Search:
Email:     Password:        
 





Ceo Tangguh 2018

By Iqbal Ramdani () - 26 December 2018 | telah dibaca 5325 kali

Direktur Utama PT Aneka Tambang (Persero) Tbk, Arie Prabowo Ariotedjo, Inovasi & Efisiensi Kunci Antam Raih Sukses

Naskah: Giattri Foto: Istimewa

Di bawah nakhoda Arie Prabowo, PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM) masih mampu menjaga kemonceran operasional produksinya. Hal ini juga yang membuat emiten pelat merah tersebut mampu mencetak kinerja keuangan yang kinclong sepanjang sembilan bulan tahun ini.

 

Perusahaan berkode emiten ANTM ini mencatatkan laba bersih periode Januari-September tahun 2018 mencapai Rp631,12 miliar. Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan periode yang sama tahun lalu yang mengalami kerugian bersih Rp331,47 miliar.  Laba usaha ANTM mencapai Rp1,93 triliun atau naik 732 persen dibandingkan dengan laba usaha tahun sebelumnya Rp232,89 miliar. Penjualan bersih yang dibukukan oleh ANTM pun melonjak 187 persen dibandingkan tahun sebelumnya menjadi RP19,95 triliun. Peningkatan profitabilitas juga tercermin dengan pertumbuhan Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) mencapai 96 persen menjadi Rp2,14 triliun pada 9M18 dibandingkan dengan capaian EBITDA 9M17 sebesar Rp1,09 triliun. Nilai penjualan bersih ANTAM di 9M18 tercatat sebesar Rp19,95 triliun, tumbuh signifikan 187 persen dibandingkan capaian penjualan 9M17 sebesar Rp6,96 triliun. Posisi keuangan ANTAM pada 9M18 juga tercatat solid dengan nilai kas dan setara kas sebesar Rp5,81 triliun.

 

Peningkatan profitabilitas juga didukung tingkat efisiensi yang tercatat sebesar Rp15,67 miliar pada 9M18 atau 97 persen dari target efisiensi tahun 2018. Pertumbuhan Kinerja Keuangan ANTAM yang positif pada 9M18 terutama disebabkan pertumbuhan signifikan kinerja produksi dan penjualan komoditas utama ANTAM serta peningkatan efisiensi yang berujung pada stabilnya level biaya tunai operasi ANTAM.  Pertumbuhan positif kinerja operasi dan penjualan komoditas utama Perusahaan pada 9M18 tercermin pada volume produksi feronikel yang mencapai 19.264 ton nikel dalam feronikel (TNi), naik 21 persen dibandingkan capaian produksi pada 9M17 sebesar 15.813 TNi.

 

Sementara, penjualan feronikel pada 9M18 tercatat sebesar 19.149 TNi atau naik sebesar 49 persen dibandingkan periode 9M17 sebesar 12.816 TNi. Penjualan feronikel pada 9M18 merupakan kontributor terbesar kedua dari total penjualan bersih ANTAM, dengan kontribusi sebesar Rp3,85 triliun atau 19 persen dari total penjualan bersih Perusahaan. Sementara pendapatan utama ANTAM dari penjualan emas yang tercatat  sebesar Rp13,37 triliun pada 9M18, tumbuh 248 persen dibandingkan nilai penjualan emas pada 9M17. Perusahaan yang meraih penghargaan Top 50 ASEAN Public Listed Companies dalam ajang 2nd ASEAN Corporate Governance Awards tersebut melihat saat ini animo dari masyarakat untuk membeli emas sebagai altenatif dalam berinvestasi meningkat. Apalagi sekarang penjualan emas ANTAM sudah melalui perdagangan e-commerce atupun melalui website yang baru dirilis, memudahkan orang untuk membeli emas milik ANTAM.

 

ANTAM terus berupaya mengembangkan strategi melalui proyek-proyek hilirisasi. Proyek strategi pengembangan ANTAM saat ini mencakup proyek kunci yang mencakup Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel Haltim (P3FH) dengan kapasitas produksi sebesar 13.500 TNi (Line 1). Hingga periode September 2018 realisasi konstruksi P3FH telah mencapai 80 persen dan direncanakan konstruksi pabrik akan selesai pada akhir tahun 2018. Nantinya dengan selesainya proyek pembangunan pabrik feronikel Haltim (Line 1) akan meningkatkan kapasitas total terpasang feronikel ANTAM sebesar 50 persen dari kapasitas produksi feronikel terpasang saat ini sebesar 27.000 TNi menjadi 40.500 TNi per tahun. Sejalan dengan strategi ANTAM untuk meningkatkan nilai tambah komoditas mineral, terutama untuk mengolah cadangan bijih nikel kadar rendah (<1,7% Ni), pada bulan Oktober 2018 Perusahaan menandatangani Head of Agreement (HoA) Proyek Pengembangan Pabrik Nickel Pig Iron (NPI) Blast Furnace Halmahera Timur dengan mitra strategis Ocean Energy Nickel International Pte. Ltd (OENI). 

 

Dalam kerjasama ini, ANTAM akan menjamin ketersediaan bahan baku bijih nikel di proyek Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) Blast Furnace. Sedangkan, OENI akan memastikan sumber pendanaan dan penyelesaian konstruksi proyek tepat waktu. Proyek NPI Blast Furnace memiliki total kapasitas produksi mencapai 320.000 ton NPI atau setara dengan 30.000 ton nikel dalam NPI yang terdiri dari 8 line dengan total investasi sekitar USD320 juta. Dua line pertama diharapkan dapat memulai produksi pada kuartal 4 tahun 2020. Sementara, secara keseluruhan ditargetkan beroperasi tahun 2023. 

 

Dalam hal pengembangan komoditas bauksit, saat ini ANTAM terus berfokus pada pembangunan pabrik Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) bekerja sama dengan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) (Inalum) yang memiliki kapasitas pengolahan sebesar 1 juta ton SGA per tahun (Tahap 1). Pada bulan Oktober 2018, telah dilakukan penandatangan Kerja sama antara Inalum Group (Inalum & ANTAM) dengan Aluminum Corporation of China Ltd. (CHALCO) terkait Pembangunan SGAR.   Sampai dengan periode Oktober 2018 harga penutupan saham ANTAM mencapai Rp680 per saham, meningkat 10 persen dibandingkan harga penutupan pada bulan Oktober 2017 sebesar Rp645 per saham. Saham ANTAM setiap harinya aktif diperdagangkan di BEI.

 

Tercatat pada akhir periode 10M18, jumlah investor yang menginvestasikan sahamnya di ANTAM mencapai 45.925 investor, meningkat 23 persen dibandingkan jumlah investor pada akhir Oktober 2017 sebesar 37.269 investor. Sepanjang periode 3Q18, saham ANTAM menjadi bagian dari Indeks IDX Small-Mid Cap (SMC) Composite, Indeks IDX SMC Liquid, Indeks PEFINDO Investment Grade (i-Grade), Jakarta Islamic Index dan Indeks Kompas 100 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saham ANTAM juga tetap menjadi bagian dari indeks IDX LQ45 dan Indeks IDX30 yang merupakan kelompok saham dengan tingkat likuiditas tertinggi di BEI.

Direktur Utama PT Bukit Asam, Arviyan Arifin, Pertahankan Kinerja Positif

Naskah: Iqbal R. Foto: Istimewa

Dipercaya menjadi Direktur Utama PT Bukit Asam (PT BA) sejak April 2016 lalu merupakan tantangan bagi Arviyan Arifin. Sebab, berada di jajaran direksi sebuah perusahaan pertambangan merupakan dunia baru untuknya. Namun, berkat kegigihannya perusahan pelat merah ini terus meraih kinerja postif.

 

PT BA membukukan kinerja positif sepanjang sembilan bulan pertama 2018. Hal itu didukung kenaikan volume produksi dan harga jual rata-rata. Mengutip laporan keuangan perseroan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (14/11/2018), PT Bukit Asam Tbk mencatatkan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp3,92 triliun hingga akhir September 2018. Laba perseroan tumbuh 49,66 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp2,62 triliun. Kenaikan laba didukung pertumbuhan pendapatan usaha sebesar 20,68 persen. Perseroan membukukan pendapatan Rp16,03 triliun hingga akhir September 2018 dari periode sama tahun sebelumnya Rp13,28 triliun. Beban pokok pendapatan naik 14,59 persen menjadi Rp9,36 triliun hingga akhir kuartal III 2018. Hal itu mendorong laba kotor tumbuh 30,42 persen menjadi Rp6,66 triliun.

