Search:
Email:     Password:        
 





Tokoh Inspiratif

By Iqbal Ramdani () - 27 March 2019 | telah dibaca 4742 kali

Addie MS Dengan Musik Saya Bisa Kritis

Naskah: Purnomo/Sahrudi Foto: Istimewa

“Dalam hidup, aku harus punya sikap dan berani memilih. Dalam memilih, aku menghindari kebencian dan mereka yang menebarkannya. Hidup terlalu indah untuk dikotori dengan kebencian”, begitu tulis Addie Muljadi Sumaatmadja atau lebih dikenal dengan Addie MS di akun twitternya pada 13 Januari 2019. Dan, Addie memilih musik sebagai sikap hidupnya. Kesetiaannya bersama musik telah mengantarkan pria kelahiran Jakarta, 7 Oktober 1959 sebagai salah satu maestro musik Indonesia saat ini.

 

Pendiri Twilite Orchestra yang sampai sekarang masih memegang tampuk konduktor orkestra ini juga dikenal sebagai pianis, pencipta lagu, komponis, arranger, dan sekaligus produser musik. Tak terhitung perjalanan sukses plus prestasi musiknya dari awal hingga sekarang. Namun yang pasti, dia pernah mengantarkan orkes simfoni Indonesia tampil di Sydney Opera House pada tahun 2009 dengan tajuk “Indonesia-A Touch of Harmony”. Di event bergengsi itu, selain memboyong musisi asal Indonesia, Addie juga berkolaborasi dengan musisi Australia, seperti Stephen Smith dan juara Australian Idol 2008, Jessica Mauboy. Twilite Orchestra juga menjadi orkes simfoni Indonesia pertama yang tampil di Eropa ketika pada tahun 2012 berkonser di Bratislava, Slowakia, dan Berlin, Jerman atas prakarsa Kemenparekraf RI, KBRI di Slowakia, dan KBRI di Jerman. Di sana Addie MS memimpin 57 musisi serta 40 penyanyi Twilite Chorus.

 

Sikap nasionalismenya yang mengalir dari darah sang ayah yang juga tokoh pejuang, Bandi Sumaatmadja, muncul beriringan dengan reputasi musiknya. Pada tahun 2012, Addie membuat rekaman lagu-lagu daerah Indonesia yang digubah secara simfonik, bersama maskapai Garuda Indonesia dengan judul ‘The Sounds of Indonesia’. Kecintaan terhadap negerinya, membuat pria yang pernah diberi kepercayaan oleh Panglima TNI untuk menciptakan lagu Mars dan Himne TNI pada tahun 2003 ini juga bersemangat melakukan regenerasi di bidang musik. Banyak cara dia lakukan untuk itu. Sebutlah salah satunya adalah dengan mengajak musisi-musisi muda menggelar “Bangkit! Musisi Indonesia” di tahun 2018. Sebuah sajian menarik yang menyuguhkan perpaduan kemegahan orkestra dengan alat tradisional gamelan. Dari konser ini ia ingin membawa gamelan lebih dihargai dan dicintai oleh masyarakat Indonesia, khususnya kaum milenial.

 

Kepeduliannya pada musik dalam negeri juga diwujudkan dalam karyanya pada event regional seperti Asian Games 2018. Di mana dalam kesempatan itu dia sukses memadukan musik tradisional dan lagu daerah dari Indonesia, musik orkestra, dan musik elektronik Dia merasa bangga dan bersyukur bisa menjadi salah satu orang yang berada di balik layar kemegahan upacara pembukaam Asian Games 2018, yang berlangsung pada Sabtu (18/8/2019) malam di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat. Dedikasi Addie dalam bermusik mendapat apresiasi dari pemerintah. Dia diganjar Anugerah Kebudayaan dan Maestro Seni 2017 dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Muhadjir Effendi. Penghargaan yang disematkan kepadanya bertitelkan Pencipta, Pelopor, dan Pembaru Seni Musik (Orkestra dan Paduan Suara). Addie menyusul konduktor Avip Priatna yang sebelumnya mendapatkan penghargaan yang sama dua tahun lalu.  Penghargaan ini adalah upaya pemerintah mengapresiasi pelaku seni di Tanah Air, mulai dari tradisi hingga seni urban. Yang menarik adalah mereka yang berjasa adalah mereka yang berkarya di bidang seni dan telah menjadi tokoh di dalam komunitas tersebut. Sebuah upaya yang perlu diapresiasi. 

 

Namun, juga perlu dicermati untuk melihat seberapa menjangkau seniman di pedalaman dan mereka yang sungguh berdedikasi total di bidangnya, meski bukanlah seorang figur publik yang dieluelukan. Dalam perjalanannya kemudian, semangat nasionalisme Addie tak hanya dilepaskan di wilayah dunia musik semata. Belakangan, masyarakat melihat pria kelahiran Jakarta, 7 Oktober 1959 ini juga rajin memberikan dukungan bagi upaya memajukan pembangunan negeri ini melalui pemikiran yang disampaikan lewat media sosial. Sebagai tokoh yang aktif dalam memberikan dukungan pada kinerja Presiden Joko Widodo, diakui Addie bahwa itu dilakukannya tidak hanya untuk kepentingan sektor musik semata. “Terus terang saya tidak terlalu memperhatikan kinerja pak Jokowi dalam bidang saya sendiri. Buat saya itu perioritas ke dua untuk bidang saya,” ucap pria berkacamata tersebut kepada Men’s Obsession sebelum acara deklarasi dukungan alumni UI kepada Jokowi. 

Addie justru berharap, kalau Jokowi terpilih lagi di periode ke dua maka yang harus lebih diperhatikan adalah bidang sumber daya manusia (SDM). “Kalau di periode pertama kan lebih kepada pembangunan infrastruktur yang diprioritaskan maka jika kelak rakyat memercayakan Pak Jokowi memimpin lagi maka kita harus dukung upaya beliau dalam meningkatkan SDM bangsa ini,” tambahnya. Dia melanjutkan, kalau di periode pertama Jokowi memprioritaskan sektor infrastruktur itu adalah kebijakan yang tepat. “Menurut saya memang harus menjadi prioritas infrastruktur di periode pertama, kita belajar dari negeri Cina misalnya, dulu jalan tol dan infrastruktur dibangun gila-gilaan sedemikian rupa sehingga negeri yang sangat luas itu tersambung. Begitu tersambung, energinya, produktifitasnya luar biasa pesat,” paparnya.

 

Karenanya, dia yakin sektor infrastruktur memegang peranan penting dalam memajukan berbagai sektor kehidupan di negeri ini. Dia kemudian memberikan ilustrasi tentang masih adanya anak-anak yang sulit ke sekolah karena infrastruktur di daerahnya rusak. “Jadi, kita juga ngomong masalah pendidikan, tapi kita masih melihat murid untuk ke sekolahnya itu masih menyeberang jembatan yang hanya satu tapak,” dia menggambarkan. Kemudian, terkait harga bahan bakar minyak (BBM) yang masih mahal di pelosok daerah Indonesia, menurutnya bisa diatasi dengan pembangunan infrastruktur. “Bensin di Timur Indonesia masih mahal sekali, karena menuju kota-kota ke dalamnya saja orang kadang harus menyambung nyawa, belum lagi medan jalannya bukan rata, tetapi jeblog-jeblog (rusak-red), bagaimana tidak mahal?” ujarnya retoris.

 

Oleh sebab itu, Addie mengingatkan bahwa membangun negara seluas Indonesia tidak boleh dilakukan secara egois. “Ya, kita nggak bisa egois. Menurut saya meniru apa yang dilakukan Cina, yaitu infrastruktur kita bereskan dulu sehingga kita bersambung kaya aliran darah lancar, baru kita beralih ke SDM, soal membangun manusianya,” simpul suami Memes ini. Nah, terkait pembangunan SDM ini, Addie punya pendapat tersendiri. Menurutnya, profesi guru adalah profesi yang patut diprioritaskan dalam pembangunan SDM. “Khususnya guru kesenian, kebudayaan itu mesti menjadi perhatian yang besar buat Pak Jokowi. Kalau untuk itu, saya akan kritis kepada Pak Jokowi jika itu tak dilaksanakan oleh Pak Jokowi bila kelak terpilih untuk kedua kalinya,” pria murah senyum itu mengingatkan.

 

Dalam pandangan Addie, membangun pendidikan adalah membangun gurunya. “Pokonya membangun manusianya lebih di tingkatkan. Yang pertamakan hardware, yang kedua lebih software,” Addie memberikan perumpamaan. Kalau untuk saat ini, dia mengaku memahami kondisi yang ada dan dia tak mau terlalu kritis terhadap Presiden. Apalagi belakangan ini, lanjutnya, begitu deras datangnya fitnah kepada Jokowi. “Beliau digoyang dengan isu yang macam-macam jahatnya karenanya saya tak banyak mau kritis terhadap Pak Jokowi, tapi lebih mendukung membela beliau,” jelasnya. Keengganannya mengritisi Presiden Jokowi saat ini, dikatakan Addie bukan karena Jokowi itu sosok yang serba benar dan sempurna karena dia yakin tak ada manusia yang sempurna. “Sekali lagi bukan karena Pak Jokowi maha benar dan sempurna, tidak ada manusia yang sempurna didunia ini, tapi kita sebagai warga patut, memperingatkan, memberi saran, sebaiknya begitu. Namun, di kepemimpinan yang pertama ini karena beliau terlalu banyak mendapat serangan yang luar biasa, tugas saya menjaga beliau. Kecuali kalau beliau melakukan hal yang fatal sedemikian rupa sehingga harus dihentikan, tapi ini jauh dan tak ada sama sekali karena ada saingan kekuasaanlah sehingga dia terus-menerus dirongrong,” argumen Addie tentang dukungannya kepada Jokowi. 

 

Namun jika Jokowi terpilih kembali, Addie mengaku akan bersikap kritis. “Jika nanti beliau terpilih kembali, Insya Allah saya akan kritis. Tentunya ke bidang saya,” janjinya. Salah satunya adalah menagih kepada Jokowi untuk membangun concert hall untuk orkestra. “Orkes simponi di mana-man butuh gedung. Orkes itu butuh concert hall, di Indonesia kurang lebih 260 juta jiwa tidak punya satupun concert hall yang dibangun oleh pemerintah, itu keterlaluan, dari zaman Pak Soeharto sampai sekarang nggak ada,” tuturnya. Bandingkan dengan Singapura, negeri dengan luas lebih kecil dari Indonesia itu justru memiliki empat concert hall yang ruangannya bisa dipakai untuk konser simponi. Begitu juga di Malaysia, sambung Addie, punya Petronas Hall di bawah twin tower yang di dalamnya ada gedung concert hall. “Thailand apa lagi. Sementara, kita yang jauh lebih besar, hanya punya satu di Kemayoran. Itu pun yang bangun swasta, bukan pemerintah. Dari zaman Presiden Soeharto, saya sudah sering bilang, kebetulan setiap presiden saya sudah pernah tampil, kecuali Bung Karno. Saya selalu menyinggung hal itu (gedung Concert Hallred), tapi belum juga dibangun. Ya sudah lah, saya hanya mengelus dada saja,” protesnya. 

 

Baginya, pembangunan gedung konser itu lebih bermakna dibanding jabatan yang diberikan kepadanya jika Jokowi terpilih lagi. “Soal pembangunan concert hall jika Jokowi terpilih kembali, saya akan lebih cerewet. Mati-matian ikut dukung Jokowi, saya tak masalah tak mendapatkan apa-apa. Maksudnya hal yang sensitif, aku dukung pemerintah, bela pemerintah harus minta ini itu. Justru aku terbalik, beberapa mungkin dukung pemerintah vokal terus selepas itu minta jadi komisaris, pejabat. Saya kebalik, malah saya jadi sungkan, kalau ngomong soal kepentingan saya. Ada juga yang nawarin mau jadi ini itu. Saya tidak tertarik mau menjadi menteri, anggota DPR. Saya suka di musik, melalui jalur musik saya bisa kritis. Saya bisa kritisi siapa saja yang menurut saya nggak suka saya bisa kritisi itu,” tegasnya. Menurut Addie mengritisi lewat musik justru lebih enak karena dia tak membawa bendera siapa-siapa. “Tapi membawa hati nurani saja, saya bukan buzzer yang dibayar untuk kritik orang dan dukung Jokowi,” tegasnya.

 

Addie juga pernah mengingatkan bahwa lewat seni budaya khususnya musik bisa memperhalus sebuah bangsa untuk bersikap toleran. “Bila bangsa tidak diperhalus dengan seni budaya maka menyebabkan minimnya toleransi terhadap perbedaan,” ujarnya. Bagi Addie, musik mempunyai peran besar dalam membentuk sebuah bangsa. “Secara tidak langsung musik simfoni mengajarkan bagaimana kita mengelola perbedaan, bahkan membuat perbedaan—bayangkan: biola digesek, yang satu ditiup, yang di belakang dipukul—perbedaan itu bisa dikelola menjadi satu sinergi yang dahsyat. “Kalau bangsa-bangsa maju, anak mudanya dilatih dengan seni, sehingga bisa mengapresiasi perbedaan. Sedangkan, pada tahun 1998 kita dipertontonkan bahwa perbedaan itu menghancurkan. Yang berbeda harus dihancurkan,” tandas Addie. 

