Search:
Email:     Password:        
 





Suprajarto, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Mengawal BRI Menjadi The Most Valuable Bank In South East Asia

By Iqbal Ramdani () - 18 December 2018 | telah dibaca 2630 kali

Suprajarto, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Mengawal BRI Menjadi The Most Valuable Bank In South East Asia

Naskah: Giattri F.P. Foto: Fikar Azmy/Dok. Humas

Seratus dua puluh tiga tahun sudah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk berdiri. Selama itu pula BRI selalu meningkatkan inovasi produk dan layanannya sehingga bisa mengikuti perkembangan zaman dan semakin mudah diakses masyarakat. Kini, dibawah kendali Suprajarto sebagai direktur utama, BRI telah melakukan lompatan besar dan siap menjadi ‘The Most Valuable Bank in South East Asia’.

 

S uprajarto merupakan pejabat karier di BRI lebih dari 30 tahun dan sempat menjabat Wakil Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, sebelum diangkat menjadi orang nomer 1 di bank yang meraih Best of the Best Award 2018 dari Forbes Indonesia tersebut. Kepiawaian penggemar soto betawi itu dalam mengelola perusahaan perbankan, memang tak perlu disangsikan sehingga BRI tetap konsisten mencetak kinerja cemerlang, meskipun di tengah ancaman suku bunga yang terus meningkat. Hal itu bisa dilihat dari pencapaian BRI pada kuartal III 2018 yang berhasil membukukan pertumbuhan laba bersih di angka 14,6 persen menjadi Rp23,5 triliun. Bank yang berdiri sejak 16 Desember 1895 ini juga mampu mencatatkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan kredit di atas rata-rata industri. 

 

Sementara, rasio kredit macet atau nonperforming loan (NPL) gross masih terjaga di angka 2,5 persen. Lebih rendah dibandingkan rata-rata industri yang bertengger di angka 2,7 persen. Hebatnya lagi, dibawah pimpinan bankir bertangan dingin ini, BRI kokoh menjadi bank terbesar di Tanah Air. Aset BRI mencapai Rp1.183,36 triliun per September 2018. Selain itu, BRI pun mampu mempertahankan posisi sebagai bank dengan pencetak laba terbesar di Indonesia sejak tahun 2005. Besarnya jumlah karyawan dan unit kerja serta perangkat satelit yang dimiliki BRI menjadi motivasi tersendiri bagi Suprajarto untuk terus konsisten memberikan yang terbaik bagi perseroan. “Dengan 130.000 Pekerja dan lebih dari 10.000 unit kerja, serta punya satelit, saya berkewajiban untuk terus konsisten menghadirkan kinerja terbaik bagi perseroan,” tegas penyandang gelar doktor Manajemen Bisnis dari Universitas Padjadjaran, Bandung itu.

 

Industri perbankan saat ini tengah menghadapi sebuah tantangan baru, yaitu revolusi industri 4.0. BRI sebagai bank terbesar di Indonesia tidak berdiam diri menghadapi hal tersebut. BRI terus beradaptasi dengan bertransformasi melalui digitalisasi perbankan dalam produk dan juga layanannya. BRI telah menjadi pionir dalam mendorong inklusi dan literasi keuangan melalui sentuhan teknologi, dengan tetap fokus pada core business-nya, yaitu pemberdayaan UMKM.  BRI juga turut berperan aktif menjalankan fungsi sebagai agent of development dengan berkomitmen penuh menyukseskan berbagai program pemerintah yang bertujuan untuk pemerataan ekonomi masyarakat, seperti KUR, penyaluran Bantuan Sosial Non Tunai, Kewirausahaan Pertanian, BumDes, penyaluran Dana Desa, serta proyek strategis nasional lainnya.