 

Perseroan mencatatkan kenaikan pendapatan lainnya dari Rp13,74 miliar hingga akhir kuartal III 2017 menjadi Rp144,36 miliar hingga akhir kuartal III 2018. Penghasilan keuangan naik menjadi Rp182,41 miliar hingga akhir kuartal III 2018 dari periode sama tahun sebelumnya Rp56,69 miliar. Laba dari entitas ventura naik menjadi Rp120,70 miliar. Laba usaha perseroan tumbuh 39,86 persen menjadi Rp5,17 triliun hingga akhir September 2018. Dengan melihat kinerja itu, perseroan mencatatkan laba per saham naik menjadi 373 hingga akhir September 2018 dari periode sama tahun sebelumnya 249. PT BA mencatatkan harga jual rata-rata batu bara dari periode Januari-September 2018 naik 13 persen dari Rp745.775 per ton menjadi Rp841.655 per ton. 

Pria yang hobi kuliner dan bermain golf ini tengah mengembangkan bisnisnya untuk merambah ke pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Meski pengembangan PLTS masih dalam tahap pembahasan, tapi PT BA yakin bisnis ini akan beroperasi pada tahun depan, selain mengembangkan PLTS, perusahaan tambang batu bara ini juga membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Mulut Tambang Banko Tengah Sumsel 8 di Muara Enim, Sumatera Selatan. Konstruksi PLTU dengan kapasitas 2x620 MW ini diharapkan rampung pada 2022. Arviyan juga sudah memikirkan target yang akan dicapai pada tahun 2019, dengan mengestimasi kenaikan volum melampuai 5 persen year-on-year (yoy) dari target tahun ini sejumlah 25,54 juta ton. “Sampai saat ini, panduan produksi 2018 masih sama, walaupun mungkin bisa lebih sedikit dari target.

 

Pada 2019, pertumbuhan produksi akan lebih tinggi dari tahun ini yang sebesar 5 persen,” tuturnya semangat. PT BA juga tengah menyiapkan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) mencapai Rp6,5 triliun untuk tahun depan. Anggaran belanja tersebut sama dengan tahun ini. Tujuan penggunaan capex tahun depan untuk investasi rutin, berupa peremajaan alat produksi pertambangan. Pihaknya juga berencana mencuil capex untuk meningkatkan kapasitas pelabuhan dan membiayai sejumlah proyek strategis. Belanja alat produksi baru di 2019 nanti untuk mendukung target produksi batu bara Bukit Asam yang mencapai 27,3 juta ton. Sebanyak 5 juta ton di antaranya adalah batu bara dengan kalori tinggi.

 

Sebagai catatan, batubara kalori tinggi memiliki harga jual yang lebih stabil ketimbang batu bara kalori rendah. Target volume produksi tahun depan 7,06 persen lebih besar dibanding proyeksi realisasi produksi sepanjang tahun 2018 sebanyak 25,5 juta ton batu bara. Dari Januari hingga Oktober 2018, Bukit Asam sudah mengeduk 22,4 juta ton batubara. Sementara, total volume produksi batubara kalori tinggi per November mereka mencapai 500.000 ton. Selain itu, dari produksi sebesar 27,3 juta ton tersebut sebesar 75 persen akan diekspor ke Tiongkok dan India. Sedangkan, 25 persen dijual ke pasar domestik untuk memenuhi kebutuhan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan industri dalam negeri lainnya. Alokasi ini sesuai dangan kebijakan pemerintah yang mewajibkan perusahaan batu bara memasok batu bara untuk kebutuhan dalam negeri (Domestic Market Obligation/DMO) sebesar 25 persen.

 

Dengan target produksi batu bara yang meningkat, PT BA bakal lebih leluasa memasarkan produk. Mereka ingin memperluas pasar ekspor dari pasar tradisional, seperti China dan India. Sementara, proyek strategis yang akan kecipratan dana capex 2019 adalah pabrik gasifikasi. PT BA berencana membangun dua pabrik gasifikasi batubara di Tanjung Enim, Sumatra Selatan, dan Peranap, Riau. Biaya investasi pabrik di Tanjung Enim sekitar USD3 miliar. Sedangkan, untuk pabrik Peranap kurang lebih sebesar USD2 miliar. Apa yang menjadi moto dan filosofi hidupnya bukan sekadar jargon semata. Sebagai seorang pemimpin, pria yang dinobatkan sebagai The Best CEO BUMN kategori Strategic Orientation pada Anugerah BUMN 2018 ini sadar untuk melakukannya terlebih dahulu agar menjadi contoh bagi seluruh karyawannya. Sebab bagi Arviyan, CEO adalah role model.

 

“Kerjakanlah apa yang kita katakan, seperti yang diserukan di dalam Al-Quran Surat As-Shaff ayat 2-3, di mana Allah sangat membenci orang-orang yang mengatakan sesuatu. Namun, tidak mengerjakannya. Jadi Walk the Talk, lakukan apa yang dikatakan,” kata pria yang menganut gaya kepemimpinan egaliter ini seraya mengingatkan. Selain diterapkan di dunia kerja, prinsip tersebut juga berlaku di keluarga. Suami dari Farida ini juga kerap memberi contoh kepada kedua buah hatinya agar menjadi teladan. Sementara untuk menjaga keseimbangan antara waktu pekerjaan, hobi dan keluarga, Arviyan memiliki skala prioritas.

Direktur Utama PT Adhi Karya (Persero) Tbk, Budi Harto, Mendorong Anak Usaha Go Publik

Naskah: Putri Foto: Fikar azmy

Dialah salah satu sosok profesional terbaik di Tanah Air. Betapa tidak, Ia sukses menghantar PT Adhi Karya (Persero) Tbk atau ADHI, perusahaan kontruksi yang dipimpinnya menorehkan kinerja mengkilap. Serta mendorong dua anak usahanya melantai di bursa.

 

Pada kuartal III/2018, laba bersih ADHI melesat 63,3 persen menjadi Rp335 miliar dibandingkan tahun sebelumnya, yakni Rp205 miliar. Peningkatan laba bersih tersebut didukung dari perolehan pendapatan usaha di September 2018 sebesar Rp9,43 triliun, meningkat 8,2 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya, yakni Rp8,71 triliun. Melansir keterangan ADHI, Kamis (29/11/2018), BUMN karya ini juga mencatat perolehan kontrak baru sebesar Rp12,3 triliun. Realisasi perolehan kontrak baru di bulan Oktober 2018 ini salah satunya adalah proyek Bendungan di Kabupaten Deli Serdang senilai Rp127,7 miliar. Kontribusi per lini bisnis pada perolehan kontrak baru pada Oktober 2018 didominasi oleh lini bisnis konstruksi dan energi sebesar 89,9 persen, properti sebesar 8,6 persen dan sisanya merupakan lini bisnis Iainnya. Berdasarkan segmentasi sumber dana, realisasi kontrak baru dari pemerintah tercatat sebesar 25,6 persen, BUMN sebesar 27,6 persen, sementara swasta atau lainnya sebesar 46,8 persen.

 

Sedangkan pada tipe pekerjaan, perolehan kontrak baru terdiri dari proyek gedung sebesar 61,9 persen, proyek Jalan dan Jembatan sebesar 20,8 persen, serta proyek Infrastruktur Lainnya sebesar 17,3 persen. Pada 2019, pihak Budi merencakan belanja modal (capital expenditure) sekitar Rp4-5 triliun. ADHI masih fokus pada proyek tol, sumber daya air, dan untuk anak perusahaan. Kemungkinan akan lebih besar pada sektor jalan tol dan properti. Adapun beberapa proyek yang akan dikejar oleh perusahaan dengan kode emiten ADHI adalah proyek jalan tol Aceh-Sigli sepanjang 74 kilometer (km), revitalisasi terminal II, dan tol dalam kota enam ruas senilai Rp1,4 triliun. Saat ini, di bawah nakhoda Budi, Adhi Karya juga tengah menginisiasi pembangunan jalan tol SoloYogyakarta-Kulonprogo dan sejumlah proyek sistem penyediaan air minum. 