 

Menyuarakan Kerukunan

Kepeduliannya kepada kerukunan berbangsa dan bernegara, termasuk ranah yang mendapatkan perhatian serius Addie setelah musik. Simak saja cuitan-cuitannya di akun twitternya. Bahkan di saat Hari Musik Nasional pun dia malah menyelipkan pesan kerukunan bangsa. Tengok cuitannya pada Hari Musik Nasional, 9 Maret 2018, dia mengungkapkan harapannya bahwa melalui musik bisa mengharmonisasikan perbedaan. “Dalam orkes simfoni, beragam instrumen dengan bermacam bunyinya dimainkan oleh puluhan musisi dari latar belakang yang berbeda menghasilkan 1 (satu) musik yang dahsyat,” tulis Addie di akun twitter-nya. “Melalui musik kita HARMONISASIKAN PERBEDAAN. Selamat Hari Musik Nasional 2018!” tulisnya. Ikhtiar merawat persatuan dan kesatuan bangsa juga dilakukan Addie melalui gelaran konser-konsernya belakangan ini. Salah satunya adalah gelaran menyanyi lagu nasional massal bertajuk Harmoni Indonesia 2018 yang dipusatkan di Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta.

 

cara ini diharapkan bisa menggugah rakyat Indonesia tentang pentingnya persatuan dan semangat perjuangan. “Ini adalah pergelaran untuk menyelaraskan semangat perjuangan dan kebangsaan kita melalui bernyanyi bersama. Tidak hanya di Senayan, tapi sinkron dengan beberapa kota lain,” katanya saat jumpa pers Harmoni Indonesia 2018 di Gedung Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek-Dikti) Jakarta, beberapa waktu lalu. Harmoni Indonesia merupakan kegiatan yang digelar pemerintah menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI pada 17 Agustus serta gelaran Asian Games 2018. Sekitar 7 juta mahasiswa di berbagai daerah akan dilibatkan bernyanyi bersamaan. Mereka terhubung melalui siaran langsung di televisi.

 

“Ini juga merupakan suatu wadah pernyataan kebangsaan bersama. Presiden berkali-kali menegaskan, persatuan dan kebinekaan bangsa ini harus dirawat,” tutur ayah dari Kevin Aprilio dan Tristan Julianto tersebut. Presiden Jokowi juga menyampaikan pesan agar melalui acara Harmoni Indonesia 2018 semangat persatuan, kerukunan, dan kebangsaan bisa terjaga. “Karena itulah aset terbesar bangsa ini, bisa kita berikan, kita semangat semuanya agar kita sadar agar kita paham bahwa persatuan dan kerukunan nasionalisme adalah aset terbesar bangsa kita,” tegas Kepala Negara.

Anies Baswedan Wujudkan Jakarta 4.0

Naskah: Purnomo Foto: Fikar Azmy/Istimewa

Sebagai orang nomer satu di DKI Jakarta, segudang capaian positif telah ditorehkan Anies Baswedan dalam membuat kebijakan untuk ibu kota negara.

 

Anies, sapaan akrabnya, lahir dari keluarga terpelajar, yakni pasangan Rasyid Baswedan dan Aliyah. Kedua orang tuanya adalah pendidik. Sang ayah pernah menjadi  Wakil Rektor Universitas Islam Indonesia. Sementara, sang ibu adalah guru Besar Universitas Negeri Yogyakarta. Maka tak ayal, ia tumbuh menjadi sosok anak yang cerdas. Di tengah-tengah menempuh pendidikan di SMA, pria ramah ini mendapatkan beasiswa untuk mengenyam pendidikan satu tahun di Amerika. Akibatnya, kelulusannya di SMA Yogyakarta molor setahun. Ia baru lulus pada 1989, seharusnya tahun 1988. Setelah menyelesaikan SMA, ia masuk ke Fakultas Ekonomi di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Ia menyandang gelar sarjana ekonomi pada usia 26 tahun. Ia kemudian aktif di lembagai kajian ekonomi di almamaternya di Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi UGM.

 

Lagi-lagi Anies mendapatkan beasiswa untuk magister dan doktornya. Ia menempuh pendidikan S2 di University of Maryland, School of Public Policy, College Park, Amerika Serikat, dan S3-nya di Northern Illinois University, Department of Political Science, Dekalb, Illinois, Amerika Serikat. Dunia sekolah, pria kelahiran Kuningan, Jawa Barat, 7 Mei 1969 ini terbilang istimewa. Ia beberapa kali mendapatkan beasiswa untuk sekolah di luar negeri. Tidak hanya istimewa di pendidikan, tetapi di dunia aktivis pun ia memiliki kisah menakjubkan sejak anak-anak. Saat di SMA, ia menjadi wakil  ketua OSIS pada usia 16 tahun. Ia juga terpilih menjadi ketua OSIS se-Indonesia saat mengikuti pelatihan kepemimpinan bersama 300 ketua OSIS. Di perguruan tinggi, ia sama aktifnya. Jabatan Ketua Senat UGM, pada tahun 1992, di dudukinya.

 

Namanya mulai menasional setelah menyandang gelar doktor di Amerika dan kembali ke Indonesia. Ia langsung mengemban tugas menjadi Direktur Riset The Indonesian Institute. Ini adalah sebuah organisasi yang berfokus pada riset dan analisa kebijakan publik.Tak hanya di situ, kariernya pun terus berlanjut, saat ia terpilih sebagai Rektor Universitas Paramadhina sebagai rektor termuda di Indonesia pada usia 38 tahun. Janjinya ingin menuntaskan dan mengisi kemerdekaan Indonesia melalui pendidikan ia gelorakan dengan berbagai kegiatan. Ia mewujudkan Gerakan Indonesia mengajar. Kegiatannya, mengirimkan anakanak muda terbaik bangsa menjadi pengajar di sekolah dasar di daerah-daerah terpencil di pelosok Indonesia. Tidak hanya itu, ia juga menginisiasi Kelas Inspirasi dengan menggerakan ribuan orang di berbagai kota untuk mengorganisir dan mengajar selama satu hari di sekolah dasar. Bahkan, ia mencoba terjun ke dunia politik dengan menjadi peserta konvensi calon presiden Partai Demokrat. 

 

Hasilnya memang tidak sesuai yang diharapkan Anies, tetapi itu tidak menjadi soal baginya. Malah ia semakin terpacu untuk berbuat lebih banyak lagi untuk negeri ini, seperti membidani gerakan Turun Tangan. Gerakan ini dibentuk dengan tujuan untuk mengajak orang-orang baik untuk peduli dan ikut terlibat mengurusi bangsa ini. “Semakin banyak orang baik yang terlibat dalam kepengurusan negara maka negara ini akan makin maju dan berkembang,” kata pria yang halus dalam bertutur tersebut. Karier politiknya mulai terlihat saat ia terlibat turun tangan membantu pasangan capres Joko Widodo-Jusuf Kalla dengan menjadi juru bicara pasangan tersebut. Pasca Pilpres, ia menjadi bagian tim transisi presiden terpilih. Cita-citanya tentang pendidikan mulai terwujud saat ia dipercaya menjadi Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah. Namun, di tengah menjalani tugasnya, ia terkena reshuffle kabinet Jokowi pada 27 Juli 2016.

 

Kendati demikian, langkah Anies tak terhenti dalam membangun negeri ini. Upaya strategis yang dilakukannya adalah maju bersama Sandiaga Uno dalam Pilgub DKI Jakarta 2017. Hasilnya gemilang, masyarakat Jakarta mempercayakan Anies menjadi Gubernur DKI Jakarta 2017-2020.

 

Tuntaskan Banyak Permasalahan Ibukota

Banyak capaian yang telah dikerjakan oleh Anies untuk menuntaskan permasalahan di Ibukota yang pro terhadap rakyat kecil ini. Salah satunya dari bidang infrastruktur yang dicapai oleh pria lulusan S2 di University of Maryland, School of Public Policy, College Park, Amerika Serikat ini, yakni proyek Mass Rapid Transit (MRT) di Jakarta misalnya. Ini merupakan proyek infrastruktur yang bertujuan untuk mengurangi kepadatan lalu lintas di ibukota Jakarta. Saat ini MRT resmi memulai operasional terbatas dalam rangka uji coba. Sedangkan, harga tiket hingga saat ini belum kunjung ditetapkan. Namun, angka yang diajukan PT MRT ke Pemprov Jakarta sekitar Rp8.500 perkilometer. “Insyaallah Allah jalan sepanjang Sudirman-Thamrin sudah kembali lurus, rata,” ujar Anies kepada Men’s Obsession

 

Tak hanya sampai di situ, di 2019 Pemprov berencana akan membangun MRT sampai wilayah Jakarta kota. “Fase II ini sampai dengan Kota Tua. Kemudian, nanti dari Kota Tua akan ke arah timur ke kawasan BMW dan Ancol,” beber penyayang kucing itu. Selanjutnya, meluncurkan program SAMAWA DP 0 Rupiah yang dibuka pendaftarannya mulai 1 November 2018. Sebelumnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta merilis info pendaftaran program rumah SAMAWA DP 0 rupiah pada 12 Oktober 2018. Hal itu dilakukan agar memberikan kesempatan pada semua pihak untuk punya peluang sama dalam menyiapkan semua dokumen dan data sebagai syarat pendaftaran Pendaftaran program tersebut, bisa dilakukan melalui online atau datang langsung ke Kantor Dinas Perumahan dan Pemukiman. Untuk pendaftaran secara online, para pendaftar bisa mengakses situs samawa.jakarta.go.id. Sedangkan untuk pendaftaran offline, para pendaftar juga bisa mendatangi kantor walikota di daerah masing-masing.

 

Secara prinsip Pemprov DKI menyambut baik siapapun yang mau bekerja sama untuk penyediaan pemukiman bagi warga DKI Jakarta. Karena di Jakarta membutuhkan lahan yang cukup untuk pemukiman yang lebih banyak. “Tetapi kalau saya diminta menanggapi sebaiknya saya perlu tahu isinya apa, tetapi secara prinsip kita menyambut baik dan siap bekerja sama dengan siapapun selama itu untuk kepentingan warga Jakarta dan sesuai ketentuan,” kata Pria kelahiran Kuningan, Jawa Barat, 7 Mei 1969 ini. Selain itu, suami dari Fery Farhati Ganis ini telah mencairkan dana untuk para pelajar yang memilik Kartu Jakarta Pintar (KJP) plus tahun 2019. Dana pertama pada tahun 2019 ini sudah dapat diambil mulai 3 Januari  lalu. Dana rutin bulanan tersebut untuk periode Januari 2019 dan dana berkala untuk kebutuhan belanja dan keperluan sekolah. Untuk pemanfaatan dana KJP tetap mengacu pada ketentuan yang sudah ditetapkan. Pemegang KJP hanya bisa menarik uang tunai sebesar Rp100 ribu setiap bulannya. Jika pemegang KJP plus tidak taat pada aturan berlaku maka akan dilakukan pemblokiran otomatis hingga sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

 

Tak hanya KJP, mantan Direktur Riset The Indonesian Institute ini telah memberikan Kartu Lansia Jakarta (KLJ) kepada 22.970 orang lanjut usia. Untuk menjalankan program tersebut, Pemprov DKI menggelontorkan Rp104 miliar melalui Dinas Sosial DKI. Pemberian KLJ itu diberikan melalui Dinas Sosial DKI Jakarta. KLJ bertujuan untuk membantu lansia agar dapat memenuhi kebutuhan dasar dan mengakses pelayanan dasar secara wajar, meningkatkan kesejahteraan lanjut usia, dan pengentasan kemiskinan. Pemerintah DKI akan terus melakukan pemutakhiran data agar tak ada lansia yang terlewat mendapat KLJ. Selain capaian di atas, berdasarkan laporan pertanggungjawaban APBD DKI Tahun 2017 di dalam Rapat Paripurna DPRD DKI Jakarta. Pemprov DKI mengklaim adanya kenaikan pendapatan daerah sebesar 103 persen. “Pendapatan daerah ditargetkan sebesar Rp62,51 triliun dan terealisasi sebesar Rp64,82 triliun atau 103 persen,” terang Anies di Gedung DPRD DKI Jakarta, Jakarta Pusat. 

 

Pendapatan tersebut terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan realisasi Rp43,90 triliun atau 105,31 persen dari target Rp41,68 triliun. Komponen kedua adalah realisasi Pendapatan Transfer, sebesar Rp18,96 triliun atau 101,46 persen dari target Rp18,69 triliun. Komponen ketiga adalah realisasi Lain-lain Pendapatan yang Sah Rp1,95 triliun atau 91,52 persen dari target Rp2,13 triliun. Sementara untuk belanja daerah Pemprov DKI tahun anggaran 2017, yaitu sebesar Rp51,05 triliun. Perinciannnya total dari realisasi belanja langsung sebesar Rp27,32 triliun dan realisasi belanja tidak langsung senilai Rp23,73 triliun. Salah satu komponen dari belanja langsung adalah belanja modal, di antaranya belanja tanah Rp1,29 triliun, belanja peralatan dan mesin Rp1,93 triliun, belanja gedung dan bangunan Rp5,83 triliun, serta belanja jalan, irigasi dan jaringan sebesar Rp1,97 triliun. 

 

Ihwal posisi neraca daerah per 31 Desember 2017, sebesar Rp929,19 triliun. Secara garis besar posisi neraca daerah per tanggal 31 Desember 2017 terdiri dari aset Rp464,6 triliun, kewajiban sebesar Rp2,67 triliun dan ekuitas sebesar Rl Rp461,92 triliun. Selain itu, capaian positif Anies juga ditorehkan di bidang Teknologi Informasi (TI) yang memperkenalkan aplikasi Oyes Pasar Jaya yang berguna untuk memangkas ongkos logistik para pedagang yang berada di naungan PD Pasar Jaya. Aplikasi ini bisa dimanfaatkan bagi pedagang yang memiliki kartu pedagang PD Pasar Jaya. Adapun para pemegang kartu ini tidak harus datang langsung ke Pasar Induk Kramatjati untuk membeli persediaan sehingga bisa menghemat ongkos. Para pedagang ini bisa memesan secara langsung bahan pokok melalui aplikasi Oyes Pasar Jaya yang sudah tersedia di Play Store untuk pengguna Android.