 

Terkait KUR, hingga 31 Okotober 2018, BRI telah menyalurkan KUR sebesar Rp78,5 triliun kepada hampir 4 juta debitur.  Realisasi ini setara dengan 98,8 persen dari target penyaluran sampai akhir tahun 2018 yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yakni sebesar Rp79,5 triliun.  Dari total KUR yang sudah disalurkan tersebut, 42,5 persen di antaranya telah disalurkan ke sektor produktif, yakni pertanian, perkebunan,  perikanan, dan industri pengolahan. Maka tak ayal, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI memberikan penghargaan kepada BRI sebagai Penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR) Terbaik I tahun 2018.  “Kami juga mendukung program pemerintah dalam mendorong penerapan pengelolaan pertanian secara korporat (korporatisasi pertanian) di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Hal tersebut dilakukan dengan memberikan dukungan keuangan dalam bentuk KUR dan Kartu Tani kepada petani yang terlibat dalam korporatisasi,” jelas pria ramah itu.

 

BRI juga konsisten melakukan pemberdayaan UMKM melalui Rumah Kreatif BUMN (RKB). RKB merupakan program yang diinisiasi oleh Kementerian BUMN untuk mendampingi dan mendorong para pelaku UMKM dalam menjawab tantangan utama, peningkatan kompetensi, peningkatkan akses pemasaran, dan kemudahan akses permodalan. Hingga akhir Oktober 2018, BRI telah memiliki 53 RKB yang tersebar di seluruh Indonesia dengan anggota lebih dari 300.000 UMKM. Apa yang dilakukan BRI tersebut diganjar penghargaan RKB Terbaik dalam penganugerahan BUMN Hadir Untuk Negeri (BHUN) Awards 2018. “Itu merupakan bukti nyata komitmen BRI untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menurunkan angka kemiskinan. Harapan kami ke depan, BRI akan terus tumbuh dan menjadi bank terbesar tidak hanya di domestik. Namun juga berjaya di industri perbankan global,” ujar peraih Marketeer of The Year tahun 2018 dan The Best Industry Marketing Champion 2018 (dalam sektor perbankan komersial) dari MarkPlus tersebut. 

 

Lebih lanjut Suprajarto menuturkan, ia memiliki cita-cita menjadikan BRI sebagai ‘The Most Valuable Bank in South East Asia’ pada 2022. “Karena kami fokus di mikro. Jadi, ada beberapa parameternya, antara lain 50 persen mikro sudah kami capai, memperkuat bisnis konsumer melalui salary loan dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR), serta presentase UMKM untuk market share di Indonesia harus 21 persen,” ujar Suprajarto. Strategi jitu lain untuk mewujudkan citacita tersebut adalah melakukan transformasi, baik dari human capital, technology, dan businesss process. “Dalam mendorong human capital, saya sampai minta benchmark ke luar negeri. Bukan kami luar negeri minded, tapi memang kalau sudah bicara global, ya harus belajarnya global. Kemudian, teknologi terus kami kembangkan dan eksplor, termasuk di dalamnya kami bersinergi dengan beberapa potensi, antara lain kami menggarap BPJS seluruh Indonesia sehingga kami bisa samasama besar.

 

Kami juga akan menggali potensi yang memang menjadi program pemerintah, seperti pengembangan Bumdes. Ini arahnya ke sana karena wirausaha petani itu juga salah satu yang bisa mengakselerasi BRI ke depan untuk menguasai dari hulu dan hilir,” urai Suprajarto penuh semangat. Menutup pembicaraan, ia menuturkan harapannya untuk BRI di usia yang ke-123 tahun, “BRI sudah sangat besar. Ibaratnya kapal induk yang harus dijaga baik kecepatan, arahnya, jalurnya supaya tidak salah sehingga saya berharap BRI tetap terus fokus di bisnis mikro, kecil, dan menengah,” pungkasnya.

 

 

Nikmati dan Ikhlas

Optimistis adalah sebuah kata yang menggambarkan Suprajarto. Betapa tidak, ia dikenal sebagai sosok yang berani keluar dari zona nyaman untuk mengejar target di luar kemampuan. Mungkin bagi sebagian orang hal tersebut dianggap sebuah momok. Namun, suami Jenny Rachman ini percaya, target yang dibidik jauh di atas standar akan memecut seseorang meraih kesuksesan. “Saya selalu sampaikan ke teman-teman, buat target itu yang tinggi. Tidak boleh standar. Bahkan saya memasang target di luar kemampuan. Sebab, kalau menaruh target sesuai kemampuan, itu standar. Hasilnya pun akan standar. Dengan mematok target di luar kemampuan, kita akan mengeluarkan seluruh potensi yang kita miliki. Hasil yang dicapai pun akan di atas standar atau melebihi pencapaian yang seharusnya.” tegas pria berdarah Jawa tersebut.

