 Profesi Pengusaha Wanita (Royal Tots Academy) Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Indonesia Tinggi/Berat Badan 165 cm/55 kg Keluarga Istri dari seorang pengusaha Trading, dan Ibu dari Felicitas Hillary Hobi Olahraga, Diving 

Credit title
Wardrobe :    Koleksi Pribadi dan Parang Kencana (batik warna biru)
Aksesoris :    Crown Jewellery Pacific Place dan Koleksi Pribadi
Makeup     :    Iwwan Haroun (0858 9061 2217)


Lokasi :   
Royal Tots Academy dan The Nest Resto
The Kuningan Place, IMO 3&4
Jalan Kuningan Utama Lot 15
Jakarta 12960 


Royal Tots Academy
Mengasah 8 Kecerdasan Anak 

Selain menerapkan kurikulum berkelas internasional yang terbukti ampuh di ribuan  sekolah di berbagai belahan dunia, Royal Tots Academy terus menggodok pendidikan melalui pendekatan multiple intelligences. Delapan kecerdasan anak pun terus digali agar bakat dan minat setiap murid semakin terdeteksi. 

Tak dapat dipungkiri bahwa pendidikan merupakan faktor utama dalam kehidupan. Melalui pendidikan berkualitas, karakter anak akan terbentuk dan berkembang ke arah positif. Terutama pada pendidikan anak usia dini yang merupakan tahapan ‘golden years’ (usia 0-5 tahun). Di usia tersebut, pondasi awal dalam pembentukan karakter dan manner siswa mulai terbangun. Di situlah peran pendidikan sesungguhnya dimulai.

Jika bicara zaman dahulu, memiliki kemampuan berbahasa Inggris saja mungkin sudah cukup. Namun di era globalisasi ini, mau tak mau siswa dituntut untuk memiliki skill lebih, mungkin dengan tambahan Bahasa Mandarin, atau bahasa asing lainnya. Untuk itulah sekolah-sekolah baru bertaraf internasional bermunculan, menawarkan beragam  program dengan berbagai kelebihan yang dimilikinya.

Satu di antaranya adalah Royal Tots Academy. Sekolah yang terletak di The Kuningan Place, Jakarta Selatan ini, hadir untuk memenuhi kebutuhan siswa dalam menghadapi era globalisasi dengan fasilitas yang sangat lengkap. Royal Tots Academy untuk pendidikan pre school, yang dimulai dari usia 18 bulan – 2 tahun untuk toddler, kemudian playgroup (usia 2 - 3 tahun), Nursery (usia 3 - 4 tahun), lanjut kindergarten 1 (usia 4 - 5 tahun) dan kindergarten 2 (usia 5 - 6 tahun). Sementara itu, untuk pendidikan primary atau kita kenal dengan SD (Sekolah Dasar), dengan tingkatan 1 sampai 6, usia 6 sampai dengan 12 tahun, juga tersedia di Royal Primary Academy bagi murid yang ingin melanjutkan tingkatan sekolahnya di situ.

Royal Tots Academy didirikan pada Juli 2010 lalu. Adalah Henny Santoso, salah seorang penggagas berdirinya sekolah tersebut sekaligus sebagai owner. Royal Academy dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang berpengalaman di bidang pendidikan selama 30 tahun, Prof. Sandralynn Byrnes. Meski baru seumur jagung, Royal Tots Academy mampu bersaing di tengah-tengah menjamurnya sekolah internasional di kawasan Jakarta. Menurut Henny Santoso, 95% orang tua murid menyatakan puas akan hasilnya. Mereka mengatakan bahwa putra-putrinya menunjukkan perkembangan yang luar biasa.

Pendidikan di Royal Tots Academy memang diakui berkualitas, dengan standar guru yang juga berkualitas. Royal Tots Academy mengacu pada pendidikan dengan pendekatan multiple intelligences, yaitu memaksimalkan perkembangan murid dengan kecerdasan majemuk, yang terbagi menjadi kecerdasan verbal (bahasa), kecerdasan logika (Matematika), kecerdasan spasial (visual), kecerdasan tubuh (kinestetik), kecerdasan musical, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan spiritual. Semuanya diasah di Royal Tots Academy dengan harapan siswa dapat berkembang semaksimal mungkin sesuai dengan bakat dan minatnya masing-masing. 