 

Jadi, pedagang yang menggunakan aplikasi Oyes Pasar Jaya ini tidak perlu khwatir akan pasokan bahan pokok. Pemprov DKI beserta pemangku kepentingan lain akan mengamankan persediaan bagi pemesanan melalui aplikasi ini, bahkan dengan harga yang terjangkau pada saat menjelang Ramadan. Adapun untuk menggunakan aplikasi Oyes Pasar Jaya ini, pedagang bisa mendaftarkan diri melalui nomor kartu pedagang PD Pasar Jaya. Pesanan yang dilakukan oleh pedagang melalui aplikasi Oyes Pasar Jaya akan segera dikirim dengan waktu maksimal 1x24 jam. Sebelumnya, Pemprov DKI mengapresiasi aplikasi Zahir Simply besutan dari PT Zahir Internasional yang berniat membantu program One Kecamatan One Center for Entrepreneurship (OK OCE). Adapun yang bisa dibantu oleh Zahir Simply adalah sistem pencatatan atau laporan keuangan yang bisa digunakan langsung dalam sistem operasi Android.

 

Pemprov DKI mencatat, aplikasi ini dapat membantu anggota OK OCE untuk mengetahui cash flow (perputaran uang) ketika terjun di dunia usaha. Selain itu, adanya pencatatan keuangan yang baik maka pihak bank akan mempermudah pemberian modal usaha. Pemprov juga menggelar puluhan lokasi Operasi Pasar Murah di Ibu Kota. Operasi Pasar Murah digelar di 44 pasar tradisional yang tersebar di lima wilayah di Jakarta. Hal itu guna menjaga harga kebutuhan pokok pas menjelang Lebaran. PD Pasar Jaya sebagai BUMD Pemprov DKI Jakarta telah melakukan yang terbaik guna mengamankan stok bahan pangan untuk kebutuhan warga Jakarta, tampak dari pemantauan suplai dan informasi ketersediaan bahan pokok yang dikelola secara efisien. 

 

Tak hanya itu, perhatiannya terhadap penyandang disabilitas juga dicurahkan olehnya. Pasalnya, Halte Transjakarta Bank Indonesia di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, kini memiliki fasilitas baru berupa pelican crossing dan ramp untuk penyandang disabilitas. Dengan fasilitas ini, pengguna kursi roda tidak perlu menaiki jembatan penyebrangan orang (JPO) untuk masuk ke halte. Pelican crossing itu berada di perempatan Halte Bank Indonesia dekat Bank Bangkok. Namun, pelican crossing tersebut tidak dilengkapi tombol pengontrol waktu menyebrang. Warga yang ingin melewatinya harus menunggu lampu merah terlebih dahulu. Pengguna kursi roda bisa masuk ke halte dengan menyebrangi pelican crossing itu, kemudian naik ke halte dengan menggunakan ramp. Di ujung halte terdapat gate in untuk melakukan tap kartu. Setahap demi setahap semua fasilitas ramah bagi semua warganya terealisasikan, baik yang menyandang disabilitas, orang tua, ibu mengandung atau pun orang-orang kebutuhan khusus lainnya, termasuk juga bagi para warga Jakarta secara umum.

 

Tak hanya capaian di atas, capaian positif ini juga diraih olehnya. Empat tahun berturut-turut Pemprov DKI meraih opini Wajar dengan Pengecualian (WDP) dari BPK terkait Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, pada LKPD tahun anggaran 2017, DKI akhirnya mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan BPK atas LKDP 2017, termasuk implementasi atas rencana aksi yang telah dilaksanakan Pemprov, BPK memberikan opini WTP. Saat itu pula soraksorai terdengar dari seluruh peserta paripurna usai BPK mengumumkan DKI meraih WTP. Dengan demikian, Pemprov DKI telah berhasil meningkatkan opini dari Wajar dengan Pengecualian menjadi Wajar Tanpa Pengecualian. Baru-baru ini Pemprov DKI Jakarta juga meraih predikat Top 50 Smart City Government 2018 dan meraih peringkat ke-47 Smart City Government dari 140 kota di dunia. Predikat tersebut diraih atas dasar sepuluh indikator penilaian. 

 

Dalam penghargaan ini, penilaian tertinggi pada indikator visi Pemprov DKI Jakarta, Kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai kepala pemerintahan, serta alokasi anggaran/ APBD Provinsi DKI Jakarta. Dengan prestasi tersebut, Pemprov tidak berpuas diri karena masih banyak peluang inovasi yang dapat dikembangkan. Ke depan pihaknya mempersiapkan smart city 4.0 sebagai salah satu pilar menuju city 4.0 yang fokus pada pengembangan platform kolaborasi. Pemprov DKI Jakarta tengah mewujudkan cita-cita agar Jakarta menjadi kota 4.0, yakni kota yang menjadi platform satu atap yang memungkinkan kolaborasi industri terjadi antara perusahaan swasta dan badan publik dalam berbagi data, mengembangkan wawasan, dan lebih jauh meningkatkan layanan publik agar lebih memenuhi kebutuhan warganya. Hal ini diimplementasikan melalui konsep smart city di Jakarta yang dibuat berdasarkan enam pilar, yaitu Smart Governance, Smart People, Smart Living, Smart Mobility, Smart Economy, dan Smart Environment. 

 

Semua capaian tersebut, Anies menyebutnya hasil kerja dari teman-teman yang selalu bekerja dalam sunyi di Pemprov DKI Jakarta. Orang nomor satu di DKI Jakarta ini menyebutkan, Ibu Kota Jakarta bukan sekedar kota, tapi di sini pusat perekonomian, pusat kegiatan politik. “Juga berkumpulnya komponen seluruh bangsa keterwakilannya ada,” ujar Anies. Oleh sebab itu, ia ingin agar di Jakarta menjadi tempat di mana semua yang direncanakan bisa terjadi di republik ini. “Harus terjadi di Indonesia, ” ungkapnya. Ia berkomitmen dan berjanji akan melindungi, mencerdaskan, dan mensejahterakan kehidupan bangsa. “Karenanya di Jakarta semua janji itu harus kita lunasi,” pungkas pria murah senyum tersebut. 

Lord Atep Identik Persib Bandung

Naskah: Arif Rahman Hakim Foto: Dok. pribadi & Istimewa

PERSIB Bandung merupakan salah satu klub sepak bola tertua di Indonesia. Persib didirikan di Bandung pada 14 Maret 1933. Klub ini menghasilkan banyak pemain yang fenomenal. Tak sedikit pemain Persib yang memperkuat tim nasional (timnas) dan ikut andil mengharumkan nama Indonesia di kejuaraan internasional.

 

Salah seorang pemain Persib yang spektakuler adalah Atep Rizal. Ia dilahirkan di Cianjur, Jawa Barat, 5 Juni 1985. Hobi bermain sepak bola sejak kecil, ia bergabung dengan PS UNI yang merupakan salah satu klub anggota Persib. Ia berposisi sebagai gelandang serang yang memiliki kelebihan berupa tendangan yang keras dan terarah. Saat berada di Persib Junior (U-18) Atep bermain gemilang. Ia mengantarkan klub ini menjadi juara Piala Suratin pada 2003. Setelah bermain untuk Persib U-18, ia melanjutkan kariernya ke Persiba Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Saat merumput di Persiba, Atep menunjukan penampilan yang apik sehingga dipanggil memperkuat skuat Indonesia U-20 pada 2003. Atep ikut andil mengantarkan PSSI U-20 menjadi runner-up Piala Gubernur Kalimantan Timur pada 2003.

 

Berkat prestasinya itu Persija Jakarta meliriknya. Setelah menjalani musim yang cukup bagus dengan Persiba, Atep dikontrak oleh Persija tahun 2004. Tak memerlukan waktu lama, ia memperoleh jatah bermain di tim utama. Di Jakarta, permainan Atep semakin berkembang. Ia membawa Persija menduduki peringkat III Divisi Utama Liga Indonesia 2004, runner-up Divisi Utama Liga Indonesia 2005, runner-up Copa Indonesia 2005, dan menembus semifinal Liga Indonesia 2007-2008. Prestasinya yang begitu cemerlang di Persija membuka kesempatan lebar untuk karier internasionalnya. Pada 2005, ia terpilih masuk ke dalam skuat Timnas Indonesia di Piala AFF (ASEAN Football Federation) dan ia berhasil mencetak gol. Maka tak ayal, banyak klub yang menginginkannya, termasuk Persib yang mencoba mengontraknya pada musim 20072008. Atep bertahan di Persija hingga akhir musim 2007-2008.

 

Obsesi Persib memperoleh tanda tangan Atep akhirnya terwujud. Pada musim 20082009, klub berjulukan Maung Bandung tersebut akhirnya berhasil mengontraknya, setelah gagal mendapatkannya di musim sebelumnya. Kedatangan Atep disambut meriah oleh para bobotoh, sebutan suporter Persib. Persaingan di Persib begitu kompetitif. Di awal musim Atep tidak mendapat begitu banyak kesempatan untuk bermain sehingga banyak yang memprediksi ia akan angkat kaki pada musim transfer di jeda kompetisi. Namun, ia bertahan dan akhirnya mulai mendapatkan kesempatan bermain, walaupun hanya sebagai pemain cadangan. Pada 6 Mei 2009 ketika Persib kalah 1-2 melawan Pelita Jaya, Atep masuk dalam skuat utama. Ia mencetak satu-satunya gol Persib dan merupakan gol pertamanya di Liga Super bersama Persib Bandung. Atep merupakan ikon bagi bobotoh dengan julukan “Lord Atep”. Di saat ia mencetak gol, bobotoh selalu melakukan push up tanda apresiasi terhadap golnya. 

 

Di musim 2014, penampilan Atep menimbulkan decak kagum bagi para penonton. Ia menjadi pahlawan Persib setelah mencetak gol spektakuler ke gawang Arema Cronous, yang mengantarkan Persib ke final Indonesia Super League (ISL) 2014. Final Persib melawan Persipura di final ISL digelar di Stadion Gelora Sriwijaya, Palembang, Sumatera Selatan, 2014 lalu. Atep duduk di bangku cadangan. Ia baru diturunkan di babak kedua pada menit ke-66 menggantikan Tantan. Secara mengejutkan Persib menaklukkan sang juara bertahan dengan skor 5-3 melalui drama adu penalti. Kedua tim melakoni adu penalti setelah bermain imbang 2-2 hingga babak tambahan waktu. 

 

Keberhasilan menjuarai ISL 2014 tersebut mengakhiri penantian panjang Persib yang sudah 19 tahun menunggu gelar juara. Sementara, Persipura memperpanjang catatan buruknya yang gagal mempertahankan gelar juara sejak ISL digelar pada tahun 2008.   Kota Bandung seketika menjadi lautan biru setelah Persib keluar sebagai juara ISL 2014. Kembang api menghiasi langitlangit Bandung. Ribuan bobotoh serempak memakai atribut biru turun ke jalan. Mereka melampiaskan kebahagiannya menyambut kemenangan klub kesayangannya. Dengan menggunakan kendaraan roda dua dan empat, bobotoh berkonvoi mengelilingi ruas jalan di Bandung. Klakson kendaraan pun terus dibunyikan. “Juara, juara, juara, juara, juara!” teriak para bobotoh bersahut-sahutan.

 

Sesekali mereka berhenti dan berjoget. Bahkan tak sedikit yang membuka baju. Mereka meneriakkan yel-yel dan menyanyikan lagu Halo - Halo Bandung. “Malam ini kita bahagia, Persib juara lagi. Setelah ini, Persib juara selamanya. Persib Bandung bangkit!” teriak para bobotoh. Musim 2015 ISL ditunda sehingga Persib menjalani kompetisi AFC Cup 2015 sebelum liga dimulai. Di kompetisi ini Atep selalu mencetak gol, dengan rasio gol 1 per pertandingan AFC Cup. Di Piala Presiden 2015 Atep dipercaya menjadi Kapten Persib. Di final Persib mengalahkan Sriwijaya FC dengan skor 2-0 di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu (18/10/2015). Dua gol kemenangan Persib dicetak bek tengah Ahmad Jufriyanto pada menit keenam dan gelandang Makan Konate di pengujung babak pertama. Publik Bandung berpesta merayakan kemenangan ini. Bobotoh larut dalam kegembiraan. Pantauan kompas.com, mereka berkonvoi mengelilingi sejumlah ruas jalan di pusat Kota Bandung.

 

Ada yang menggunakan roda dua dan ada juga roda empat, tua maupun muda larut dalam kegembiraan ini. “Hidup Persib!” teriak mereka serempak dengan mengenakan seragam biru. Bandung pun menjadi lautan biru. Bobotoh meneriakkan berbagai macam yel. “Persib Juara, Persib Juara, Persib Juara” dan Halohalo Bandung terus berkumandang. Dalam konvoi tersebut mereka juga serempak memainkan tuas gas motornya. Jalanan pun menjadi bising akibat suara knalpot para bobotoh itu. Tak ada yang melarang. Ini yang membuat ramai. Macam-macam atraksi diperagakan. Mereka bernyanyi-nyanyi bahkan menari-nari. Bendera kebesaran Persib pun terus di kibar-kibarkan.

 

Tak Protes Meski Jadi Pemain Cadangan

Salah satu sisi menarik dari Atep adalah ia menghormati pelatih. Ia patuh pada keputusan pelatih. Ia tidak melancarkan protes ketika ditaruh di bangku cadangan. Nama Atep jarang masuk ke starting lie-up Persib sejak putaran kedua Gojek Traveloka Liga 1 bergulir tahun 2017. Memulai laga dari bangku cadangan jelas bukan obsesi seorang pemain sepak bola. Kendati demikian, pengguna nomor punggung 7 itu tidak memprotes keputusan pelatih Emral Abus. “Kita hormati semua keputusan pelatih, harus kita hormati termasuk cadangan atau starter. Bagi saya tidak masalah, bagi saya yang penting tim kami (Persib) yang terbaik,” ungkap Atep seperti dikutip situs resmi Persib, Kamis (28/9/2017). Mantan punggawa Timnas Indonesia tersebut merupakan ruh permainan Maung Bandung sepanjang putaran pertama Go-Jek Traveloka 2017.  