 

Meski kondisi pasar tengah lesu, pihaknya menuturkan akan mengupayakan segala cara untuk pembiayaan belanja modal tahun depan, seperti memanfaatkan kas internal dan aksi korporasi. Selain itu, perusahaan akan melakukan aksi korporasi seperti initial public offering untuk dua anak usahanya, yaitu PT Adhi Commuter Properti (ACP) dan Adhi Persada Gedung (APG). Masing-masing dilepas 30 persen sahamnya. Pihaknya mematok akan menjual sahamnya senilai Rp1,2 triliun dari APG. Namun, pihaknya belum bisa memastikan besaran nilai dari ACP hanya saja diprediksi targetnya akan lebih besar. Perseroan tersebut di bawah komanda Budi juga akan mendapatkan kontrak baru senilai Rp12,7 triliun, yang terdiri dari Tol Sigli-Banda Aceh, Tol Dalam Kota Jakarta, dan renovasi Bandara SoekarnoHatta dalam sisa tahun ini. Tiga kontrak itu akan ditandatangani akhir tahun. 

 

Dengan tambahan senilai Rp12,7 triliun tahun ini, perseroan akan mengumpulkan kontrak baru sebesar Rp25,3 triliun. Itu melebihi target kontrak baru yang ditetapkan pada tahun ini, yakni Rp23,3 triliun. Budi menyatakan, Desember 2018, ADHI akan menerima dana sebesar Rp2,8 triliun dari PT Kereta Api Indonesia (Persero) untuk kelanjutan proyek Light Tail Transit (LRT) Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi (Jabodebek). KAI sebelumnya telah mencairkan dana sekitar Rp3,4 triliun kepada pihaknya. Secara progres fisik, ia mengatakan, proyek LRT Jabodebek kini telah mencapai 49,5 persen. Kereta, sambung Budi, sudah mulai datang pada April 2019. "Tahun ini kan tinggal sebulan. Yang di Cawang Cibubur sudah pasang rel. Kemudian ada jembatan-jembatan yang melintang tol itu akhir Januari (2019) selesai. Jadi kira-kira nanti bulan April (2019) kereta sudah datang,” jelas Budi, di Km 25 Tol Jakarta-Cikampek, beberapa waktu lalu. “Jadi itu sudah mulai dipasang (keretanya), dicoba di Cawang Cibubur,” imbuhnya.Pengadaan kereta ini digalang oleh PT KAI dan PT INKA.

 

Adapun jumlah kereta yang akan didatangkan pada April 2019 nanti, yakni sekitar 32 rangkaian. “Pengirimannya bertahap. Ada 32 trainset, 32 rangkaian kereta. Kalau tidak salah ya,” tutu pria berkacamata itu. Sebelumnya, Budi menjelaskan, pembayaran tahap pertama dilakukan berdasarkan progres pengerjaan proyek LRT Jabodebek Fase I oleh Adhi hingga September 2017. Adhi akan menerima pembayaran proyek pengerjaan LRT tahap kedua mengacu kepada progres pekerjaan dari Oktober 2017 sampai dengan Desember 2017. Budi juga begitu concern dalam meningkatkan kompetensi pekerja, salah satu upaya yang dilakukan adalah menggandeng Tentara Nasional Indonesia (TNI) melalui penandatanganan naskah kesepahaman peningkatan kompetensi, sertifikasi, dan pengkaryaan dengan TNI Angkatan Udara beberapa waktu lalu.

 

Adhi Karya menyatakan langkah ini dilakukan karena perseroan membutuhkan tambahan personil yang siap bertugas. Budi mengatakan, seiring dengan kebijakan pemerintah untuk mengejar ketertinggalan infrastruktur di Tanah Air, Pemerintah telah mendorong pembangunan infrastruktur di berbagai wilayah di Indonesia. Salah satunya adalah penugasan  kepada ADHI  untuk pembangunan proyek LRT Jabodebek sepanjang 44 km yang melintasi Cibubur- Cawang, Cawang - Bekasi Timur dan Cawang - Dukuh Atas. “Selain penugasan Pemerintah, pada proyek-proyek kami yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, kami memerlukan tambahan personil sebagai yang siap bertugas,” terangnya. Ia menambahkan kerja sama TNI AU dengan ADHI merupakan upaya ADHI untuk memenuhi kebutuhan personel di bidang QHSE (Quality, Healthy, Safety, and Environment) yang memerlukan disiplin tinggi di proyek-proyek tersebut. 

Direktur Utama PT Industri Kereta Api (Persero), Budi Noviantoro, PT Industri Kereta Api (Persero) Masih Terdepan di Asean

Naskah: Sahrudi Foto: Istimewa

Di bawah nakhoda Budi Noviantoro, fokus utama PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA adalah menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas tinggi bagi pelanggan dalam bidang perkeretaapian. Kemampuan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) manufaktur sarana kereta api terintegrasi pertama di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara tersebut dibuktikan dengan kapabilitasnya untuk mendesain semua produk sarana kereta api yang dibuat, pengadaan material dan komponen, hingga proses produksi dan layanan dengan melibatkan berbagai industri pendukung baik dari dalam maupun luar negeri (Piramida Industri).

 

Sampai saat ini, di bawah pimpinan Noviantoro, INKA telah memproduksi berbagai macam sarana keretaapi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan serta after sales untuk memastikan bahwa pelanggan menerima produksi dengan kualitas terbaik. Selain memenuhi kebutuhan sarana kereta api untuk dalam negeri, produk INKA juga telah di ekspor ke berbagai negara, seperti Bangladesh, Filipina, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Australia. Minat dunia yang tinggi terhadap produk INKA, membuat perusahaan ini terus berupaya meningkatkan pasar ekspor melalui keikutsertaan dalam berbagai tender proyek pembuatan kereta barang, baik untuk penumpang maupun barang. Budi mengatakan, pasar ekspor yang disasar ini ialah pembuatan kereta barang untuk Bangladesh sebanyak 75 gerbong senilai USD20 juta. 

 

“Meski nilai pembuatan gerbong kereta barang untuk Bangladesh ini memang tidak besar, tetapi negara di wilayah Asia Selatan itu cukup banyak menyumbang ekspor kereta api Indonesia,” katanya sembari menambahkan bahwa negara itu sudah tiga kali melakukan kontrak dengan INKA untuk kereta penumpang. Budi menambahkan, tahun depan produksi INKA akan difokuskan pada pengerjaan kontrak proyek yang sudah berjalan, di antaranya penyelesaian 31 trainset LRT Jabodebek, 250 kereta penumpang pesanan Bangladesh, 3 lokomotif, 6 trainset Diesel Multiple Unit (DMU), dan 15 kereta penumpang untuk diekspor ke Filipina, yang merupakan tindak lanjut kontrak yang telah ditandatangani sebelumnya. “Dulu ekspor kami kecil-kecil, tidak banyak. Paling ke Malaysia. Namun, sekarang ini masif sekali apalagi permintaan pasar ekspor juga meningkat,” imbuh pria berkaca mata itu.

 

Permintaan rangkaian kereta dan komponennya dari luar negeri tersebut membuat perusahaan plat merah ini mampu mencatatkan laba bersih hingga tiga digit. Saat ini INKA tengah menggarap proyek peremajaan 438 kereta milik PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI dengan nilai sekitar Rp5-5,5 miliar per kereta. Selain itu, INKA pun telah menggarap kereta sleeper, yakni kereta kelas premium pesanan KAI sebanyak 4 kereta dengan kapasitas 19 kursi (seats). Kereta tersebut merupakan proyek baru dari KAI yang mendapat respon baik dari konsumen sehingga kereta sleeper tersebut kembali dipesan.

 

Namun, dengan jumlah kursi yang berbeda. Kereta sleeper dengan 27 kursi tersebut ditargetkan akan mulai diproduksi pada Januari 2019. Berbagai proyek tersebut dinilai mendukung pertumbuhan industri perkeretaapian dalam negeri. Ditambah getolnya pembangunan infrastruktur bahkan membuat INKA meningkatkan target pendapatan hingga Rp3,7 triliun pada tahun depan. Target tersebut meningkat dari target tahun ini sebesar Rp3,1 triliun. Dalam hal kerja sama, INKA kini telah menjalin mitra dengan enam negara, yakni Bangladesh, Malaysia, Thailand, Filipina, Singapura, dan Australia. Di samping itu, masih terdapat beberapa negara yang dinilai potensial untuk menjadi pelanggan INKA. 