Lebih lanjut ia menuturkan, kesuksesan yang ia raih saat ini juga tak lepas dari pesan mendiang sang ayah yang dipegangnya hingga saat ini. “Ayah saya bekerja sebagai pamong praja yang merintis kariernya dari bawah, pernah menjadi camat di beberapa daerah di Yogyakarta. Hal yang saya pelajari darinya adalah ia sosok pekerja keras dan cukup punya waktu untuk mendidik anaknya. Ia juga selalu berpesan, ‘Kamu kalau bekerja berikan yang terbaik kepada tempatmu bekerja, jalani dengan ikhlas, dan nikmati’. Itu yang terbawa dalam kesehariannya saya,” pemimpin visioner tersebut mengungkapkan. Sehingga, sambung Suprajarto, apapun yang dikerjakan, ia tidak merasa terbebani dan tertekan. “Dengan begitu kita bisa berekspresi atau berinovasi lebih maka setinggi apapun target yang kita kejar pasti bisa tercapai. Tak kalah penting, menikmati pekerjaan dan menjalaninya dengan ikhlas, menuntun kita untuk selalu berserah diri dan bersyukur kepada Tuhan,” imbuhnya.

 

Di luar itu, Suprajarto adalah bankir yang terus mengasah kemampuannya agar mampu beradaptasi secara baik dengan setiap perubahan yang terjadi. “Saya tidak pernah berhenti belajar untuk merespons setiap perkembangan. Dunia perbankan ini kan berkembang sangat dinamis,” paparnya. Kendati demikian, di usianya yang menginjak kepala enam, Suprajarto menggarisbawahi, ‘melek digital’ adalah sebuah keharusan. “Karena saya diberi amanah memimpin BRI yang sekarang sudah masuk ke dalam industri 4.0. Kalau saya tidak ikuti, anak-anak di bawah ini tidak terarahkan dengan baik, kami akan ketinggalan. Paling tidak ngertilah, walaupun detailnya urusan direktur teknologi, tapi kami harus mengerti arahnya harus ke mana,” jelas kelahiran 28 Agustus 1956 itu.

 

Dengan segudang kesibukan, Suprajarto adalah sosok yang selalu menjaga work-life balance, “Di sela kesibukan, kita harus santai. Jangan memaksakan diri kalau sudah capek ya harus istirahat. Ini juga yang selalu saya sampaikan ke anak-anak,” urainya. Selain itu, kalau ada waktu setiap akhir pekan, ia selalu menyempatkan diri untuk berolahraga sesuai hobinya, seperti bersepeda atau bermain golf untuk melepas penat. “Saya lebih sering menghabiskan waktu di lapangan golf,” tambah pria yang juga gemar mengoleksi keris tersebut. Ketika ditanya seberapa besar peran keluarga dalam kesuksesan kariernya, dengan lugas ia menjawab, “Peran keluarga tentu sangat besar. Keluargalah yang menjadikan saya seperti saat ini. Sebab, semua dimulai dari keluarga. Keluargalah yang memberikan dorongan kepada saya untuk terus semangat dan belajar terus-menerus untuk menjadi lebih baik.” Peraih predikat Tokoh Profesional Terbaik dalam ajang Indonesia Awards 2018 ini pun merasa sangat bersyukur, istri dan buah hati tercinta mampu mengerti kesibukan dirinya.

Membangun The Dream Team

Belum lama ini, Men’s Obsession mendapat kesempatan untuk berbincang eksklusif dengan Direktur Utama BRI Suprajarto di kantor pusat BRI, Jakarta. Sebelum bertemu orang nomor 1 di BRI tersebut, kami disambut oleh beberapa staf Suprajarto yang masih muda. Ya, memang kini dari 130.000 karyawan Bank BUMN ini sekitar 65 persennya adalah generasi milenial. Para staf tersebut mengenakan pakaian kasual, salah seorang dari mereka berkata, memang dua hari dalam lima hari kerja, mereka diperbolehkan untuk mengenakan pakaian kasual. Banyaknya generasi milenial di perbankan pelat merah ini bukan tanpa alasan, seperti yang diungkapkan Menteri BUMN Rini M. Soemarno, perusahan BUMN dapat bertahan lama dengan memaksimalkan potensi generasi milenial.