 

Namun, pada putaran kedua, terutama sejak Persib dipimpin bergantian Herrie Setiawan dan Emral Abus, Atep lebih sering memulai laga dari bangku cadangan. Dua pelatih yang melanjutkan tongkat estafet kepelatihan Djadjang itu lebih kerap memainkan Febri Haryadi dan Matsunaga Shoei sebagai starter. Bahkan dari delapan laga terakhir Persib, Atep hanya sekali menjadi starter, yakni pada pertandingan melawan Arema FC.  Sisanya di tujuh pertandingan lain, Atep selalu berstatus pemain cadangan. Tujuh pertandingan yang dimaksud, yakni saat Persib bersua Bhayangkara FC, Bali United, Semen Padang, Persipura Jayapura, Gresik United, Sriwijaya FC, dan PS TNI. Atep menuturkan, bermain dari awal atau masuk sebagai pemain pengganti sama saja. Baginya, yang terpenting Persib dapat tampil apik dan meraih kemenangan.“Saya selalu mendukung, mau main pertama atau lima menit menjelang akhir, yang terpenting tim ini meraih hasil maksimal,” tegasnya.

 

Menikah dengan The Jakmania

Sepak bola telah mengorbitkan popularitas Atep Rizal. Berkat sepak bola itu Atep mendapatkan pujaan hatinya. Saat memperkuat Persija pada periode 2004-2008 ia jatuh cinta pada Lilis Yamaini, seorang The Jakmania, sebutan untuk suporter Persija. Lilis adalah orang asli Jakarta. “Saya dulu kerja dan sering menonton Persija karena asli Jakarta dan suporter Persija juga. Saya juga ngefans sama Bepe (Bambang Pamungkas). Waktu itu kebetulan katanya ada pemain muda sekaligus pemain baru, katanya dari Bandung, dan saya datang ke stadion untuk lihat,” tutur Lilis. Lilis bercerita, ia bisa berkenalan dengan Atep lewat teman Atep. Perkenalannya itu berlangsung setelah ia menjalankan salat Magrib. “Tadinya saya tolak, tapi atas saran pengurus Persija, akhirnya saya kenalan sama Atep,” ujar perempuan ayu itu.

 

Dari situlah pertemuan mereka terjalin. Mulai kenalan, berbincang, bertemu, kemudian menjalin kasih dan akhirnya menikah. “Setelah perkenalan itu, saya jadi sering bertemu di mes Persija dan semakin dekat,” ujarnya sembari mengenang. Kisah cinta mereka ibarat film yang mengisahkan percintaan seorang bobotoh dan seorang The Jak di awal 2000-an. “Ya, mirip gitu, tapi ini mah antara pemain dan The Jak,” ujar Lilis seraya tertawa. Atep kemudian diminta pulang untuk membela klub Kota Bandung, Persib. Mereka pun harus menjalani hubungan jarak jauh untuk sementara waktu. Namun, rupanya Atep tidak membiarkan gadis pujaannya menunggu lama di Jakarta. “Dia bilang kalau pulang ke Bandung akan segera menikahi saya,” ujar perempuan berkulit putih ini. Atep menetapi janjinya. Ketika ia bermain di Persib, ia langsung meminang Lilis. “Saya menikahi Lilis waktu bermain setengah musim pertama di Persib,” kata Atep seraya tersenyum. Lilis semringah, sang pujaan hati menepati janjinya. Pernikahan pun berlangsung. Pernikahan mereka membuahkan dua anak, yakni Nakesya Amira Grabiela dan Alicia Zakira Ramadhani. 

 

Lilis merasakan suka-duka menjadi seorang pendamping seumur hidup “Lord Atep”. Suasana getir dan sedih jika Persib kalah selalu mewarnai kehidupan rumah tangga mereka. “Sebagai istri, saya kasih semangat dia melebihi apa pun. Saya sering wanti-wanti dia jaga kesehatan, jangan terlalu capek karena di Bandung beda dengan yang lain,” ujar Lilis. Kekalahan Persib dalam sebuah laga jelas adalah hal duka bagi Lilis. “Dukanya enggak ada sih sebenarnya, cuma saya suka ikut sedih kalau Persib kalah. Kalau Persib kalah dan dia pulang ke rumah, dia sering merasa sedih. Sebagai istri saya juga turut merasakannya,” tandasnya. Kehadiran Lilis dan anak-anak sudah tentu jadi pelipur lara bagi Atep jika timnya kalah. “Keluarga, khususnya anakanak,  membangkitkan mental dia. Dia bisa seharian di rumah sama anak-anak kalau lagi di rumah, main PS,” kata perempuan kelahiran 1984 itu.

 

Meski sudah menjadi bagian Maung Bandung sejak 2008, Atep dan istri tetap menjaga hubungan dengan The Jakmania. “Tentu ada karena komunikasi masih terus terjalin sama teman-teman dulu, seperti Rico (Larico Ranggamone) atau Richard (Achmad). Hubungan harus terus dijaga,” tegasnya.

 

Berakhir Kebersamaan Atep dengan Persib

Manusia hanya bisa berusaha dan berdoa. Sedangkan, Allah yang menentukan segalanya. Demikian juga yang dialami Atep. Ia berkeinginan bertahan lama di Persib. Namun, obsesinya tidak terwujud. Manajemen Persib memutuskan menghentikan kebersamaannya dengan Atep pada musim 2019. Dengan demikian, 10 tahun kebersamaan Atep dengan Persib berakhir. Keputusan tersebut diungkapkan Komisaris PT Persib Bandung Bermartabat Kuswara S Taryono kepada awak media di Graha Persib, Jalan Sulanjana, Kota Bandung, Minggu (13/1/2019). Selain Atep, manajemen Persib juga mencoret nama-nama lain, seperti Tony Sucipto, Airlangga Sucipto, Imam Arif Fadhilah, dan Eka Ramdani. Ia tak merinci alasan Persib mencoret Atep. 

 

Menurutnya, pencoretan tersebut berdasarkan pertimbangan juga dari pelatih Persib Miljan Radovic dan manajemen. “Mohon maaf tentang alasannya apa saya kira kurang tepat disampaikan, tapi yang pasti pelatih sudah mempertimbangkan dari berbagai sudut, “ katanya.  Keputusan tersebut membuat Atep terperanjat. Ia mengatakan kepada wartawan di mes Persib, Senin (14/1/2019), ia sudah bisa memprediksi kontraknya tak akan diperpanjang. “Saya juga sudah prediksi sudah ke arah sana, tapi mengejutkannya di detik terakhir keputusan seperti itu. Saya juga mendapat keputusan ini di hari Sabtu jam 10 pagi,” Atep menuturkan. Ketika menerima kabar itu, Atep kebetulan sedang berada di Sukabumi bersama keluarganya. Orang pertama yang ia beri tahu adalah istrinya. Ia menuturkan, istrinya sangat shock menerima informasi itu. Terlebih ia sudah cukup lama bermain di tim kebanggaan bobotoh tersebut. Ya, mungkin istri juga berat. Apalagi saya, ya, berada di sini cukup lama karena buat saya merasa di satu keluarga,” kata Atep di Bandung, Selasa (15/1/2019). Bukan hanya istrinya yang terkejut, tapi juga rekan-rekan Atep di Persib. Pemain Persib Supardi Nasir menyebut Atep orang yang baik. “Tapi inilah sepak bola. Sekarang Atep? Tahun besok enggak menutup kemungkinan saya sendiri atau mungkin pemain lain. Enggak juga menjamin pemain muda aman di sini. Itulah sepak bola, profesionalitas,” ujar Supardi.

 

Sebagai sesama pemain senior Supardi memberikan pesan kepada Atep untuk tetap sabar. Ia mengakui meninggalkan Persib Bandung merupakan langkah yang sangat berat. “Saya pesan ke Atep di mana pun berkarier bahwa Atep sudah identik dengan Persib Bandung. Saya katakan kemarin, Atep, di mana pun berkarier sama semua, mungkin bagi Atep belum terbiasa jauh dari keluarga terutama,” katanya. Semua pemain, lanjut Supardi, harus terbiasa dengan keluar masuk di sebuah tim. Sebab, dunia sepak bola profesional merupakan hal lumrah bagi pemain untuk pergi dan datang. “Jadi, harus terbiasa dengan pola seperti ini, pelatih pergi, pemain pergi, tapi persib tetap Persib. Saya selalu berdoa untuk Atep, kesuksesan dia di manapun saya yakin dia bisa beradaptasi dengan cepat di mana pun,” ucapnya. 

 

Saat ini Atep masih mempertimbangkan untuk mencari pelabuhan baru. Namun demikian, ia memiliki sebuah komitmen andai nantinya ia mendapatkan klub baru, yakni ia berjanji tidak ingin bermain melawan Persib ketika membela klub anyarnya. Baginya, komitmen ini merupakan bentuk rasa cintanya kepada Maung Bandung. “Saya akan bertahan untuk tetap bermain, harapannya tidak di tim Indonesia. Saya tidak mau nanti harus ketemu dengan Persib. Itu sangat berat. Saya terlalu identik dengan Persib. Ketika nanti harus menjadi musuh di lapangan itu sangat berat,” tambahnya. “Rencana saya ke depan setelah tidak di Persib, tentunya saya masih ingin bermain kalaupun ada klub yang menginginkan jasa saya,” tutur Atep kepada Men’s Obsession via WhatsApp, Sabtu (9/2/2019). Namun, lanjutnya, jika tidak ada klub yang cocok dengan dirinya ia ingin menjadi pelatih. “Saya ingin membina anakanak muda potensial yang ada di Jawa Barat,” tandasnya. Ia bersyukur telah ada beberapa klub yang menawarinya bergabung sebagai pemain. “Alhamdulilah, beberapa klub sudah menawarkan kerja sama dengan saya,dari tim Liga 1 dan beberapa klub dari Liga 2,” ujar ayah dua putri tersebut.

 

Atep berobesi jika nanti merumput lagi, ia ingin mencetak banyak gol untuk klubnya dan mengangkat prestasi klub tersebut. Ketika ditanya apa yang paling berkesan baginya saat bersama Persib, pria berposter tergap ini menjawab, “Ketika kami juara 2014, sekaligus mengakhiri puasa gelar 19 tahun. Dukungan bobotoh terhadap tim ini sangat luar biasa. Di manapun Persib bermain, bobotoh selalu ada memberikan dukungan. Ini kesan yang tentu akan selalu saya ingat.”

Erick Thohir Membuat Mata Dunia Tertuju Ke Indonesia

Naskah: Iqbal R.Foto: Istimewa

Tak berlebihan jika menyebutnya figur pemuda berpengaruh di Indonesia. Tak hanya dikenal sebagai pengusaha andal, tapi ia juga sosok penting di balik suksesnya penyelenggaraan pesta olahraga terbesar Asia, Asian Games 2018. Sontak Indonesia pun menjadi perbincangan dunia.

 

Dalam kurun waktu dua tahun tiga bulan, Ketua Indonesia Asian Games 2018 Organizing Committee (Panitia Penyelenggara Asian Games Indonesia/Inasgoc) Erick Thohir harus menyiapkan berbagai fasilitas dan sarana pendukung untuk menggelar pesta olahraga terbesar di Asia tersebut. Mulai dari renovasi venue, mempersiapkan atlet, hingga mengatasi masalah nonteknis, salah satunya kemacetan di Jakarta. Di luar dugaan, minimnya waktu persiapan tak jadi rintangan Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games 2018. Justru, antusiasme dari masyarakat begitu besar. Baik ada atau tidak ada atlet Indonesia yang bertanding, hampir semua venue terisi penuh. Erick mengungkapkan, faktor utama yang membuat euforia Asian Games 2018 begitu terasa, yakni kemegahan dari opening ceremony yang dilakukan di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), 18 Agustus 2018 lalu. “Saya rasa ada key factor yang penting. Opening kita yang luar biasa, membuat masyarakat kita sangat percaya bahwa kita bangsa besar karena memang di opening itu kita selebrasi Indonesia untuk dunia, kita menunjukkan identitas kita untuk dunia,” ungkap Erick beberapa waktu lalu.