 

Bahkan, INKA juga tengah menjajaki peluang untuk menjajaki peluang memasarkan produknya agar dipakai di salah satu kota besar di Amerika Serikat, Chicago. Keterangan tersebut disampaikan Konjen RI di Chicago Rosmalawati Chalid, setelah bertemu perwakilan Chicago Transit Authority (CTA). “Terdapat peluang bagi Indonesia untuk memasarkan kereta penumpang ke Chicago Transit Authority (CTA) yang berbasis di Chicago, AS,” kata Rosmalawati Chalid dalam keterangan KJRI Chicago. Kesuksesan INKA yang diiringi dengan meningkatnya permintaan produksi sarana kereta api, membuat perusahaan ini berupaya memperbesar kapasitas produksinya dan untuk itu INKA berencana membangun pabrik baru. Saat ini saja, INKA tengah menyelesaikan proses tender dan penawaran harga dari kontraktor untuk pembangunan pabrik atau workshop baru di Banyuwangi. Luas lahannya sekitar 84 hektare.

 

“Target kami awal tahun 2019, pembangunan tahap satu pabrik baru sudah bisa dimulai. Masa pembangunan selama satu tahun,” kata Budi di Palembang, Sumsel, Selasa 30 Oktober 2018. Untuk pabrik yang ada di Banyuwangi ini, akan lebih dikhususkan pada pembuatan kereta untuk kebutuhan ekspor. Budi juga mengungkapkan, pabrik yang akan dibangun di lahan seluas 84 hektare tersebut akan menyerap kurang lebih 5.000 tenaga kerja. Ia menjelaskan, kebutuhan dana untuk workshop baru itu sekitar Rp1,6 triliun.

 

Biaya pembangunan ini melebihi anggaran yang dimiliki INKA. Perusahaan BUMN tersebut baru memiliki dana sekitar Rp600 miliar yang alokasinya berasal dari Penyertaan Modal Negara (PMN) di tahun 2016, di mana Rp400 miliar anggaran PMN dari total Rp1 triliun, dialokasikan untuk revitalisasi pabrik yang ada di Madiun dan pembiayaan proyek-proyek kereta berpenggerak. Sementara itu, kekurangannya akan dipenuhi investor asal Amerika Serikat, Caterpillar Group. “Mereka (Caterpillar) tertarik untuk berinvestasi untuk membangun pabrik khusus lokomotif termasuk peralatannya. Tahap awal nilai investasinya sekitar USD30 juta,” ungkap Budi. Pabrik baru tersebut, direncanakan mempunyai kapasitas produksi empat kereta per hari. Jumlah itu dua kali lipat dari rata-rata kapasitas pabrik di Madiun. Dengan demikian, peningkatan produksi ini akan mampu memenuhi pesanan ekspor yang terus meningkat.

Direktur Utama IPC, Elvyn G. Masassya, Membangun Ekonomi Daerah Melalui Pelabuhan

Naskah: Subchan H. Albari Foto: Sutanto

Aktivitas ekonomi Indonesia sebagai negara archipelago, tak bisa lepas dari kata pelabuhan. Sebab, pelabuhan menjadi titik central utama penggerak ekonomi masyarakat. Mengingat eksistensinya yang begitu penting maka peranan itu kini terus dikembangkan oleh PT Pelabuhan Indonesia (Persero) Pelindo II atau Indonesia Port Corporation (IPC). Diakui, membenahi pelabuhan agar menjadi poros maritim dunia memang tidak mudah. Namun, arah itu perlahan terlihat di bawah kendali Elvyn G. Masassya, Direktur Utama IPC.

 

Menempati posisi strategis sebagai Direktur Utama menjadi kesempatan besar bagi Elvyn untuk membantu Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mewujudkan citacitanya. Peluang dan kesempatan itu sangat terbuka lebar karena IPC kini sudah mengoperasikan 12 pelabuhan yang terletak di 10 provinsi Indonesia, di mana salah satunya, Pelabuhan Tanjung Priok yang menangani hampir 70 persen kegiatan impor ekspor di Tanah Air. Di saat yang sama, Elvyn cukup yakin dengan komitmen yang kuat dan program kerja yang terarah, wilayah operasi IPC akan terus bertambah, terutama untuk menghubungkan ekonomi ke daerah-daerah. Sebut saja salah satu contoh kawasan Pantai Kijing di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, yang tampak dibiarkan berantakan dengan tumpukan tanah merah, ke depan akan berubah total menjadi pelabuhan yang dioperasikan IPC. Dengan letak geografis yang tak jauh dari Kota Pontianak, kawasan itu akan berubah menjadi pelabuhan berskala internasional yang ditargetkan beroperasi pada 2019. 

 

Pencanangan pembangunan sudah dimulai pada 11 April 2018. Pelabuhan ini akan memperkuat konektivitas antarpulau, sekaligus mendekatkan cita-cita Indonesia menjadi poros maritim dunia. Kijing menjadi solusi atas keterbatasan lahan serta tingginya tingkat sedimentasi sungai yang menyebabkan kapal besar sulit bersandar di Pelabuhan Dwikora Pontianak. Dengan persaingan ekonomi yang semakin kuat serta bertumbuh kembangnya ekspor impor Tanah Air,  IPC memang dituntut untuk melakukan transformasi menjadi lebih modern dan efisien, yakni melakukan peremajaan pelabuhan dan pembangun wilayah operasional yang baru. Elvyn sendiri terus mencoba menggali kapasitas dan peluang agar bisa memenangkan kompetisi di masa kini dan akan datang.

 

Ini sejalan dengan perubahan wajah baru pelabuhan di Tanah Air termasuk di daerah. Pelabuhan tidak lagi hanya sebatas mengatur lalu lintas aktivitas bongkar muat semata. Namun, peningkatan kualitas dari sisi hardware dan software diperlukan agar pelabuhan menjadi mata rantai pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Pelabuhan harus bisa menstimulus perekonomian di daerah-daerah di Indonesia. Dari sisi sarana dan prasarana, era baru IPC dalam pengolahan pelabuhan antara lain ditandai dengan kapal berkapasitas 8.238 TEUs berhasil sandar di dermaga Jakarta International Container Terminal (JICT), Pelabuhan Tanjung Priok pada April 2017 lalu. Kedatangan kapal ini merupakan era baru karena sebelumnya hanya kapal dengan kapasitas di bawah 5.000 TEUs yang dapat bersandar di sana. Namun sekarang, Tanjung Priok  sudah bisa melayani kapal raksasa yang kapasitasnya di atas 8 ribu TEUs akan terus meningkat sampai 14 ribu TEUs. Bagi Elvyn, untuk mewujudkan itu bukan hal yang sulit jika semua punya komitmen yang sama. Dan hal itu juga tidak menutup kemungkinan bisa dilakukan untuk pelabuhan di daerah.

 

Kembali pada soal komitmen IPC, membangun ekonomi daerah. Selain Kijing di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, IPC II di tangan Elvyn juga tengah membangun pelabuhan Sorong di Papua Barat yang direncanakan menjadi pelabuhan hub di timur Indonesia sehingga arus tol laut yang ditargetkan hingga ke timur Indonesia dapat berjalan sesuai rencana. IPC berupaya untuk memulai pembangunan Tahap I Pelabuhan Sorong dengan proyeksi kapasitas mencapai 500 ribu TEUs. Lalu Pelabuhan di Bengkulu. Pelabuhan ini dinilai bisa memperlancar arus barang melalui jalur laut baik distribusi hasil perkebunan selain CPO, karet, kopo, dan kayu yang akan diolah menjadi produk jadi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Adapun pelabuhan lainnya yang diharapkan keberadaannya bisa mendukung perekonomian di daerah setempat, yakni PelabuhanTanjung Pandan dan Pelabuhan Pangkal Balam di Provinsi Bangka Belitung, Pelabuhan Muara Sabak dan Pelabuhan Talang Duku di Jambi, hingga Pelabuhan Panjang di Lampung. 

 

Prestasi lain yang bisa dilihat dari IPC adalah peningkatan laba bersih pada kuartal III 2018 sebesar Rp1,863 miliar. Angka tersebut lebih tinggi 20 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1,551 miliar. Pada kuartal ini, EBITDA IPC tercatat sebesar Rp3,217 miliar atau 44 persen lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sedangkan, realisasi Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional sebesar 68 persen dari anggaran yang ditetapkan. Ini menunjukkan, korporasi berhasil meningkatkan efisiensi, 3 persen di atas target. Dari sisi kinerja operasional perusahaan, performa IPC juga meningkat. Hal ini terlihat dari naiknya volume arus petikemas yang mencapai 5,58 juta TEUs. Jumlah itu 12,16 persen lebih besar dibandingkan realisasi kuartal III 2017. Sedangkan arus non petikemas mencapai 42,78 juta Ton atau naik 3,71 persen dari realisasi kuartal III 2017.