 

Tidak hanya untuk mewujudkan kerangka regenerasi dan kesinambungan perusahaan di masa depan, ia mengatakan, optimalisasi Generasi Y diperlukan untuk meningkatkan daya saing perusahaan baik di dalam maupun luar negeri. Apalagi, sambungnya, saat ini keadaan cepat berubah di tengah arus perkembangan teknologi yang tak pernah berhenti. Hal itu juga diamini Suprajarto ketika ditanya soal peran generasi ‘zaman now’ dalam kesinambungan perusahaan. Perbincangan menarik kami tak henti sampai di situ, selama kurang lebih tiga puluh menit, Suprajarto juga mengupas bagaimana jurus jitu BRI menghadapi tantangan zaman, target dan langkah strategis BRI ke depan, hingga nilai-nilai yang ia pegang dalam berkarier. Berikut petikan wawancara Men’s Obsession dengan pria yang dikenal ramah dan dekat dengan karyawannya itu:

 

Bagaimana Bapak membangun teamwork?

Sebagai pemimpin di sini, saya harus memilih orang-orang yang tepat, sesuai dengan bidangnya masing-masing. Direksi sekarang memang betul-betul luar biasa karena memang sudah pilihan yang pas dengan background experience yang mumpuni. Ini The Dream Team yang akan mempimpin BRI ke depan. Kalau saya sudah tidak menjadi Dirut, mereka sudah siap menjadi Dirut karena harapan saya kalau Dirut BRI harus dari BRI. Kenapa? Karena yang tahu BRI adalah orang-orang BRI. Kalau orang luar harus belajar banyak lagi. Dari dulu, semua Dirut sudah membuat fondasi bahwa kami fokus di segmen mikro, kecil, dan seterusnya. Kalau ingin ke korporasi boleh, tetapi dalam jumlah yang relatif sedikit.

 

Lalu langkah apa saja yang Bapak lakukan untuk mempersiapkan generasi muda menjadi pemimpin?

Saya sudah mendorong anak-anak milenial untuk memiliki peranan yang strategis supaya mereka terbiasa menjadi seorang pemimpin. Kunci pemimpin adalah mempunyai banyak gagasan, inovasi, kreativitas, dan sebagainya. Jadi, anak-anak muda sudah diarahkan ke sana melalui sejumlah program, antara lain ajang perlombaan, mengirim mereka untuk seminar, short course, baik di dalam ataupun luar negeri. Ini yang menjadi bekal mereka ke depan apalagi di era teknologi saat ini persaingan semakin ketat. Pak Presiden Joko Widodo selalu bilang, saat ini bukan soal yang besar mengalahkan yang kecil, tetapi siapa yang tercepat.

 

Sekarang berarti generasi muda di BRI ini sudah mulai mendominasi?

Saat ini sekitar 65 persen karyawan BRI merupakan generasi milenial dan ini merupakan modal buat kami. Mereka lebih ke digital business, memiliki inisiatif kreatif di beberapa industri, lebih menyukai visual thinking, dan tentu lebih technology friendly dibandingkan dengan kita, lebih efektif, lebih praktis dalam hal pola pikir. Mereka juga lebih ke experience base, interaksi juga lebih banyak, dan aktif di media sosial mulai dari facebook, instagram, hingga twitter. Sekarang saya berkomitmen ke mereka, tidak adalagi urut kacang, senior-junior, siapa yang bisa memberikan yang terbaik, mempunyai kapasitas,dan kapabilitas, itu yang akan diutamakan.

 

Revolusi industri 4.0 telah mengubah wajah perbankan Indonesia. Bagaimana BRI menyikapi hal ini?

BRI melihat ini sebagai hal yang sangat positif. Bagaimana BRI dengan teknologi digital bisa lebih memberdayakan (empowerment) serta bisa lebih dekat dan terlibat (engagement) dengan nasabah. Ini harus menjadi solusi untuk memberikan layanan yang lebih baik.