 

Opening ceremony Asian Games 2018 memang menuai banyak pujian dari berbagai pihak, bahkan juga datang dari luar negeri. Kemeriahan dan efek kejut dalam ceremony tersebut dianggap sudah setara dengan level dunia hingga disebut yang terbaik sepanjang sejarah Asian Games. Meski demikian Erick mengaku, sebelum terselenggaranya Asian Games, banyak orang yang menilai Asian Games di Indonesia tak akan berjalan lancar karena persiapannya yang terbilang sudah mepet. Namun berkat rasa optimis, akhirnya pesta olahraga terbesar di Asia ini sukses di helat. “Semua orang pesimis Asian Games bisa jalan, tidak hanya di luar negeri, tapi juga di dalam negeri. Persiapannya hanya 2 tahun 3 bulan, Alhamdulillah dengan gotong royong, dengan satu visi dan yang luar biasanya mayoritas generasi muda Indonesia yang berkecimpung di Asian Games bisa buktiin kepada dunia bahwa kita menjadi Asian Games terbaik yang pernah ada ngalahin China, Jepang, dan Korea. Yang bicara bukan kita, melainkan Presiden OCA, mediamedia seperti New York Times. Asian Games Indonesia ditonton paling besar yang pernah ada 5,3 miliar penonton,” kata Erick Thohir saat ditemui Men’s Obsession

 

“Mayoritas generasi muda, penari Saman rata-rata anak SMA, volunteer yang jumlahnya 15 ribu, usianya ratarata di bawah 23 tahun, atlet kita yang mendapatkan 31 medali emas, hampir 80 medali, usianya di bawah 30. Jadi, kita bisa membuktikan kalau kita mau pasti bisa. Apakah setelah Asean Games cukup? Tidak, kita harus mempunyai mimpi lebih besar lagi maka dari itu kita memberanikan diri, kita akan mencoba Olimpiade tahun 2032, supaya mimpi kita tidak berhenti sebagai bangsa, harus terus optimis, 2032 kita bisa,” tambahnya. Selain itu, Erick berharap pada bidang bisnis, Indonesia tidak kalah dari luar negeri, tinggal bagaimana membangun optimisme dan ia berharap dengan era globalisasi ini, Indonesia memiliki merek sendiri sebagai negara, “Kita tahu persaingan negara itu sekarang meningkat tidak hanya merk. Sekarang ada namanya top culture country, dia ini tingkatnya lebih tinggi lagi dari sebuah merk, yang namanya top culture country itu seperti Amerika, Perancis, Inggris, Italia, dan Jepang. Apa itu top culture? ketika culture-nya itu menjadi trendsetter dunia. Nah, kita belum sampai situ karena jika kita menjadi top culture itu otomatis menjadi negara tujuan, tidak hanya turis, tetapi juga bisnis dan ranking-nya sudah tinggi. Namun di tahap ini, yang saya harapkan ada message orang Indonesia, pengusaha-pengusaha Indonesia supaya tidak kalah,” tandasnya.

 

Kepiawaian Berbisnis hingga Ditunjuk Jokowi

Setelah sukses pada Asian Games 2018, Erick ditunjuk sebagai Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) pasangan Joko WidodoMa’ruf Amin, meski dalam dunia politik ia terbilang baru, tapi Jokowi yakin kelahiran 30 Mei 1970 ini mampu. Hal itu dikarenakan kesuksesan Erick dalam berbisnis. Tak hanya itu, kemampuan manajerial yang baik menjadi salah satu alasan Jokowi memilih, mengingat adik kandung Garibaldi Thohir tersebut banyak mengelola perusahaan mulai dari billboard, radio, hingga media cetak. Saat ini, Erick punya dua bendera, yakni Mahaka Media untuk media dan Alif untuk entertainment company. Alif ini menaungi produk-produk terkait hiburan. Tak puas dengan itu, ia menggandeng pengusaha muda Anindya Bakrie untuk bergabung di TVOne. Walaupun hanya sebagai pemegang saham minoritas. Namun, posisinya cukup mumpuni, yaitu sebagai Direktur Utama PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) yang merupakan induk usaha dari TVOne.

 

Tak cukup di bidang media dan hiburan, nama Erick juga tercatat sebagai pendiri dari sebuah organisasi filantropis bernama Darma Bakti Mahaka Foundation. Di bidang olahraga, salah satu kesuksesan terbaiknya adalah saat ia membeli dan menjadi presiden klub sepak bola Inter Milan sejak 2013. Dengan kemampuan manajemennya, Inter Milan bisa menarik investor hebat asal China sebagai rekan kerja, yakni Suning Grup yang dimiliki Zhang Jindong dengan kemampuan finansial dan manajerial luar biasa. Erick juga dikenal sebagai orang Asia pertama yang memiliki klub NBA. Melalui negosiasi panjang pada 2011, ia membeli saham Philadelpia 76ers. Suami dari Elizabeth Tjandra itu menjadi bagian konsorsium yang di dalamnya termasuk aktor Will Smith, Jada Pinkett Smith, dan Jason Levien membeli saham 76ers. Ia juga memiliki klub bola basket di Indonesia, yaitu Staria Muda Britama dan Indonesia Warriors. Pada 2012, Erick dan Levien menjadi pemilik mayoritas saham klub yang bermain di Major League Soccer, DC United. Sebagai pemilik DC United, ia kerap membawa nama pesepak bola berbakat Indonesia ke Amerika Serikat.

 

Masa Muda yang Mandiri

“Bisnis adalah sesuatu yang unik,” kata Erick saat diwawancarai salah satu media. Ia lalu bercerita, saat muda dirinya bukanlah tipe anak yang cuma bisa menikmati kekayaan keluarga. Ia memanfaatkan hal tersebut untuk menjadi individu yang mandiri ke depannya. Memulai bisnis dari umur 9 tahun membuat ayah dari Mahendra Agakhan Thohir, Mahatma Arfala Thohir, Magisha Afryea Thohir, dan Makayla Amadia Thohir ini paham akan bisnis yang terus dijalankannya sekarang. Erick memang anak dari pengusaha PT Astra Internasional Tbk Teddy Thohir, tapi Erick muda bukanlah tipe orang yang hanya bisa menikmati kekayaan keluarganya. Ia dan saudara-saudaranya malah diwarisi ilmu dan diperkenalkan tentang bagaimana berjuang di dunia bisnis. Oleh karena itu, ia berkomitmen untuk melanjutkan pendidikannya.

 

Jurusan yang diambil Erick adalah periklanan di Glendale University, Amerika Serikat. Tak puas dengan ilmu yang didapat, ia kemudian melanjutkan kuliahnya ke National University California dan menyabet gelar master di jurusan Administrasi Bisnis. “Almarhum Bapak saya selalu mengajarkan saya dan kakak saya Boy itu mesti siap kanan-kiri. Intinya mesti entrepreneur, tapi harus bisa jadi profesional. Itu memang yang dialami oleh Bapak. Beliau itu kan awalnya profesional, habis itu menjadi entrepreneur. Kami juga ditanamkan pemikiran tersebut karena harus siap. Jadi, ketika saya kembali (dari Amerika), saya bantu bisnis keluarga, waktu itu masih bisnis restoran,” ungkapnya.

 

Kembali ke Indonesia, tak lantas langsung menikmati kekayaan keluarga. Ia sempat membantu keluarga di bidang usaha makanan, Hanamasa dan Pronto. Walaupun sang ayah memiliki banyak bisnis, tapi siapa sangka kalau sang ayah malah melarang Erick melanjutkan bisnis keluarga agar anaknya mandiri, mempunyai usaha sendiri, dan menemukan kesuksesannya sendiri. Ia menerima tantangan tersebut dan terbukti berhasil mengejawantahkan dirinya sebagai orang mandiri. “Saya ingin ada usaha sendiri, itu kan memang yang diarahkan orangtua awalnya. Namun, orangtua bilang oke, kalau mau usaha sendiri boleh, tapi bukan bisnis yang sudah ada di keluarga, harus berbeda. Kalau tidak, buat apa? di keluarga sudah ada, mendingan bantu. Nah, lalu memang kebetulan waktu saya sekolah di luar negeri, saya lebih ke komunikasi, media, promosi, produk desain. Ya akhirnya, saya berpikir media menjadi sesuatu yang menggelitik buat saya, apalagi pada saat itu era reformasi terjadi. Jadi, kepemilikan media sudah boleh dimiliki swasta dan bebas. Dari situlah opportunity saya ke media,” tuturnya. 

 

Erick berhasil mengelola pendapatan keluarga sebagai modal berharga untuk pijakan selanjutnya. Ia menimba ilmu yang tinggi, menjadi individu yang mandiri, kemudian membuka usaha-usaha lain. Lepasnya Erick dari bisnis keluarga sempat dihalangi saudara-saudaranya. Namun, ia mantap memilih berkiprah secara mandiri tanpa campur tangan keluarga dan sukses di bisnis media. Padahal, keluarganya menganggap Erick memiliki potensi besar untuk melanjutkan dan membuat usaha keluarga menjadi lebih besar. Namun apa daya, ia lebih memilih langkahnya. Selepas tak mencampuri bisnis keluarga, ia memulai petualangan baru sebagai pebisnis. Ia memulai kiprahnya di dunia trading. Erick dan teman-temannya Wisnu Wardhana, Harry Zulnardy, dan Muhammad Lutfi, mendirikan Mahaka Group, perusahaan yang dulunya hanya bergerak di bidang pertambangan, keuangan, dan media. Mahaka Group kian bersinar ketika membangun Radio One Jakarta pada 1999 dan mengakuisisi harian Republika yang saat itu hampir bangkrut pada 2000.

 

Sampai tahun 2009, Mahaka Group tercatat telah berkembang dan menguasai majalah a+, Parents Indonesia, dan Golf Digest. Sedangkan pada bisnis surat kabar, Mahaka Group menaungi Sin Chew Indonesia dan Republika. Selain itu, JakTV, GEN 98.7 FM, Prambors FM, Delta FM, dan FeMale Radio. Erick menjadi lebih dikenal para pegiat media ketika berhasil menyelamatkan harian Republika media yang terkenal Islami. Tak hanya itu, ia dan kawankawannya juga berhasil menaikkan kembali pamor Republika hingga berkembang dengan merambah ke dunia online. Selain bersama Mahaka, Erick juga digandeng Anindya Bakrie untuk bergabung di perusahaan media. Meskipun jadi pemegang saham minoritas, tapi posisi yang diduduki Erick cukup penting. Ia didapuk Direktur Utama PT Visi Media Asia Tbk (VIVA), induk usaha dari TVOne.

 

Tampaknya Bakrie paham betul potensi yang dimiliki Erick dalam rangka membantu kelangsungan dan kesuksesan perusahaan medianya. Tak cukup dengan itu, ia kemudian berekspansi ke dunia internasional dengan mengakuisisi beberapa klub olahraga. Sedari dulu, ia memang dikenal sebagai pengusaha yang gemar dengan hal-hal yang berbau olahraga. Tim Satria Muda BritAma dan Indonesia Warriors merupakan miliknya. Pengusaha sukses memang selalu tak mudah puas dengan apa yang didapatnya. Pada 2011 silam, bersama sebuah konsorsium, ia jadi pemiliki klub NBA, Philadelphia 76ers. Selang setahun kemudian, bersama Jason Levien, ia menjadi co-owner sebuah klub Major League Soccer (MLS), DC United. Kendati demikian, kecintaannya terhadap Indonesia tak memudar. Ia bahkan membuka kesempatan pada beberapa atlet untuk mengikuti trial bersama DC United. Puncaknya pada tahun 2013, nama Erick mencuat ke permukaan atas pengakuisisian klub sepak bola Internazionale Milan. 

 

Hampir media-media olahraga dunia meliputnya. Peristiwa ini memang memiliki banyak nilai berita sehingga layak diperbincangkan secara hangat, terutama oleh para penggemar sepak bola. Runtuhnya rezim Masimmo Morrati yang telah 18 tahun memimpin Inter dan pengusaha Asia pertama yang memiliki klub Serie A tersebut jadi sebab kenapa pantas diperbincangkan. Langkah Erick membeli Internazionale Milan dinilai sebagai kepintarannya dalam berbisnis, bukan hanya pemenuhan dahaga terhadap kegemarannya di dunia olahraga. Meski telah melanglang buana di dunia internasional, Erick tak pernah menolak untuk mengabdi pada negerinya sendiri. Seperti kita ketahui, ia juga sangat mencintai olahraga. Kendati jabatan yang diembannya terbilang prestisius di dunia internasional, ia tak pernah menolak jika diberi amanah untuk mengabdi untuk negaranya.

 

Seperti pada tahun 2006-2010, ia dipercaya sebagai Ketua Umum Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi) dan Presiden Asosiasi Bola Basket Asia Tenggara (SEABA) untuk dua periode, 2006-2010 dan 2010-2014. Lalu pada tahun 2012, ia ditunjuk menjadi Komandan Kontingen Indonesia untuk Olimpiade London dan yang paling anyar adalah terpilihnya ayah empat anak ini menjadi Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI) untuk masa bakti 2015-2019. Erick tak pernah melupakan negaranya sendiri meskipun ia kerap harus bolak-balik Italia dan Amerika Serikat. Dalam setiap klub olahraga yang dimilikinya pun ia tak pernah menanggalkan nasionalismenya. Contohnya, ia memberikan kesempatan pada anak bangsa, Syamsir Alam, untuk menimba ilmu di DC United serta belum lama ini beberapa atlet dan pelatih sepak bola diberi kesempatan yang sama di Italia.

 

Family Man

Di kesibukannya sebagai pembisnis, Erick juga tidak melupakan tugasnya sebagai orangtua. Ia termasuk keras terhadap anakanaknya tapi juga lebih terbuka. Keras yang dimaksud Erick adalah dengan mengingatkan kepada anak-anaknya bahwa mereka harus menjaga nama baik keluarganya, mengingat ia terlahir dari keluarga yang baik. Selain itu, sekolah menjadi perhatian penting bagi anak-anaknya karena ia tidak pernah menjanjikan uang atau perusahaan kepada buah hati tercintanya. “Jadi yang saya mau kasih ke mereka itu lebih ke edukasi dan karakter, saya tidak menjanjikan uang ataupun usaha, tentu bukan berarti saya menutup mata, ketika ada anak saya yang bisa menggantikan. Namun, mungkin saya tidak ingin mereka terjun di operasional, tapi lebih di misalnya shareholder saja karena saya juga tidak mau profesional saya bersaing dengan anak saya. Sebab, tidak mungkin profesional saya menang, ya saya pasti belain anak saya. Nah ini yang saya coba harapkan ke depan,” ungkap Erick ketika diwawancarai salah satu stasiun televisi nasional, beberapa waktu lalu. Meski demikian, Erick mengaku hal itu bukan berarti menutup celah bahwa suatu hari keputusannya berbeda, nantinya akan ada kesepakatan bersama keluarga. 