 

Jumlah kunjungan kapal juga mengalami kenaikan sebesar 7,3 persen dari realisasi tahun sebelumnya, dengan capaian total sebesar 158,27 Gross Tonage (GT). Demikian pula dengan kunjungan penumpang yang di kuartal ketiga ini naik 10,31 persen dengan jumlah sebanyak 505.480 penumpang.  Tahun depan IPC berencana melepas kembali saham anak perusahaan, yakni PT Pelabuhan Tanjung Priok di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk, Garibaldi Thohir, Gairahkan Rupiah di Mata Dunia

Naskah: Purnomo Foto: Istimewa

Kinerja yang dicapai oleh Garibaldi Thohir patut diacungkan jempol. Bagaimana tidak, dengan sentuhan tangannya PT Adaro Energy Tbk (Adaro) telah membukukan laba sebesar USD526 juta per September 2018. Angka ini naik 6 persen year-onyear (yoy) seiring dengan peningkatan kinerja operasional. Tak hanya itu, ia pun melakukan gebrakan, konversi dolar Adaro ke rupiah.

 

Dari data yang dihimpun, pendapatan usaha Adaro tercatat sebesar USD2,66 miliar, naik 9,35 persen yoy dari sebelumnya USD2,44 miliar. Bisnis pertambangan dan perdagangan batu bara berkontribusi 92,54 persen dari total pendapatan sejumlah USD2,47 miliar. Pasar ekspor berkontribusi sebesar USD2,04 miliar. Sedangkan pasar domestik, USD633,73 juta. EBITDA operasional perusahaan per September 2018 pun naik 5 persen yoy menjadi USD1,06 miliar dari sebelumnya USD1 miliar. Hingga akhir 2018, perusahaan mempertahankan EBITDA operasional di kisaran antara USD1,1 miliar—USD1,3 miliar. Kenaikan EBITDA operasional dan laba inti per September 2018 secara yoy merupakan hasil kinerja solid di seluruh pilar bisnis perusahaan. Selain itu, volume produksi batu bara pada kuartal III/2018 meningkat 14 persen dari kuartal sebelumnya. Kenaikan produksi didukung oleh kondisi cuaca yang lebih baik. Oleh karena itu, perusahaan berupaya mengejar panduan target produksi batu bara pada 2018 sejumlah 54 juta—56 juta ton.

 

Selain itu, harga bahan bakar minyak memanas dan pembayaran royalti ke pemerintah meningkat karena kenaikan harga jual rata-rata. Untuk mengelola risiko fluktuasi bahan bakar, Adaro telah melakukan lindung nilai sekitar 20 persen dari total kebutuhan 2018 di harga yang lebih rendah dari anggaran. Per September 2018, beban pokok pendapatan naik menjadi USD1,78 miliar dari sebelumnya USD1,58 miliar. Laba bruto pun terkoreksi menuju USD878,55 juta dari posisi per September 2018 sebesar USD859,43 juta. Kenaikan beban pokok disebabkan peningkatan biaya penambangan seiring dengan penambahan volume pengupasan lapisan penutup. Sementara, liabilitas emiten tambang ini per September 2018 naik menjadi USD2,85 miliar dari akhir 2017 sebesar USD2,72 miliar. Liabilitas jangka pendek meningkat menuju USD929,63 juta dari sebelumnya USD773,30 juta.

 

Ekuitas perusahaan meningkat menjadi USD4,30 miliar dari per Desember 2017 senilai USD4,09 miliar. Total aset Adaro per Juni 2018 meningkat menuju USD7,15 miliar dari akhir tahun lalu sejumlah USD6,81 miliar.   Sementara itu, Adaro melalui anak usahanya PT Adaro Indonesia menargetkan reklamasi lahan tambang batu bara di wilayah Tabalong, Kalimantan Selatan, tahun ini mencapai 2.250 hektar. Sedangkan 2018, Adaro menargetkan areal yang bisa dikonservasi seluas 750 hektar. Untuk tahun ini sebenarnya Jaminan Reklamasi yang disepakati dengan pemerintah seluas 310 hektar. Namun, internal Adaro menargetkan lahan yang direklamasi dua kali lipat dari yang telah disepakati yakni seluas 750 hektar. Selain itu, Adaro juga memiliki bisnis pembangkit berkapasitas 2x100 MW di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, dan PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) Batang 2x1000 MW. Untuk yang 2x100 MW di awal tahun depan sudah bisa beroperasi komersial.

 

Sementara untuk PLTU Batang, tahun 2020 mulai beroperasi. Sementara untuk bisnis batu bara kokas, Adaro sendiri sangat optimistis dengan bisnis batu bara kokas, batu bara spesial yang digunakan untuk mengolah baja. Saat ini, pemain batu bara kokas jauh lebih sedikit ketimbang batu bara thermal atau konvensional. Sedangkan, kebutuhan akan batu bara kokas dalam beberapa tahun mendatang masih cukup tinggi selama negara-negara di dunia masih mengedepankan pembangunan infrastruktur. Tak hanya itu, Adaro juga melakukan kesepakatan untuk meningkatkan transaksi penggunaan rupiah di dalam negeri. Dalam hal ini, Adaro akan konversi transaksi dolar Amerika Serikat (USD) ke mata uang rupiah. Kesepakatan transaksi dideklarasikan bersama para mitra kerja Adaro, di antaranya PT Pertamina (Persero), PT Pama Persada, PT Saptaindra Sejati, dan PT Bukit Makmur Mandiri Utama.

 

Tujuan dari langkah ini guna menyelamatkan gerak rupiah yang kian tertekan. Deklarasi bersama tersebut disaksikan langsung oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Memang diakui, penggunaan USD dalam transaksi Adaro bersama mitra cukup besar. Oleh karena itu, Adaro berinisiatif untuk melakukan konversi dengan menggunakan rupiah dalam transaksi. Untuk tahun ini transaksi dengan para mitra cukup signifikan, yakni sebesar USD1,7 miliar. Jumlah tersebut akan dikonversikan ke rupiah, dan kalau dikonversi ke rupiah sebesar Rp25 triliun. Pria yang akrab disapa Boy Thohir tersebut berharap semakin banyak pihak yang menggunakan rupiah dalam transaksinya di dalam negeri. Jika semakin banyak pihak yang menggunakan rupiah dalam bertransaksi, bisa membuat rupiah terjaga stabilitasnya dan membuat suplai serta permintaan USD menjadi lebih seimbang.

 

Untuk ke depannya, Adaro berencana melakukan pengetatan di tubuh perusahaan dengan melakukan upaya efisiensi di 2019. Efisiensi yang dilakukan sejalan dengan perkembangan situasi dan kondisi ekonomi global sekarang ini. Meski melakukan efisiensi, tetapi upaya perluasan bisnis tetap dilakukan. Adaro tetap akan melakukan diversifikasi untuk pasar thermal coal dan cooking coal sehingga tidak bergantung pada satu pasar tertentu saja. Meski tahun depan akan ada gejolak global dan perusahaan akan melakukan upaya efisiensi. Hal itu dilakukan agar kinerja keuangan Adaro Energy akan tetap terjaga secara ketat. Bahkan, Adaro mencatat pinjaman tahun depan tidak terlalu besar. Jadi, pasar untuk Adaro cukup terdiversikasi. Tidak hanya satu negara dan biayanya cukup bagus.

Direktur Utama PT Waskita Karya (Persero) Tbk, I Gusti Ngurah Putra, Memperkuat Kinerja Waskita Karya

Naskah: Suci Yulianita Foto: Istimewa

Resmi menjabat Direktur Utama PT Waskita Karya (Persero) Tbk pada April 2018 lalu, I Gusti Ngurah Putra langsung tancap gas bekerja ekstra memperkuat kinerja Waskita Karya. Beberapa pencapaian membanggakan berhasil diraih di bawah kepemimpinannya. Tengok saja laba bersih Waskita Karya yang tumbuh 53,77 persen secara tahunan pada kuartal III/2018 ini.

 

Ya, memang tak salah jika ia dipercaya menjabat Direktur Utama Waskita Karya karena kinerja dan prestasinya memimpin perusahaan-perusahaan sebelumnya kian kinclong. Seperti saat memimpin PT Hutama Karya (Persero) Tbk, Putra berhasil menggarap beberapa proyekproyek strategis, antara lain proyek jalan tol Trans Sumatera dengan baik. Kemudian pada perusahaan sebelumnya, PT Nindya Karya, Putra berhasil membenahi Nindya Karya menjadi perusahaan yang sehat dari yang sebelumnya memiliki setumpuk utang sehingga statusnya diawasi PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA). Melalui tangan dinginnya, Nindya Karya juga berhasil mendapatkan proyek-proyek konstruksi yang cukup besar. Mengemban amanah sebagai Direktur Utama Waskita Karya sejak April 2018 lalu, tugas berat menantinya.