 

Lantas kira-kira seperti apa wajah perbankan ke depan, terutama dalam menghadapi era digitalisasi?

Industri perbankan, seperti industri-industri lainnya, akan menghadapi disrupsi digital. Karena itu, bank harus berubah dalam menerapkan layanan digital sehingga dapat lebih cepat, lebih baik, dan lebih murah dalam memberikan pelayanan.

 

Gaya leadership yang cocok untuk era digital?

Cepat beradaptasi. Para pemimpin harus mampu mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan yang konstan. Jika tidak, mereka akan tertinggal.

 

Langkah apa saja yang telah dilakoni BRI dalam transformasi perbankan?

Kami berupaya untuk mempertahankan dominasi BRI di segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) melalui digitalisasi proses bisnis. BRI telah memiliki aplikasi bernama BRISpot. Itu merupakan aplikasi yang menggunakan sistem berbasis Android dan koneksi melalui internet. Sistem ini memungkinkan putusan pinjaman mikro dapat dilakukan di tempat sehingga lebih cepat dan paperless.

 

Transformasi juga membawa perubahan dalam budaya perusahaan?

Ya, betul. Perubahan corporate culture diharapkan dapat menjadi satu pilar yang menyokong aspirasi perusahaan dan tantangan bisnis jangka panjang. Budaya kerja yang baru ini diharapkan dapat menjadi pijakan perusahaan dan insan BRI dalam berperilaku, bertindak, dan memiliki value dalam mendukung kinerja perusahaan. Saat ini BRI memiliki lima core value, yaitu integrity, professionalism, trust, innovation, dan customer centric. 

 

Di usia sekarang, apakah Bapak melek digital?

Itu adalah keharusan apalagi sudah memasuki Revolusi Industri 4.0. Kalau saya tidak ikuti, anak-anak di bawah ini tidak terarahkan dengan baik, kami akan ketinggalan.

 

Saat ini BRISAT sudah berjalan 3 tahun, bagaimana progres dan evaluasinya?

BRISAT adalah sesuatu yang memberikan kontribusi luar biasa pada efisiensi bisnis BRI. Satelit ini berfungsi sebagai jaringan komunikasi agar outlet yang jauh bisa melayani nasabah dengan baik. Bank harus melayani secara real time. Bahkan, banyak hal yang bisa diselesaikan dengan satelit, seperti memantau kinerja karyawan misalnya. Namun yang lebih penting dari memiliki satelit sendiri adalah reputasi. Beberapa waktu lalu saat Satelit Telkom-1 bergeser, kami tidak mengalami gangguan yang signifikan sehingga reputasi kami tetap terjaga. Reputasi ujungnya adalah trust. Trust merupakan modal utama bagi industri perbankan. Mimpi saya kalau ada kesempatan, kami bisa menambah satelit lagi sebagai cadangan yang sudah ada di orbit. Kalau sekarang sudah ada yang Ku-Band sama C-Band, saya berharap punya L-Band karena coverage-nya lebih rendah sehingga nanti semua bisnis yang harus dengan teknologi itu bisa lebih maju. 

 

Lalu apa target BRI di tahun 2019?

Kami sudah punya milestone, kami mendorong UMKM, teknologi, dan human capital agar lebih bisa beradaptasi dengan perkembangan global. Yang jadi acuan saya adalah global bukan domestik karena kalau mengacu pada domestik akan ketinggalan, tapi kalau mengacu pada perkembangan global, kami bisa selangkah lebih maju dibandingkan dengan yang lain.

 

Bisa dijelaskan langkah strategis BRI ke depan? 

Kami terus menganggarkan belanja modal untuk memperluas bisnis anak usaha, akuisisi, maupun menambah anak usaha. Tahun ini kami menambah tiga anak perusahaan, yakni PT Danareksa Sekuritas, PT Danareksa Investment Management, dan PT Bahana Artha Ventura. Danareksa Sekuritas, kenapa? Karena kami ingin bergerak di bisnis keuangan secara terintegrasi. Karena potensinya luar biasa. Dari nasabah kami saja, banyak yang mau menerbitkan obligasi, Initial Public Offering (IPO), serta right issue. Akhirnya orang lain yang pegang. Setelah kami mengakuisisi Danareksa, banyak sekali potensi yang bisa kami dapatkan. Lagipula jaringan BRI ada di mana-mana. Saya ingin masyarakat Indonesia mengenal saham sesuai kampanye Bursa Efek Indonesia, Yuk Nabung Saham.