 

“Contoh profesional saya punya anak bagus, welcome saja join ke grup saya, tetapi tidak bisa di satu perusahaan atau mungkin lebih bagus bapaknya juga. Ya sudah karena anak saya masuk, saya jadi komisaris saja. Itu kan sesuatu yang bisa kita lakukan, tetapi pada saat sekarang, ya memang saya mendidik anak saya seperti itu,” urainya. Erick juga mengaku terbuka terhadap anak-anaknya, hal itu diperlihatkanya dengan memberikan kebebasan dalam masalah pendidika. Ia mempersilahkan buah hatinya untuk sekolah di mana pun karena baginya yang namanya profesi pekerjaan itu kerap kali berubah, terlebih dengan adanya era digitalisasi semua profesi dapat berubah, seperti banyak kerjaan yang hilang dan tumbuh. “Nah itu kan sesuatu yang tidak bisa kita pastikan, jadi saya membebaskan mereka untuk mengambil jurusan sekolah apapun asal bisa menjadi bekal mereka untuk mencari uang secara mandiri,” pungkasnya.

M.Ridwan Kamil Membangun Dengan Politik Akal Sehat

Naskah: Subhan Husaen Albari Foto: Edwin B./Istimewa

Keberhasilannya menata Kota Bandung membuat rakyat Jawa Barat menaruh simpati dan meminangnya untuk memimpin Tanah Pasundan. Kini, selaksa cita menata Jawa Barat menjadi tantangan tersendiri bagi M. Ridwan Kamil.

 

“Saya orang yang gelisah. Saya suka imajinasi sehingga saya tinggalkan profesi saya (arsitek). Takdir membawa saya dilantik jadi Walikota Bandung.” Itulah sepenggal kalimat yang diutarakan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saat menjabat sebagai Wali Kota Bandung. Sejak awal, pria kelahiran Bandung 4 Oktober 1971 ini memang memiliki impian besar untuk mengembangkan Bandung menjadi kota yang maju, indah, bersih, dan nyaman. Berbekal segudang pengalamannya sebagai seorang arsitek, Ridwan kerap membanding-bandingkan kondisi tanah air dengan sejumlah negara yang pernah ia kunjungi. Hal itu yang membuatnya semakin gelisah untuk mewujudkan imajinasinya di Kota Bandung. Lima tahun menjabat sebagai Wali Kota Bandung, publik kini sudah bisa meraskan berbagai perubahan besar di Kota Kembang itu. Melihat sosok pria yang akrab disapa Emil ini, tentu tidak bisa dilepaskan dari cerita perjalanan panjang dirinya yang memutuskan terjun di dunia politik dari seorang arsitek andal.

 

Namanya samakin dikenal publik karena ia dinilai sukses membangun Kota Bandung. Bahkan kemenangannya menjadi Gubernur Jawa Barat pada pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2018 lalu, disebut-sebut karena masyarakat Jabar bisa merasakan dan melihat langsung kerja nyata Emil dalam membangun Kota Bandung sehingga mayoritas masyarakat Jabar mempercayakan Emil dan pasangannya Uu Ruzhanul Ulum untuk menduduki jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur menggantikan Ahmad Heryawan dan Wakil-nya Deddy Mizwar.  Meski mengaku tidak terpikirkan menjadi seorang wali kota apalagi sampai gubernur, Emil sejatinya sudah terbiasa dengan kerja keras dan kreatif. Putra dari pasangan Atje Misbach dan Tjutju Sukaesih ini dalam ceritanya pernah berjualan es mambo untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Perjalanan karier Emil bisa terekam saat ia mendirikan firma arsitek bernama Urbane bersama teman-temannya.

 

Dari sanalah kiprah Emil sebagai arsitek semakin menonjol. Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut sukses meraih berbagai penghargaan bergengsi baik lokal maupun internasional. Di awal-awal kariernya, keahlian Emil sebagai perencana tata kota kerap membuatnya mengisi acara bertajuk Solusi Kamil di stasiun TV lokal Bandung. Acara tersebut menampilkan solusisolusi yang ditawarkan Emil untuk setiap permasalahan yang dihadapi Kota Bandung di bidang tata kota. Konsep Emil tersebut ternyata mampu menarik perhatian warga Bandung. Singkat cerita, ia kemudian terpilih menjadi Wali Kota Bandung didampingi wakilnya, Oded M Danial, setelah memenangi Pilwalkot Bandung 2013. Di tangan Emil saat itu, nama Bandung semakin menggaung. Satu persatu solusi yang pernah ia tawarkan kemudian diaplikasikan. Salah satunya adalah penataan taman kota serta konsep kota pintar yang kini banyak ditiru di daerah lain. Terobosan teknologi berbasis aplikasi layanan publik yang dimiliki Bandung, mengantarkan kota itu meraih penghargaan Smart City sebanyak dua kali. Diakui menjadi seorang pejabat kata Emil, memang tidak semudah yang dibayangkan. 

 

Setiap hari ia harus memutar otak untuk menuntaskan permasalah fundamental, seperti banjir, macet, dan sebagainya. Namun di sisi lain, tuntutan perubahan  ke arah yang lebih baik untuk warganya juga harus menjadi prioritas utama yang tidak bisa ditinggalkan. Misalnya, ia melakukan kebijakan kreatif dengan membuat tema berbeda setiap harinya di Kota Bandung, yaitu Senin sebagai Hari Damri Gratis, Selasa Hari No Smoking, Rabu Hari Berbahasa Sunda, Kamis Berbahasa Inggris, Jumat Hari Sepeda, Sabtu Hari Festival, dan Minggu Lonely Day. “Paling tidak kita bisa bahagia. Saya berlakukan Indeks of Happines Project. Mungkin kami belum bisa seperti Singapura, tapi paling tidak kami bahagia,” kata Emil mengenang kepemimpinannya sebagai Wali Kota Bandung. Satu hal yang menjadi catatan Emil bahwa bekerja di dunia politik dan dunia profesional seperti arsitek dirasakan jauh beda. Terkadang impian dan gagasannya dalam membangun Kota Bandung tidak bisa secara cepat terlaksana karena terhalang dengan berbagai benturan kepentingan. Namun, ia menilai bergelut di dunia politik dengan memegang kekuasaan itu penting untuk mempermudah merealisasikan gagasan pembaharuannya kepada masyarakat.

 

“Politik ini bagi saya sangat penting. Berpolitik saya jadikan pilihan untuk memberikan manfaat kepada manusia lain. Politik dalam arti sebenarnya adalah politik melayani," ujar pria humoris tersebut. Pada prinsipnya, Emil selalu menekankan bahwa di mana pun ia ditempatkan maka sebisa mungkin dirinya harus menjadi yang terbaik sehingga meski awalnya sempat canggung menggeluti dunia politik, terbukti Emil mampu menjadi salah satu kepala daerah terbaik di negeri ini. Prinsip lain yang diterapkan Emil dalam membangun Tanah Pasundan adalah politik akal sehat. Jika menurutnya akal sehat mengatakan iya maka Emil akan mengikutinya. Namun, sebaliknya jika akal sehat mengatakan tidak maka ia akan menolaknya. Dalam berdemokrasi Emil lebih senang berargumentasi dengan akal sehat, bukan dengan makian apalagi sampai menggunakan bahasa hewan, seperti Cebong dan Kampret.

 

Menurutnya itu sangat tidak mendidik bagi generasi penerus. “Yang jadi masalah, ini akan ditiru anak-anak, disangka mengejek dengan menggunakan nama hewan itu biasa. Kalau ini sampai disebut budaya kita kan bahaya. Jadi apapun itu, dalam berpolitik bekerja membangun daerah kita masingmasing kita harus mengendepankan nurani dan akal sehat kita, bukan ambisi atau nafsu sesaat,” tandas Emil serius. 

 

Ikhtiar untuk Jabar Satu

“Kalau niat maju, saya kira enggak bisa saya hindari lagi. Belum bulat, artinya kalau ada dukungan (pasti mencalonkan).” Begitu bunyi pernyataan Emil ketika disinggung mengenai kemungkinan dirinya maju dalam Pilkada Jawa Barat 2018 pada Maret 2017 lalu. Tahun 2017 menjadi tahun penting bagi Emil untuk melanjutkan perjalanan karier politiknya ke fase yang lebih tinggi. Sukses membangun Kota Bandung membuat namanya masuk dalam radar orang yang layak dicalonkan sebagai Gubernur Jabar. Bahkan dalam berbagai survei awal, elektabilitas Emil sudah menujukan tren positif dibanding nama-nama lain. Hal ini yang membuat kepercayaan diri Emil naik dan mantap untuk maju sebagai calon gubernur. Meski sudah mengungkapkan hasratnya untuk bertarung dalam Pilkada Jabar. Namun, saat itu belum ada partai yang serius membantunya mewujudkan ambisi tersebut. Emil memang bukan kader dari salah satu partai politik. Pada saat maju sebagai calon wali kota, ia diusung oleh Gerindra dan PKS. 

 

Partai pengusungnya sebagai wali kota itu juga belum secara sungguh-sungguh mendukung Emil. “Banyak yang naksir, tapi belum ada yang melamar. Saya kan tidak punya partai. Jadi, hanya akan maju jika memang ada dukungan,” kata Emil.  Dibandingkan dengan figur Cagub lain, Emil dianggap sosok yang paling siap mencalonkan diri dalam pertarungan Pilkada Jabar 2018. Pengamat politik Universitas Padjadjaran Firman Manan menyatakan, Emil dianggap paling siap maju sebagai cagub karena ia memilik modal kerja dan karakter kepemimpinan yang kuat. Emil juga gencar melakukan sosialisasi terkait gagasannya membangun Jabar ke masyarakat dengan berbagai strategi komunikasi baik darat maupun komunikasi melalui media sosial. Emil optimis gagasannya membangun Jabar tidak hanya diterima masyarakat, tapi juga partai politik.  

 

Di samping intens melakukan komunikasi dengan masyarakat, Emil juga intens membanguun komunikasi dengan partai politik. Kehadiran Emil di acara penutupan Rakernas Relawan Pejuang Demokrasi (Repdem), organisasi sayap PDI Perjuangan pada Maret 2017 sempat memunculkan spekulasi dirinya sedang merapat ke PDI Perjuangan demi pencalonannya di Pilgub Jabar. Namun, ia juga membuka  komunikasi dengan partai-partai lain yang disebut siap mengusungnya, seperti Demokrat, Golkar, NasDem, Hanura, PKB, dan juga PPP.  Dengan berbagai pertimbangan yang ada, NasDem menjadi partai pertama yang menyatakan siap mencalonkan Emil sebagai cagub Jabar. NasDem menilai Emil sosok orang yang visioner, jangkuan pikirannya jauh ke depan, kreatif, inovatif dan berkearater dalam memimpin. Sebab itu, Emil harus diberikan tantangan untuk diberi tanggung jawab yang lebih besar yakni menjadi Gubernur Jabar selanjutnya.

 

Deklarasi dukungan NasDem untuk Emil dilaksanakan di Lapangan Tegalega, Kota Bandung, Minggu 19 Maret 2017. Dukungan itu disampaikan langsung oleh Ketua Umum NasDem Surya Paloh. “Setelah melihat gerak-gerik langkah upaya perbuatan yang terelam oleh partai ini, akhirnya kita memutuskan pilihan kita. Dengan memohon ridha Allah SWT hari ini kita menyatakan Ridwan Kamil sebagai calon gubernur Provinsi Jawa Barat pada Pilkada 2018 yang akan datang,” ujar Surya saat itu di Lapangan Tegalega.  

 

Setelah NasDem, dukungan terhadap Emil semakin kuat dengan bertambahnya dukungan dari Hanura, PKB, PPP, serta partai baru, yakni Partai Berkarya, dan PSI. Partai Golkar awalnya sempat memberikan surat rekomendasi dukungan untuk Emil. Namun, saat Setya Novanto lengser dari Ketua Umum Partai Golkar karena tersandung kasus korupsi e-KTP di KPK rekomendasi untuk Emil dicabut. Golkar akhirnya memilih dukungan kepada kadernya sendiri Dedi Mulyadi sebagai cawagub berpasangan dengan Deddy Mizwar yang juga didukung oleh Demokrat.  Sedangkan, Gerindra, PKS dan PAN  mengusung pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu. Adapun PDI Perjuangan memilik calon sendiri, yakni mantan Perwira TNI Tubagus Hasanuddin bersama dengan Mantan Perwira Polri yang pernah menjabat Kapolda Jabar Anton Charliyan. Pilkada Jabar berlangsung pada 27 Juni 2018, pasangannya Rindu singkatan dari Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum itu akhirnya tampil sebagai pemenang. KPU Jabar menetapkan kedua pasangan itu sebagai gubernur dan wakil gubernur terpilih untuk periode 2018-2023 pada 24 Juli 2018. Pasangan Rindu mendapatkan 7.226.254 suara atau 32,88 persen.

 

Menatap Jabar dengan Program Kerja

Setelah melalui perjuangan pajang hari bahagia itu pun akhirnya datang, pada 4 September 2018 Menteri Sekretaris Negara Pratikno menghubungi Sekretaris Daerah (Sekda) Jabar Iwa Karniwa untuk meminta Emil dan Uu mempersiapkan diri karena pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur Jabar oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan berlangsung di Istana Negara pada 5 September 2018. Tiba waktunya, dengan memakai pakaian Dinas Upacara Gubernur lengkap, Emil terlihat sangat gagah dan berwibawa. Ia seolah tak mampu menahan kebahagiaan karena ikhtiarnya menjadi orang nomor satu di Jabar terwujud. 