 

Selain meningkatkan laba perusahaan, Putra juga diharapkan dapat membawa angin segar untuk memperkuat dan memperbaiki kinerja Waskita Karya, terutama menyelesaikan proyek konstruksi tepat waktu, dan yang juga penting, diharapkan dapat menekan angka kecelakaan kerja terutama pada proyek-proyek berisiko tinggi. Tantangan baginya adalah bagaimana bisa mengelola proyek yang begitu banyak dengan standar pengerjaan yang optimal, serta menjaga laba perusahaan tetap tinggi di tengah kondisi bisnis kontruksi yang memiliki marjin tipis. 

 

Pria yang lahir di Gianyar, Bali pada 30 Juli 1959 ini sebetulnya bukan orang baru di Waskita Karya. Setelah menamatkan pendidikan S1 Teknik Sipil dari Universitas Brawijaya Malang pada 1984, Putra langsung bekerja di Waskita Karya sebagai staf teknis proyek. Berkat kerja kerasnya, kariernya pun terus meningkat hingga kira-kira tiga tahun kemudian, ia dipromosi menjadi Kepala Proyek Waskita untuk Waepare-Larantuka. Kariernya pun terus meningkat setahap demi setahap. Ia dipercaya menangani banyak proyek strategis di Indonesia bagian Timur selama kurun waktu 1992 – 1999. Kemudian ia dimutasi ke Jakarta dan di Jakarta kariernya terus meroket hingga meraih jabatan sebagai Direktur Operasi pada Juni 2008. Namun pada 2011, ia diberi amanah untuk memperbaiki PT Nindya Karya dengan menjabat Direktur Utama.

 

Putra mampu memperbaiki kondisi Nindya Karya yang tengah terpuruk dengan beberapa kebijakan strategis, antara lain memulai program restrukturisasi dengan menyasar sektor keuangan, sistem, dan sumber daya manusia. Kariernya di Nindya Karya hanya tiga tahun. Setelah Nindya Karya berhasil bangkit kembali dan menjadi perusahaan sehat, Putra diberi tantangan baru memimpin Hutama Karya pada 2014 lalu. Pada masa kepemimpinannya, Hutama Karya berhasil mengerjakan sejumlah proyek besar, antara lain Bandara Kualanamu Medan, Tol Bandara Ngurah Rai – Tanjung Benoa Bali, Jalan Akses Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, dan jalan tol Trans Sumatera. Pencapaian yang berhasil ditorehkan itulah yang membuatnya pada akhirnya dipercaya untuk kembali lagi ke Waskita Karya sebagai pucuk pimpinan. 

 

Laba Bersih Tumbuh

Belum lama menjabat, Putra sudah menorehkan prestasi membanggakan untuk Waskita Karya. Satu contoh nyata, ia berhasil membawa perusahaan mengantongi laba bersih sebesar Rp4,49 triliun yang bertumbuh sebanyak 53,77 persen pada kuartal III 2018 ini. Cukup membanggakan jika melihat jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar 26,99 persen, dari Rp28,53 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Tak hanya itu, total asset yang dimiliki Waskita Karya juga mengalami pertumbuhan asset sebanyak 47,38 persen secara tahunan, dengan angka sebesar Rp129,24 triliun per 30 September 2018. Kemudian, total ekuitas yang dimiliki juga naik 23,05 persen secara tahunan pada kuartal III/2018.

 

Ekuitas yang dimiliki naik dari posisi Rp21,95 triliun pada kuartal III/2017 menjadi Rp27,01 triliun. Pencapaian kinerja triwulan III 2018 pun tak kalah membanggakan, perusahaan berhasil mencatatkan kinerja positifnya dengan meraup laba bersih sebesar Rp3,938 triliun. Angka ini meningkat 176 persen dibandingkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya Rp1,426 triliun.Tingginya laba bersih tersebut didukung oleh peningkatan usaha perseroan. Selama triwulan III 2018, perusahaan dengan kode emiten WSKT ini mampu meraup pendapatan usaha sebesar Rp22,90 triliun atau naik 47,26 persen dibandingkan capaian tahun lalu sebesar Rp15,55 triliun. Kenaikan laba bersih tersebut berasal dari laba pada anak perusahaan sebesar 30 perseroan dan dan sisanya dari operasional perseroan.

 

Waskita Karya juga mencatat perolehan kontrak baru Rp9,2 triliun secara year to date dari bulan Januari hingga Agustus 2018. Angka ini naik 2,22 persen atau sekitar Rp200 miliar dari bulan Juli 2018 yang tercatat sebesar Rp9 triliun. Sementara itu, rasio utang berbunga terhadap ekuitas (DER) pada posisi Juni 2018 adalah 2,13 kali. Menurut covenant credit WSKT kepada pihak ketiga, maksimal rasio utang berbunga kepada ekuitas yang diperbolehkan sebesar 3 kali. Sehingga bisa dikatakan rasio keuangan WSKT masih cukup baik, dengan angka current ratio sebesar 1,2 kali dan Debt Service Coverage Ratio sebesar 3,6 kali. Tahun 2018 ini Waskita Karya telah menyelesaikan sejumlah proyek infrastruktur, antara lain proyek light rail transit (LRT) Sumatra Selatan, jalan tol Pejagan—Pemalang Seksi 3 dan Seksi 4, jalan tol Kartasura—Sragen, Bandar Udara Ahmad Yani Semarang, serta runway Bandar Udara Aji Pangeran Tumenggung (APT) Pranoto Samarinda.

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk, Jahja Setiaatmadja, Menghantar BCA Menjadi 'Best Of The Best'

Naskah: Suci Yulianita Foto: Istimewa

Kemampuan leadership yang mempuni serta pola pikir out of the box yang dimiliki Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja berhasil menghantarkan BCA merajai industri perbankan di Asia sekaligus menjaga reputasi bank berkode emiten BBCA ini sebagai bank swasta nomor wahid dalam negeri.

 

Hal itu bisa dilihat dari penghargaan Finance Asia Country Awards for Achievement yang diterima BCA selama tiga tahun berturutturut, yakni tahun 2016, 2017, dan yang terbaru dianugerahkan di awal Juni 2018 lalu. Di tengah persaingan ketat di dunia perbankan serta ketidakpastian pasar keuangan global yang tetap tinggi, Jahja sukses membawa BCA konsisten mencetak kinerja positif, seperti pada kuartal III-2018, BCA membukukan laba bersih Rp18,5 triliun. Bila dibandingkan kuartal III-2017, jumlah ini meningkat 9,9 persen dari posisi Rp16,8 triliun alias year on year (yoy). Pendapatan operasional BCA yang terdiri dari pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional lainnya, meningkat 10,1 persen menjadi Rp 45,9 triliun dibandingkan Rp41,7 triliun pada sembilan bulan pertama 2017. Ditopang juga dari realisasi kredit yang solid. Per September 2018, bank swasta terbesar di Indonesia ini merealisasikan kredit Rp516 triliun atau tumbuh 17,3 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Bila dirinci, pertumbuhan kredit BCA, antara lain ditopang dari peningkatan segmen kredit korporasi yang meningkat 23,3 persen yoy menjadi Rp199,2 triliun, terutama berasal dari sektor jasa keuangan, telekomunikasi, serta minyak nabati dan hewani. 

 

Dari sisi rasio kredit bermasalah, BCA juga berhasil menekan laju non performing loan (NPL) gross ke level 1,4 persen pada September 2018 lalu. Sejalan dengan mitigasi risiko yang dilakukan BCA, rasio pencadangan terhadap kredit bermasalah alias loan loss coverage ratio BCA juga menurun menjadi 187 persen. Kinerja cemerlang tersebut tak lepas dari ketangguhan Jahja dalam menghadapi perkembangan zaman sehingga BCA dapat beradaptasi dengan tren teknologi yang sedang menggeliat, contohnya dengan merangkul financial technology (fintech) untuk mendukung bisnis bank. Karenanya, sistem pembayaran yang canggih dan inovatif pun menjadi kunci kesuksesan BCA.