 

Dengan adanya BRI dan Danareksa maka masyarakat Indonesia akan mengerti seperti apa pasar modal.  Investment management sangat perlu karena banyak yang akan kami lakukan. Bahkan, untuk asuransi, kami juga akan mempersiapkan perusahaan asuransi syariah untuk melengkapi BRI Syariah. Jadi semuanya terintegrasi dari hulu dan hilir. Kategori nasabah kami  sangat bervariasi, mulai dari swasta  besar, menengah dan kecil. Begitu pula BUMN besar, menengah dan kecil. Dan, mereka belum kami garap semuanya. Kalau modal ventura untuk platform Fintech. Kami juga tengah mempertimbangkan untuk masuk aplikasi remittance di luar negeri agar potensi TKI kita di luar sana tidak diambil oleh yang lain. Kami juga akan terus mendorong kinerja anak-anak perusahaan, baik BRI Syariah, BRI Agroniaga, BRI Multifinance, dan BRI Life.

 

Tahun depan, saya pastikan AGRO dan BRI Syariah statusnya sudah meningkat menjadi bank umum kelompok usaha (Buku) III. BRI Multifance juga akan kami dorong terus. Mudah-mudahan dengan berbagai upaya tadi, Insya Allah, kami bisa berlari kencang ke depan meninggalkan yang lain sehingga bukan hanya menjadi bank domestik kebanggaan Indonesia, tetapi saya ingin bank kebanggaan Indonesia mampu berkiprah di global.

 

Tapi Bapak optismistis?

Insya Allah pasti karena tahapannya sudah kami siapkan matang.

 

Tokoh perbankan yang menjadi inspirator bagi Bapak?

Pendahulu-pendahulu BRI di sini banyak orang hebat, seperti Pak Kamardy Arief, Pak Djoko Santoso Moeljono, termasuk almarhum Pak Rudjito karena saat kita tidak terpikir IPO, beliau masuk di sini ada IPO. Kemudian, Pak Sofyan Basyir dengan naluri dagangnya. Jadi, dia membawa bisnis bank ini seperti orang dagang saja, untung-rugi, untung-rugi, tetapi ternyata cukup tumbuh spektakuler. Pak Sofyan juga terhadap sesuatu cermat dan dia sosok yang sederhana.

 

Menurut Bapak nilai-nilai apa saja yang harus dipegang untuk menjadi bankir andal?

Hal yang dibutuhkan untuk menjadi bankir yang andal dan dipercaya adalah memiliki integritas, keahlian, dan tanggung jawab sosial yang tinggi, serta wawasan yang luas agar mampu melaksanakan manajemen bank secara profesional. Saya selalu berupaya untuk memegang nilai-nilai tersebut. Hal penting lainnya, saya harus menjalani pekerjaan dengan hati yang ikhlas. Kecuali itu, saya tidak pernah berhenti belajar. Itu merupakan salah satu upaya saya untuk mengasah kemampuan. Saya terus belajar untuk merespons setiap perkembangan. Dunia perbankan ini kan berkembang sangat dinamis. Bankir yang andal harus melaksanakan dua hal penting, yaitu dapat menciptakan laba dan menciptakan iklim bisnis perbankan yang sehat. Namun dalam menciptakan laba tersebut, bankir harus tetap terkendali atau hati-hati (prudent).

 

Obsesi Bapak ke depan? 

BRI saat ini sedang melakukan transformasi dan tahun depan transformasi itu sudah on the track. Tentu yang menjadi harapan bukan hanya menjadi bank terbesar di Indonesia, tetapi paling tidak di Asia Tenggara.



Add to Flipboard Magazine.
Komentar:

                         
   

Popular

Photo Gallery

Visitor


Jumlah Member Saat ini: 233250