 

Usai pelantikan, dengan rona bahagia Emil sempat selfie dengan sembilan gubernur yang baru dilantik. Tentu saja sebagai anak muda visioner dengan gagasan brilliantnya, Emil punya cara pandang yang lebih luas untuk memajukan Jabar sebagai provinsi yang maju. Sesuai dengan visinya “Terwujudnya Jawa Barat Juara Lahir Batin dengan Inovasi dan Kolaborasi” setidaknya ada 17 program utama yang akan diselesaikan di awal kepemimpinannya. Beberapa di antaranya ada Jabar Quick Response (Jabar QR). Ini adalah kanal aduan kemanusiaan bagi masyarakat Jawa Barat yang bisa memberikan solusi atau pertolongan pertama bagi permasalahan yang bersifat kemanusiaan dan darurat. Warga yang ingin melapor cukup menghubungi nomor aduan 08111357777 atau bisa juga menghubungi lewat sejumlah akun media sosial, seperti facebook, twitter, dan instagram, dengan kata kunci Jabar Quick Response. Lalu ada program Layad Rawat dan Public Safety Center (PSC) 119. Layad Rawat adalah salah satu program di bidang kesehatan dengan menghadirkan layanan kesehatan yang datang langsung ke rumah-rumah warga.

 

Kemudian, ada program Kredit BJB Mesra. Peminjam nantinya tidak dikenakan beban bunga dan tanpa agunan, hanya biaya administrasi ringan. Sasaran dari program ini adalah para UKM. Ada juga program Jabar Saber Hoaks. Secara singkat, tim di bawah naungan Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Pemprov Jabar itu bertugas untuk memverifikasi segala bentuk informasi yang meresahkan masyarakat, khususnya di ranah digital. Sejalan dengan itu, Emil juga punya program Desa Digital yang sudah diluncurkan di Desa Puntang Kecamatan Losarang, Indramayu. Desa Digital merupakan program pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan teknologi digital dan internet dalam pengembangan potensi desa, pemasaran, serta percepatan akses serta pelayanan informasi.

 

“Hari ini sebagai pemimpin kerja harus cepat. Cepat juga tidak cukup kalau tidak diketahui orang maka setiap program kita rilis. Dari sejumlah program yang sudah disebutkan tadi saya ingin memberi tahu warga bahwa setiap jaman baru ada cara baru, setiap pemimpin baru ada semangat baru,” ujar Emil saat ditemui Men’s Obsession di kawasan Jakarta Pusat. 

 

Emil menjelaskan, program fisik yang dicanangkan Pemprov Jabar ditargetkan selesai pada Desember 2019. Seperti pembangunan Sungai Kalimalang, mengaktifkan kembali jalur kereta api Pangandaran, mengubah Pantai Pangandaran menjadi wisata berkelas dunia, lalu pembangunan danau. Setidaknya ada 30 program fisik yang akan diselesaikan tahun 2019 yang juga menyasar pada ketahanan pangan. Adapun program non fisik sebagian sudah mulai dijalankan, seperti Kredit BJB Mesra, Pendikan Karakter, dan juga Desa Digital. Emil pun tengah menggarap Smart City di Kabupaten Garut, Pangandaran, Bogor, Cirebon, Tasik, serta kota-kota lain.  “Konsep Smatt City di Kota Bandung akan kita terapkan di kota-kota lain. Tugas gubernur memang ada dua. Satu, mengurusi dapur sendiri di provinsi; dua, mengurusi 27 kabupaten/kota di Jabar. Jadi, kalau hanya kita yang keren, sementara kabupaten/kota tidak ada progres sebenarnya tidak berhasil. Saya mewajibkan e-budgeting sekarang harus menggunakan teknologi,” tutur Emil.

 

Emil dikenal memiliki komitmen tinggi terhadap pengembangan Islam di Jabar. Dengan memiliki 9.000 pondok pesantren, Emil memilik program One Pesantren One Product (OPOP), yang sudah diluncurkan di Pondok Pesantren Al Ittifaq Kampung Ciburial Desa Alam Endah, Rancabali, Kabupaten Bandung. Dari jumlah 9.000 persantren, sebagai tahap awal akan dimulai pada 600 persantren. Lalu ada digitalisasi kitab-kitab kuning, pembuatan Perda Pesantren, pengiriman kiai-kiai sebagai duta perdamaian di luar negeri. Kemudian ada pembangunan 20 Islamic Center, Maghrib Mengaji, Subuh Berjamaah, serta masih banyak yang lain. “Sesuai visi kami Terwujudnya Jawa Barat Juara Lahir Batin dengan Inovasi dan Kolaborasi, itu maksudnya pembangunan di Jabar tidak boleh hanya sekadar fisik, tapi juga batinnya harus terisi. Makanya setiap hari kita gelar Maghrib Mengaji dan Subuh Berjamaah. Harapannya kalau pemimpin memberikan contoh yang baik, masyarakatnya akan mengikuti atau melakukan hal yang sama,” jelasnya. Emil aktif mensosialisasikan program kerjanya di media sosial. 

 

Dengan jumlah followers 14 juta dari twitter, facebook  dan instagram Emil selalu memposting kegiatannya sebagai gubernur minimal tiga kali sehari. Tak lupa, Emil membagi tips kepada anak muda yang ingin menjadi seorang pemimpin. Pertama, jadilah anak muda pencari solusi bukan pemakimaki. Menurutnya kalau memaki semua orang bisa. Namun, untuk mencari solusi tidak semua bisa. Kedua, pemuda yang turun tangan, jika ada masalah harus turun ke masyarakat, bukan angkat tangan. Ketiga, memberikan manfaat kepada orang lain karena ukuran kemulian seseorang ini itu diukur dari sejauh mana mereka bisa memberikan manfaat kepada orang lain.

Nadiem Makarim Mengubah Lanskap Bisnis Global

Naskah: Silvy/Gia Foto: Fikar Azmy/Istimewa

“Go-Jek bukanlah bisnis melainkan revolusi sosial. Kami ingin menjadi penggerak yang mengubah bangsa”

 

Bukan hal yang mudah bertemu Nadiem Makarim, ‘motor utama’ di balik PT Go-jek Indonesia (Go-Jek). Ia larut mendedikasikan waktu dan pemikiran untuk menjaga Go-Jek sebagai revolusi sosial. Bersama ratusan tim di sampingnya, Nadiem menanamkan prinsip bahwa mereka adalah misionaris, bukan employee. “We see Go-Jek is social movement by technology. This action for making huge change. Kami berjuang untuk satu tujuan, yaitu mendukung moda transportasi publik Indonesia yang lebih besar, nyaman, terintegrasi, dan based on technology. Kami pun berharap pemerintah daerah di seluruh Indonesia mendukung GoJek. Kami adalah karya anak bangsa dan satusatunya perusahaan yang bergerak di bidang transportasi dan logistik,” ujar Nadiem bersemangat kepada Men’s Obsession.

 

Go-Jek adalah Revolusi Sosial

Nadiem tak pernah mengira bahwa industri transportasi yang ia bangun menjadi salah satu perusahaan teknologi terbesar di Asia Tenggara. Putra dari pasangan Nono Anwar Karim dan Atika Algadrie itu mengatakan, niat awal mendirikan Go-Jek lebih kepada keinginan untuk memperbaiki transportasi di Indonesia. Namun, dalam kurun waktu 6 tahun, lulusan magister bisnis administrasi Harvard tersebut mencatatkan dirinya dalam sejarah, yakni sebagai Unicorn pertama di Indonesia. Unicorn adalah usaha rintisan (startup) yang nilai valuasinya sudah melebihi USD1 miliar atau Rp14,3 triliun (USD1 =Rp14.369). Kini, di usianya yang menginjak 34 tahun, ia resmi menjabat sebagai CEO perusahaan dengan estimasi nilai valuasi mencapai USD5 miliar atau sebesar Rp71,8 triliun. 

 

Pada 2017 lalu, Go-Jek meraih penghargaan sebagai Top 10 Most Powerful Brand in Indonesia pada acara Brand Asia 2017. Selain itu, Go-Jek mendapatkan penghargaan dalam Bank Indonesia Awards sebagai Perusahaan Fintech Teraktif Pendukung Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) Inklusi dan Edukasi Keuangan serta Pemberdayaan UMKM. Prestasi yang paling membanggakan adalah pada akhir tahun 2017, Go-Jek menjadi satu-satunya perusahaan asal Asia Tenggara yang masuk daftar 56 perusahaan yang mengubah dunia (Change the World) rilisan Fortune. Go-Jek berhasil menempati peringkat ke-17. Tahun 2016, Nadiem diganjar “Asian of the Year” sebagai individu paling berpengaruh di Asia. Penghargaan diberikan oleh media terkemuka asal Singapura, The Strait Times. Di tahun yang sama, ia juga meraih The First Asean Entrepreneur Award dari The World Knowledge Forum di Seoul. 

 

Segala pencapaian yang ditorehkan Nadiem, tak diraih dengan semudah membalikkan telapak tangan. Perjuangan, kerja keras, dan kegagalan, harus dilalui ayah dari Solara Franka Makarim itu. “Go-jek itu lahir dari frustrasi saya naik ojek di Jakarta,”tuturnya. Pria 34 tahun ini mengatakan, sebelum ia mendirikan Go-jek, ia terbiasa menggunakan jasa ojek pangkalan dalam melakukan aktivitasnya. “Dulu saya naik ojek ke mana-mana karena kalau naik mobil enggak akan nyampe,” ujarnya. Nadiem mengeluhkan ojek pangkalan yang dulu sering digunakannya kerap sulit dicari ketika dibutuhkan. Saat tidak dibutuhkan, justru banyak terlihat. “Alasan jujurnya (mendirikan Go-jek) karena saya butuh layanan tersebut,” aku suami dari Franka Franklin itu. Sulitnya menemukan ojek di pangkalan, membuat Nadiem pada akhirnya memutuskan untuk memiliki ojek langganan. “Saya suka ajak ojek langganan saya ngopi, sambil ngobrol,” kata Nadiem. 

 

Di momen ini, ia mengaku banyak bertanya pada ojek langganannya. Tingginya tarif ojek yang kerap diterimanya membuat banyak pertanyaan seputar ojek dan kesejahteraan pengemudinya muncul di benak Nadiem. “Harganya tinggi, bisa Rp50 sampai Rp60 ribu,” ungkapnya mengenang masamasa menggunakan Ojek pangkalan. Dalam perbincangannya dengan ojek langganannya, ia tersadar permasalahan tentang jasa ojek bukan hanya menjadi masalahnya. “Saya sadar ini adalah problem fundamental. Ada supply and demand yang enggak seimbang,” tutur Nadiem. Sebelum membangun Go-jek, Nadiem sempat melakukan “trust test” kepada ojek langganannya. “Saya minta antar barang, dianter dan aman,” kata Nadiem. Hal ini membuatnya yakin usaha yang akan dibangunnya dapat bergerak dengan baik ke depannya. Nadiem pun mulai melakukan riset, misalnya saat di pangkalan ojek, ia mengamati pengemudi ojek harus bergiliran dengan pengemudi ojek lainnya.

 

Di sisi lain para pengguna ojek juga merasa malas untuk berjalan mencari pangkalan ojek. Di kota-kota besar, orang lebih suka menggunakan taxi karena lebih mudah dicari. Berdasarkan riset tersebut, Nadiem mendapatkan ide awal untuk melakukan inovasi bagaimana cara menghubungkan pengendara ojek dengan calon pembelinya. Salah satu solusinya adalah dengan menggunakan ponsel. Go-Jek dirintis pada tahun 2011 dengan menggunakan sistem yang masih sangat sederhana, yaitu calon penumpang menghubungi melalui telepon atau kirim sms. Berkat komitmen dan kreativitas pria kelahiran 4 Juli 1984 ini, Go-Jek yang waktu awal dirintis hanya memiliki 10 karyawan dan 20 pengemudi ojek. Kini, bersama co founder-nya, Michaelangelo Moran, Nadiem telah melaju dengan kecepatan tinggi sehingga Go-Jek menjadi moda transportasi yang aman, nyaman, dan memanfaatkan teknologi internet. Bahkan, menciptakan lapangan pekerjaan bagi jutaan orang di Indonesia. “Transportation is choice for everybody.

 

Masyarakat di perkotaan atau pedesaan bebas memilih moda transportasi mana yang lebih baik,” ungkap pria yang meraih gelar MBA di Harvard Business School ini. Pengalaman buruk mengalami kemacetan di jalan-jalan kota Jakarta mendorong intuisi Nadiem untuk berinovasi. Ia menciptakan solusi dari moda transportasi yang sudah ada, yaitu ojek. Keseriusan Nadiem untuk berkecimpung di dunia bisnis transportasi ditunjukkan dengan keputusan menanggalkan posisinya sebagai eksekutif di Zalora Indonesia, Kartuku, dan McKinsey & Company.

 

“Kami benar-benar mendorong pengemudi Go-Jek untuk memberikan layanan yang nyaman, aman, dan harga yang terjangkau. Dari segi harga, Go-Jek menetapkan harga terjangkau karena para pengemudi sudah pasti mendapatkan order. Standar layanan yang kami terapkan juga bermanfaat menambah skill, tingkat kedisiplinan, ketepatan waktu, dan melatih service level para pengemudi Go-Jek. Bisa dibilang, Go-Jek adalah masa transisi mereka ke tahap selanjutnya yang lebih besar. Banyak dari mereka sudah berencana membuka usaha sendiri dari hasil dari Go-Jek. Hal ini sejalan dengan visi bahwa Go-Jek bukanlah bisnis melainkan revolusi sosial. Kami ingin menjadi penggerak yang mengubah bangsa,” aku pria dengan pesona mata hijau kecokelatan yang tajam ini. “Ketika kami memulai bisnis ini, banyak orang yang mengatakan bahwa kami harus ahli dalam satu bidang. Jika kami tidak cukup luar biasa pada satu industri maka akan cepat dilupakan oleh industri lain yang lebih baik dalam hal teknologi maupun finansial,” imbuhnya. 