 

“Saat ini, kami telah fokus pada perbankan digital karena kami percaya dalam lima hingga sepuluh tahun, generasi milenial akan mendominasi pasar sehingga kami terus mengembangkan inovasi produk yang menyasar mereka, antara lain Sakuku dan VIRA,” aku penggemar golf itu. BCA juga belum lama ini berinovasi untuk memberikan kemudahan bagi para nasabah setianya, yakni dengan meluncurkan fitur transfer Quick Response (QR) code yang bernama QRku. Fitur QRku memungkinkan sesama nasabah BCA melakukan transfer tanpa harus menghafal nomor rekening, cukup dengan QR code yang bisa dipindai dengan smartphone.

 

Fitur ini dapat dimanfaatkan oleh pengguna Mobile Banking BCA dan Sakuku agar lebih nyaman saat melakukan transfer dana. Nantinya fitur ini akan terus dikembangkan. Untuk kalangan milenial, Jahja menyebutkan bahwa QRku akan menjadi primadona mereka karena efisiensi dan kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi ini. “Tergantung kosumennya karena bedabeda. Masing-masing punya kesenangan pribadi. Kalau biasa pakai m-banking ya silahkan. Sedangkan, kalau kalangan milenial pasti masuknya ke sini (QRku) karena paling praktis,” ujar pria yang menghabiskan hampir tiga dasawarsa hidupnya untuk membesarkan BCA itu.

 

Tak hanya itu, BCA juga mendirikan Central Capital Ventura, perusahaan modal ventura yang sengaja dibentuk untuk berinvestasi dan berkolaborasi dengan perusahaan fintech yang nantinya diharapkan akan mendukung ekosistem layanan keuangan BCA dan anak usaha.  “BCA menyadari hampir seluruh pemenuhan kebutuhan telah terjamah oleh teknologi. Oleh karena itu, kami juga mulai mengintensifkan ekspansi sistem digital yang kami yakini akan sangat mendukung bisnis pembayaran kami,” tambahnya. Saat ini, jumlah transaksi BCA sudah didominasi oleh transaksi digital 98 persen transaksi nasabah bank yang berdiri sejak 21 Februari 1957 ini dilakukan di luar kantor cabang. Prestasi BCA menguasai pangsa pasar dan menjadi bank pilihan utama andalan masyarakat banyak menuai penghargaan baik di dalam dan luar negeri, antara lain dalam London Summit of Leaders Achievements 2018 di London.

 

Kemudian, Contact Center World (CCW) Award 2018 di Praha, Rapublik Ceko. BCA berhasil memboyong 15 medali emas, 5 medali perak, 1 medali perunggu. Tak hanya itu, BCA juga kembali meraih penghargaan Bank Terbaik di Indonesia dalam ajang Euromoney Awards for Excellence 2018 di Hong Kong. Hebatnya lagi, BCA juga memenangi Paritra Award, yakni penghargaan tertinggi yang diberikan Badan Pengelolaan Jaminanan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan kepada perusahaan yang melaksanakan jaminan sosial ketenagakerjaan secara baik. Jahja menambahkan, segala prestasi yang dipatri BCA juga ditopang oleh service excellence kepada nasabah. “Dulu, kami hanya memberikan jasa servis saja, tetapi lama-lama relationship dengan nasabah terus kami kembangkan sehingga mereka merasa sangat puas,” ungkap pria berusia kepala enam tersebut. Jahja menegaskan, sukses hadir sebagai bank swasta terbesar di Indonesia, tak membuat BCA berpuas diri. Namun, membuat BCA semakin termotivasi untuk senantiasa menjadi bank andalan masyarakat.

Direktur Utama PT Waskita Beton Precast Tbk, Jarot Subana, Sukseskan Proyek Strategis Nasional

Naskah: Giattri Foto: Sutanto

Reputasinya sebagai profesional bertangan dingin tak perlu disangsikan lagi. Betapa tidak, di bawah nakhodanya PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) berhasil menjadi perusahaan yang memproduksi precast & readymix terbesar di Indonesia serta mampu menunjukkan komitmennya mensukseskan Proyek Strategis Nasional (PSN).

 

Di bawah komando Jarot, WSBP telah menyelesaikan sejumlah proyek besar, antara lain Jalan Tol Benoa Bali, Jalan Tol Gempol-Pasuruan, Jalan Tol Gempol-Porong, Jalan Tol PejaganPemalang paket 1 dan 2, LRT Palembang, Jalan Tol Becakayu seksi 1b dan 1c, Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Jalur Khusus Busway Adam Malik, Underpass Palembang, dan lain sebagainya. Kinerja keuangan pun positif ditorehkan dari waktu ke waktu, seperti pada kuartal III/2018, WSBP mengantongi pertumbuhan satu digit untuk pendapatan dan laba bersih secara tahunan. Berdasarkan publikasi kinerja keuangan kuartal III/2018 di harian Bisnis Indonesia, Rabu (31/10/2018), WSBP membukukan pendapatan Rp5,43 triliun pada 30 September 2018. Nilai yang dikantongi tumbuh 8,38 persen dari posisi yang sama tahun lalu Rp5,01 triliun. Dari situ, perseroan mengantongi laba bersih Rp885 miliar. Pencapaian tersebut tumbuh 7,27 persen dari Rp825 miliar pada kuartal III/2017.

 

Tercatat, emiten berkode saham WSBP itu memiliki total aset Rp16,62 triliun atau naik 5,26 persen secara tahunan. Sebaliknya, total ekuitas turun tipis 0,80 persen secara tahunan menjadi Rp7,45 triliun. Di sisi lain, realisasi nilai kontrak baru WSBP senilai Rp4,32 triliun per 30 September 2018. Adapun, kontrak dalam pengerjaan perseroan per 30 September 2018 adalah Rp15 triliun. WSBP menargetkan meraup kontrak baru Rp 8,3 triliun tahun ini. Hingga akhir tahun yang akan datang, perusahaan ini mengincar beberapa proyek di beberapa wilayah seperti di area Tebing Tinggi, Pematang Siantar, addendum tol Legundi, Jembatan Penajam, Japek, ProbolinggoBanyuwangi. Sepanjang tahun 2018 beberapa kontrak baru yang didapatkan WSBP berasal dari beberapa proyek besar, seperti Tol Cibitung-Cilincing, jalan tol Tebing Tinggi Indrapura, dan proyek Jalan tol Krakasan Probolinggo.

 

Manajemen Waskita Beton Precast menyampaikan dalam publikasinya pencapaian laba bersih dan pendapatan sampai dengan kuartal III/2018 ditopang oleh realisasi kontrak baru. Pencapaian tersebut diklaim sejalan dengan komitmen terus bertumbuh pesat dan memberikan return optimal kepada seluruh pemegang saham. Berbagai apresiasi pun diraih oleh WSBP sejak awal tahun 2018. WSBP berhasil masuk dalam Indeks LQ45 atau 45 saham unggulan yang tergolong kategori likuid periode Agustus 2018-Januari 2019. Pencapaian juga diterima oleh perusahaan, di mana saham WSBP masuk dalam Indeks Kompas 100 sebagai suatu indeks saham dari 100 saham perusahaan publik yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saham-saham yang terpilih untuk dimasukkan dalam indeks Kompas100 ini memiliki likuiditas yang tinggi, nilai kapitalisasi pasar yang besar, serta saham-saham yang memiliki fundamental dan kinera yang baik. WSBP juga masuk ke dalam Index Morgan Stanley Capital Internasional (MSCI) 2017. 

 

WSBP juga menerima predikat The IDX Top Ten Blue 2017 lantaran mampu memenuhi kriteria utama, yaitu memiliki saham yang paling diminati investor, menunjukkan transaksi yang sangat aktif, memiliki pertumbuhan harga saham yang signifikan, dan memiliki fundamental sehat. Prestasi lain juga ditorehkan WSBP di bawah kemudi Jarot, antara lain meraih Alpha 10th Annual Best Deal & Solution Award Southeast Asia 2016, dengan penyerapan dana IPO sebesar Rp5,1 triliun, Sharia Finance Award 2018, dan Indonesia Best Public Companies Award 2018. Di bawah nakhoda Jarot, WSBP tak henti melakukan inovasi produk dan teknologi. “WSBP tengah mengembangkan penggunaan sistem ERP (Enterprise Resource Planning). Sistem ini memudahkan user atau pengguna mudah melakukan akses dan membantu pekerjaan mereka dari mana saja,” terang Jarot.