Hal itu memang sangat terlihat dari kegiatan belajar mengajar di Royal Tots Academy yang tak melulu mengasah pendidikan akademik. Misalnya saja Art exhibition atau ruang pameran karya seni hasil kreativitas para siswa pre school tampak ramai dipenuhi karya mereka yang sangat memukau. Di Royal Academy, kreativitas siswa memang selalu diasah melalui kegiatan belajar mengajar. Contoh lainnya, siswa Primary 2 (kelas 2 Sekolah Dasar) sudah bisa menggunakan komputer untuk mendesain logo dan membuat komik.  

Sementara itu, penanganan murid juga dilakukan secara personal. Ada kedekatan emosional antara guru dan murid. Bimbingan khusus bagi murid yang berbeda daya tangkapnya dengan murid lain juga dilakukan tim pengajar, baik itu untuk murid yang daya tangkapnya lebih maju atau yang tertinggal. Mereka dibimbing secara private, satu murid dibimbing oleh satu guru. Hal itu dilakukan agar mereka bisa berkembang dengan maksimal. Untuk itu kapasitas murid di tiap kelas dibatasi, dengan maksimal 12 murid. 

Mengenai kurikulum yang digunakan, Royal Tots Academy menggunakan IPC (International Primary Curriculum). Kurikulum tersebut terbukti berhasil untuk pendidikan pre school dan sekolah dasar, yang selama ini telah diterapkan di 1500 sekolah yang tersebar di seluruh dunia. Melalui IPC, siswa menjadi lebih mandiri, dan kegiatan belajar mengajar pun terasa sangat menyenangkan. Dengan penerapan kurikulum ini, diharapkan siswa kelak akan menjadi pemimpin yang mampu mengubah dunia.

Murid di Royal Tots Academy berasal dari beragam suku bangsa dan negara, mulai dari Jepang, India, Inggris, Italia, Australia, Mesir, Arab, dan Indonesia. Dan bahasa percakapan sehari-hari menggunakan Bahasa Inggris. Selain itu, Royal Tots Academy juga mengajarkan Bahasa Mandarin dan Bahasa Indonesia. Jadi lulusan dari sekolah ini, juga bisa melanjutkan pendidikannya ke sekolah nasional. 

Untuk guru, Henny menjamin semua guru yang mengajar memiliki kualitas tinggi, baik guru asing maupun guru lokal. Guru asing, dijamin semua memiliki kemampuan dan kapasitas mengajar. “Tidak ada istilah ‘bule backpacker’ yang mengajar di sini,” Henny berkata serius. Sedangkan untuk guru lokal, juga dijamin memiliki kemampuan yang sama dengan standar tinggi. Mereka semua memiliki porsi serta tugas dan tanggungjawab yang sama.


Parents Testimonies

“Thankyou Ms. Sandra for your leadership vision and discipline, to all teachers and staffs for your passions and dedications.”
(Mr. Rudy Gunawan, parent of Alana Maika – Indonesia)

“The school has contributed greatly to development of our little treasure.”
(Mr. John Michael Flood, parent of Keira Nadine Flood – Ireland)

“The school is organized, loving and teaching Christian to be strong. I would give out 10 out 10 for the school.”

(Mr. Alistair Ian Charter Robertson, parent of Christian Robertson – England)

“This school is truly in a partnership with the parent of the children and that is priceless to us.”

(Mr. Andrea Sergio Gennari, parent of Ryan Gennari – Italy)

“He has Develop so many good manners and habits.”

(Mr. Himansu Patnaik, parent of Aryan Patnaik – India)

Add to Flipboard Magazine.

Tulis Komentar:


Anda harus login sebagai member untuk bisa memberikan komentar.

 

                     

Popular

Photo Gallery

Visitor


Jumlah Member Saat ini: 233250