 

Ini pula yang kemudian mendasari Nadiem bahwa Go-Jek perlu mengembangkan bisnis pada industri antar makanan atau go-food, entertaintment, salon, dan lain sebagainya. Ia berpendapat Go-Jek harus memberikan solusi pada kebutuhan seharihari konsumen di Indonesia.  “Konsumen adalah mereka yang memiliki masalah hari demi hari dan kami menciptakan produk di mana Go-Jek dapat menembus ruang kosong tersebut,” ujarnya.  Dari sekian banyak keberhasilan yang dimiliknya, Nadiem mengaku masih lebih banyak kegagalan yang dialami. Tidak hanya dirinya, Go-jek pun banyak belajar dari kesalahan. “Tidak ada malapetaka yang bisa terjadi kepada kompeni teknologi belum terjadi di Go-jek. Bahkan, tidak hanya terjadi sekali,” tegasnya.

 

Malapetaka yang muncul tidak lantas dijadikannya sebagai beban dan membuat stres. Namun, dijadikan Nadiem sebagai bahan evaluasi untuk membawa Go-jek bisa menjadi lebih baik lagi. 

 

Decacorn Pertama dari Indonesia

Belum lama Nadiem ditasbihkan ke dalam daftar The Bloomberg 50 Tahun 2018. Daftar tersebut merupakan daftar 50 tokoh atau inovator yang telah mengubah lanskap bisnis global dengan strategi yang terukur dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Nadiem adalah satu dari dua pemimpin bisnis asal Asia Tenggara yang berhasil masuk ke dalam daftar tersebut. Menurut Bloomberg, pria berkacamata ini dinilai berhasil mentransformasi Go-Jek sebagai Super App asal Indonesia menjadi aplikasi yang kehadirannya dinantikan di pasar regional seiring dengan diumumkannya rencana ekspansi internasional perusahaan tersebut. Dalam satu tahun terakhir, layanan on-demand berbasis aplikasi terbesar di Indonesia ini telah berekspansi ke Vietnam dan Singapura. Bahkan, telah merambah pasar Thailand dengan meluncurkan GET.

 

“Perlu saya tegaskan, mesin dari inovasi yang dilakukan perusahaan adalah tim Go-Jek dengan kerja keras dan kreativitas mereka. Kami juga tidak akan bisa berada pada posisi kami saat ini, tanpa para mitradriver dan merchants Go-Jek. Platform kami yang sediakan, tapi merekalah yang bekerja keras untuk melayani para pengguna dan membawa manfaat dan kemajuan bagi masyarakat,” terang Nadiem. Go-Jek didirikan delapan tahun lalu sebagai perusahaan ride-hailing dan telah bertransformasi menjadi sebuah Super App yang menyediakan akses ke berbagai layanan termasuk transportasi, pembayaran, pesan-antar makanan, logistik, dan berbagai layanan on-demand lainnya.

 

Go-Send, layanan kurir dan pengiriman dari Go-Jek sukses menempuh total jarak lebih dari 339 juta km selama tahun 2018. Beragam layanan Go-Life juga turut mencatatkan figur yang menarik sepanjang tahun lalu, seperti misalnya Go-Clean, layanan kebersihan profesional yang telah membantu pengguna membersihkan tempat tinggal seluas 38.8 juta meter kubik. Sementara, layanan otomotif GoAuto menghemat hingga 8,2 juta liter air pada tahun 2018 melalui layanan cuci mobil waterless. Terakhir, para pengguna biasanya menutup hari dengan layanan pijat profesional Go-Massage secara total telah mendedikasikan waktu lebih dari 2,2 juta jam untuk memijat badan yang lelah, setara dengan melakukan pemijatan selama 252 tahun. Pekan pertama Februari 2019 lalu, Go-Jek mengumumkan finalisasi putaran pendanaan Seri F yang diperoleh dari beberapa investor, yakni Google, Tencent, dan JD.com. 

 

Tak hanya mengumumkan dana segar yang baru diperoleh, perusahaan ride-hailing ini juga mengklaim sebagai layanan mobile on-demand dan platform pembayaran terbesar di Asia Tenggara. Dilihat dari total nilai transaksi bruto (GTV) tahunan di semua pasar yang mencapai USD9 miliar (sekitar Rp126,7 triliun), sebagian besar memang disumpang oleh layanan pembayaran Go-Pay. Dari total GTV, transaksi ekosistem Go-Pay menyumbang 6,3 miliar dollar AS atau sekitar Rp88,7 triliun. Sementara layanan pesan antar makanan, Go-Food meyumbang angka USD2 miliar atau sekitar Rp28,1 triliun. Nilai transaksi yang diperoleh Go-Food menjadikannya layanan pesanantar makanan terbesar di Asia Tenggara. “Go-Food telah menjadi layanan pesan antar makanan terbesar di regional (Asia Tenggara). Sementara Go-Pay, telah digunakan untuk memproses tiga perempat dari pembayaran mobile di Indonesia,” ujar Nadiem.

 

Menurut riset dari Financial Times Confidential Research akhir 2018 lalu, GoPay menjadi platform pembayaran digital terpopuler di Indonesia. Saat ini, Go-Jek mengaku memiliki hampir 300.000 merchant online maupun offline di Indonesia. Sebanyak 80 persen di antara pedagang makanan tersebut adalah UMKM, memposisikan GoJek sebagai pendorong pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah di Tanah Air. Sedangkan, Go-Pay telah bekerja sama dengan 28 lembaga keuangan untuk memberikan akses ke jutaan keluarga Indonesia. Inovasi yang dikembangkan di payment channel ini, yakni layanan untuk berdonasi di masjid, yayasan, dan lokasilokasi yang terdampak bencana melalui kerja sama dengan lembaga yang berwenang. Dari hasil kerja sama ini, total donasi dari pengguna Gopay yang telah disalurkan melalui lembaga berwenang ke pihak terkait yang membutuhkan di tahun 2018 mencapai Rp4,8 miliar. Saat ini, Go-Jek telah memperluas jaringan bisnis ride-hailing di Singapura, Vietnam, dan Thailand. 

 

Nadiem mengatakan masih ingin menambah negara-negara baru untuk memperluas jangkauan Go-Jek. “Kami sangat ingin memperluas visi kami ke lebih banyak negara dan di saat yang bersamaan menempatkan Indonesia pada peta sebagai pusat inovasi teknologi regional,” kata Nadiem dengan serius. Bersama afiliasinya, Nadiem menyebut bahwa Go-Jek telah beroperasi di lima negara dan 204 kota serta wilayah di seluruh Asia Tenggara. Ia mengatakan telah memiliki 2 juta mitra kemudi dan 400.000 merchant. Dari putaran pendanaan Seri F, Go-Jek dikabarkan mendapatkan suntikan dana sebesar 920 juta dollar AS (sekitar Rp13 triliun). Apabila angka ini benar maka valuasi Go-Jek ditaksir mencapai USD9,5 miliar (sekitar Rp132 triliun). Jika nantinya valuasi bisa menembus angka 10 miliar dollar AS maka Go-Jek akan menjadi startup “Decacorn” pertama dari Indonesia. Istilah “Decacorn” digunakan untuk perusahaan rintisan digital yang mencapai angka valuasi tersebut.

 

Ingin Go-Jek Melegenda

Pertumbuhan Go-Jek yang pesat saat ini, dipandang bersaing keras dengan Grab, yakni perusahaan Singapura yang didirikan oleh teman Nadiem juga, Anthony Tan. Namun, ia menggarisbawahi, tekanan yang ada justru membuatnya kini semakin maju.  “Hal ini benar-benar sulit ketika Anda sedang berada di fase persaingan ini, ketika segala hal beradu dan bersaing ketat. Namun ketika Anda melangkah lebih, Anda akan menyadari bahwa memang dibutuhkan suatu kompetisi untuk menciptakan skala dan membawa perubahan,” imbuhnya. Ia berharap keberadaan Go-Jek dapat menginspirasi Indonesia dan daerah besar lainnya bahwa teknologi dapat memperbaiki kehidupan banyak orang. 

 

“Go-Jek merupakan sebuah ekosistem unik yang tidak pernah tunduk pada status quo. Kami melihat berbagai masalah yang membuat masyarakat frustrasi, dan kami tahu bahwa satu-satunya cara menangkal rasa frustrasi tersebut adalah dengan melakukan sesuatu untuk mengatasinya. Saya berharap bahwa bertahun-tahun dari sekarang, GOJEK akan dibicarakan sebagai perusahaan yang membuktikan bahwa teknologi adalah kunci untuk kemajuan ekonomi dan lompatan menuju tahap berikutnya dalam evolusi sosial,” tandas Nadiem.

 

Para Inspirator

Ketika ditanya siapa sosok inspirator, Nadiem segera menjawab, yaitu tim dan pengemudi ojek. “I think I’m huge fan of my own team and my drivers. I get inspired everyday by my BoD, my manager, my employee. So, I don’t look outside actually. Every day I get inspired by my team and my drivers. Tim kami adalah anak-anak muda dengan kreativitas dan pemikiran luar biasa. Everyone here not looking for money. We here have a purpose. That’s something you can’t buy from anywhere. Vice president- vice president kami usianya masih 25-26 tahun. Mereka sudah menjadi CEO multi huge business. Kami tidak memandang dari pengalaman dan usia, tetapi melihat dari drive, strong, and hunger to make a change,” jelasnya dengan ramah.

 

 

Mengaspal di Negeri Gajah Putih

Unit usaha Go-Jek di Thailand, Get resmi mengaspal di Bangkok pada 27 Februari 2019. Setelah fase beta yang dimulai pada bulan Desember 2018, GET telah memperluas jangkauan layanan hingga menjangkau 80 persen kota Bangkok dan memperkenalkan layanan pesan-antar makanan GET-Food. Selama perkenalan dengan fase beta, GET telah menyelesaikan dua juta perjalanan di kota Bangkok. Hal tersebut membuktikan tingginya permintaan konsumen di sektor industri ini.

 

Saat ini, ada tiga layanan yang kami tawarkan kepada masyarakat Bangkok, yaitu GET Win untuk layanan antar penumpang dengan motor, GET Delivery untuk pengiriman paket, dan GET Food untuk pesan antar makanan. Nadiem menguraikan kebanggaan atas kerja timnya di Thailand. “Respons positif yang kami terima dari ratusan ribu pelanggan, mitra driver dan merchants di Bangkok selama dua bulan fase beta menunjukkan bahwa kota ini membutuhkan lebih banyak pilihan,” ujarnya. Menurut Nadiem, peluncuran GET di negeri gajah putih tersebut merupakan pencapaian penting bagi GoJek.

 

“Dan kami berterima kasih terhadap dukungan yang diberikan para pemangku kepentingan termasuk pemerintah baik di Indonesia maupun di Thailand,” imbuhnya seraya tersenyum. Acara peluncuran GET ini dihadiri oleh Co-Founder dan Chief Executive Officer GET Pinya Nittayakasetwat, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Thailand Ahmad Rusdi, Wakil Menteri Masyarakat dan Ekonomi Digital Thailand Pansak Siriruchatapong, bersama ratusan tamu lain. Penggunaan nama GET untuk layanan Go-Jek di Thailand memiliki alasan khusus. Menurut Nadiem tidak digunakannya nama Go-Jek di Thailand karena mereka butuh nama yang lebih 
familiar di mata penggunanya. “Alasan kenapa Go-Jek sebagai brand itu sukses banget karena benar-benar dimiliki oleh bangsa Indonesia. Bukan hanya dari sisi nasionalis, tapi juga dari sisi familiarity dari ojek. Nah, tidak ada koneksi terhadap nama ojek di Thailand. Di mana bahasa dan kulturnya beda,” sambungnya. 

 

Ia pun memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada tim GET di Thailand untuk menentukan nama yang ingin mereka gunakan. Ia beralasan, tim dari Thailand lah yang memiliki wawasan lokal dan tahu branding seperti apa yang akan diterima oleh masyarakat. Pinya Nittayakasetwat menjelaskan asal-usul dipilihnya nama GET. Pria yang biasa disapa Kun Pan ini mengatakan bahwa pemilihan nama ini untuk menunjukkan bahwa GET bisa mendapatkan apa pun permintaan pengguna, baik itu layanan ojek atau antar makanan favorit pengguna. Bahkan, untuk menegaskan bahwa mereka bisa mengerti dan mendapatkan apa pun permintaan pengguna, GET juga mengusung tagline yang sangat catchy, yaitu ‘We Get You’. “GET adalah satu nama yang mudah diingat masyarakat Thailand.

 

Kami memahami Anda, apa yang ingin Anda lakukan, apa yang Anda perlukan. Itulah kenapa GET merupakan kata terbaik yang cocok untuk perusahaan kami,” jelas Kun Pan. Sementara Menkominfo Rudiantara mengungkapkan, dirinya bangga dengan apa yang telah dicapai Go-Jek saat ini. Menurutnya, Go-Jek sudah menjadi perusahaan Indonesia yang multinasional karena telah hadir di luar Indonesia. “Saya atas nama pemerintah itu bangga ada perusahaan Indonesia yang MNC (Multinational Company). (Go-Jek) Ada di Vietnam, Thailand, Singapore, soon mungkin di negara ASEAN lainnya. Itu juga menunjukkan sebenarnya betapa dipercaya perusahaan Indonesia,” katanya di sela acara peluncuran GET di Bangkok, Thailand. Rudiantara menambahkan, pemerintah Indonesia akan selalu membantu perusahaan rintisan apa pun untuk bisa ekspansi ke luar negeri, atau mengembangkannya menjadi startup bergelar Unicorn yang nilai valuasinya 1 miliar dolar AS. Regulasi sekarang disebutnya sudah mudah, ditambah adanya program 1000 Startup untuk mengumpulkan para pendiri startup agar diinkubasi alias dilatih sehingga perusahaannya akan semakin berkembang.



Add to Flipboard Magazine.
Komentar:

                         
   

Popular

Photo Gallery

Visitor


Jumlah Member Saat ini: 233250