 

Lalu, pengembangan sistem GPS yang dapat digunakan untuk memantau posisi pengiriman beton dan posisi aset kendaraan dalam hal ini truck mixer. Selain itu, memgembangkan Portal WSBP yang memudahkan seluruh karyawan mengakses berbagai kebijakan perusahaan dan informasi terbaru mengenai insiden-insiden yang terjadi. Terdapat pula sistem digitalisasi di Bagian Keuangan Perusahaan, yakni Cash Management Berbasis Online. WSBP juga tengah melakukan pengembangan untuk Command Center CCTV Terpusat. Bertujuan untuk memudahkan dalam memonitor produksi dari jarak jauh sehari-hari dan termonitor dengan titik kamera yang kritikal dalam proses produksinya, memastikan pengelolan operasional pabrik sesuai dengan tata kelola yang ditetapkan, menjadi alat bantu investigasi kejadian insiden yang tidak diinginkan dalam bentuk rekaman video, memantau proses siklus produksi yang sesuai dengan tata cara produksi yang benar, dan menjaga kedisiplinan/kepatuhan pekerja dalam bekerja di area operasional. Ruangan Command Center ini akan dikendalikan beberapa operator/pengawas CCTV yang berada di Kantor Pusat WSBP. 

 

Penggunaan Quick Respon (QR) Code pada produk untuk memudahkan identifikasi per masing- masing produk khususnya di produk Beton Precast. Sedangkan di Beton Readymix, QRCode akan ditempelkan di surat jalan Truck Mixer. “GPS Tracking untuk Truck Mixer digunakan untuk melacak keberadaan alat angkut yang dipasang GPS. Saat ini TM yang sudah menggunakan sejumlah 188 Unit dari 434 Unit, ke depannya GPS ini juga akan dipasang pada alat angkut lainnya seperti Truck Trailer dan Dump Truck yang dimiliki WSBP,” imbuh Jarot. Menutup pembicaraan Jarot mengungkapkan obsesinya, yakni membawa WSBP menjadi world class company. “Dengan terus menjaga pondasi perusahaan yang sudah kuat, memacu pertumbuhan, dan

Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, Maryono, Hadapi Ekonomi Global Bank BTN Terus Berinovasi

Naskah: Iqbal R. Foto: Edwin B.

Sebagai perusahaan pelat merah, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk harus terus berinovasi layanan dan produk untuk menghadapi kondisi ekonomi global yang tak menentu. Berkat tangan dingin Maryono, sang Direktur Utama, bank berkode emiten BBTN tersebut mampu menjawab tantangan zaman, hal itu bisa dilihat dari kinerja selama triwulan III yang menunjukkan peningkatan lebih baik dibanding tahun sebelumnya.

 

Terlihat dari laba bersih yang dicetak sebesar Rp2,23 triliun naik 11,51 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan laba bersih itu ditopang oleh pendapatan bunga bersih yang naik secara tahunan sebesar 15,29 persen menjadi Rp7,54 triliun. KPR masih menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit. Hingga akhir September, Bank BTN membukukan pertumbuhan kredit sebesar 19,28 persen secara tahunan, lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan industri perbankan nasional sebesar 12,12 persen pada akhir Agustus lalu. Adapun rasio kredit bermasalah (NPL) Bank BTN tercatat sebesar 2,65 persen per September 2018, angka tersebut lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 3,07 persen. Lalu total dana pihak ketiga (DPK) Bank BTN pada triwulan ketiga 2018 sebesar Rp195 triliun atau tumbuh 16,06 persen. Angka tersebut di atas rata-rata industri yang tumbuh 6,66 persen. 

 

Hebatnya lagi, bank yang berdiri sejak tahun 1897 ini meraih predikat sebagai Bank Terbaik 2018 atas keberhasilan perseroan mencatatkan lompatan posisi aset selama enam tahun terakhir dan menembus peringkat ke-5 bank dengan aset terbesar (bank only). Kendati demikian, akhir tahun 2018 ini, Maryono yakin Bank BTN bisa mencapai target. Terlebih dengan adanya kondisi ekonomi yang kondusif dari kredit maupun DPK sehingga hal ini menjadi faktor bank yang dulunya bernama Bank Tabungan Pos tersebut akan dapat mencapai target yang direncanakan. Meski begitu, Maryono mengakui tahun 2018 banyak kendala yang bakal dihadapi oleh korporasi di perbankan, mengingat kondisi global yang tiap tahunnya selalu berubah, misalnya terjadinya perang dagang antara Amerika dengan China yang kemudian bepengaruh pada kurs valuta yang meningkat sangat signifikan sehingga hal ini memengaruhi kondisi ekonomi yang ada di Indonesia. Hal itu juga yang menjadikan tantangan tersendiri bagi penggemar wayang itu.

 

“Namun, Alhamdulillah bahwa segala tantangan yang muncul di era 2018 ini, kami bisa atasi dengan beragam langkah yang kami lakukan sehingga kinerja Bank BTN tetap relatif tumbuh dibandingkan dengan tahun-tahun yang lalu. Dan yang paling mengutungkan karena Bank BTN sebagian besar bisnisnya bermain di domestik sehingga dampak atau efek dari pada kondisi global ini relatif sedikit sekali,” katanya saat ditemui Men’s Obsession di kantornya. 

 

Selain itu, di bawah komando Maryono, Bank BTN terus melakukan strategi untuk meningkatkan perusahaannya, yakni dengan memfokuskan kepada efisiensi, misalnya mengurangi biaya-biaya yang tidak perlu. Biaya-biaya tersebut akan dioptimalkan supaya dapat membuat hasil yang lebih produktif dan menjaga bagaimana kredit Bank BTN agar kualitasnya tetap baik. “Kami melakukan komunikasi dan tagihan secara rutin. Itu merupakan salah satu langkah untuk menjaga kredit kami. Kemudian, kami juga mencari dana-dana yang sifatnya low cost funding sehingga satu-satunya cara, yakni masuk ke dalam suatu bisnis yang sifatnya digital banking. Ini bisa menjadi daya tarik agar bagaimana masyarakat atau nasabah bisa melakukan beragam transaksi payment maupun keuangannya di Bank BTN. Dengan begitu, kami bisa meraup dana-dana pihak ketiga yang lock up,” tukasnya.

 

Maryono juga memiliki inovasi dan strategi khusus untuk menghadapi tantangan kedepan, yaitu melakukan percepatanpercepatan suatu transaksi atau kegiatan yang mengacu pada kegiatan digital banking, tidak hanya melayani bermacam produk digital banking saja, tapi setiap transaksi yang ada di operasional Bank BTN harus menuju digital banking. Dengan menuju digital banking, sambungnya, maka Bank BTN mempunyai suatu data yang lebih akurat dan transaran. Sehingga, ini akan bisa menambah kepercayaan dari masyarakat. “Kemudian kami akan masuk ke dalam kegiatan-kegiatan yang sifatnya digital, ini juga akan memberikan suatu layanan paripurna kepada masyarakat karena kami mempunyai market yang sangat masif. Nasabah kami adalah masyarakat retail maka kami perlu memberikan suatu jembatan layanan kepada mereka, bagaimana kami bisa melayani kebutuhan-kebutuhan mereka secara nyaman, aman, akurat, dan transparan,” jelasnya. 

 

Untuk mencapai kesuksesan, Maryono mengaku memerlukan adanya seorang pemimpin yang mau dan berani melakukan transformasi dengan kondisi perubahan yang ada di dunia. Kendati demikian di Bank BTN, Maryono menempa generasi milenial agar mempunyai semangat juang yang tinggi dan bisa melahirkan banyak inovasi sehingga berdampak baik untuk kemajuan perusahaan. “Kami mempunyai tenaga milenial kurang lebih 70 persen sehingga inilah yang akan kita tempa, bagaimana mereka mempunyai skill yang profesional, skill yang jiwanya sales, serta memiliki skill untuk menemukan inovasi-inovasi baru. Namun yang terpenting adalah bagaimana menempa orang-orang ini mampu menerapkan atau mengimplementasikan budaya kerja di Bank BTN dengan disiplin dan kejujurannya,” Maryono menegaskan.

 

Selain itu, guna meningkatkan kinerjanya, Bank BTN berkolaborasi dengan empat startup. Empat startup tersebut, yakni KYCKI, ManPro, Gradana, dan Buildeco. Kolaborasi ini untuk mendukung bisnis perseroan, di antaranya mempercepat pelayanan kepada nasabah. Dengan berbagai transformasi yang Bank BTN lakukan bukan tidak mungkin, target Bank BTN menjadi global player pada 2025 mendatang akan tergenapi.



Add to Flipboard Magazine.
Komentar:

                         
   

Popular

Photo Gallery

Visitor


Jumlah Member Saat ini: 233250