Search:
Email:     Password:        
 





Phubbing Semakin Mengancam!

By Iqbal Ramdani () - 28 June 2018 | telah dibaca 7190 kali

Phubbing Semakin Mengancam!

Naskah: Sahrudi Foto: Istimewa

Pernahkah Anda melihat dalam sebuah meeting ada salah seorang peserta yang sibuk dengan smartphone nya tanpa memedulikan orang-orang di sekitarnya? Atau, seseorang yang berjalan di tempat umum sembari memainkan gadget tersebut? Begitulah perilaku pengidap phubbing.

 

Phubbing adalah akronim dari “phone snubbing“  atau dapat dikiaskan sebagai ketergantungan manusia modern dengan piranti canggih telekomunikasi alias gadget. Munculnya istilah phubbing itu diawali oleh Alex Haigh, mahasiswa Australia yang magang di perusahaan periklanan terkenal McCann di Australia. Ia kemudian direkrut menjadi pegawai tetap di sana. Film berjudul A Word is Born merekam keseluruhan proses penciptaan istilah baru ini dan menjadi iklan untuk Macquarie Dictionary Australia. Bulan Mei 2012, McCann Melbourne bersama Macquarie Dictionary, mengundang para lexicographers (editor/penyusun kamus), penulis buku dan puisi untuk memperkenalkan kata phubbing di media dengan kampanye Stop Phubbing.

 

Dampak phubbing cukup berat dan dirasakan belakangan ini, di antaranya bisa merusak hubungan sosial masyarakat saat ini. Pakar hubungan dari The Hart Centre Australia, Julie Hart, menegaskan, phubbing dapat menumpulkan beberapa faktor dalam hubungan antar individu. Bahkan menurut penelitian itu, efek phubbing sangat fatal karena faktanya 46 persen pasangan melakukan phubbing dan 22 persen di antaranya mengatakan, perilaku ini telah menyebabkan ketegangan di dalam hubungan.

 

Sementara, menurut penelitian “Phubbed and Alone” yang dilakukan Meredith David dan James A. Roberts dari Universitas Baylor di Waco, Texas, saat ini orang mengecek ponsel sebanyak 150 kali sehari.  Suasana dengan orang-orang yang seperti itulah yang kini disebut sebagai phubbing. Jadi, tak berlebihan kalau dalam situs web populer ‘PsyBlog’ yang didirikan psikolog Inggris Dr. Jeremy Dean, ada artikel yang menuliskan phubbing sebagai “the modern way to ruin relationships” atau  cara modern untuk merusak hubungan. Karena faktanya memang demikian. Sejatinya, phubbing ini sudah muncul sejalan dengan perkembangan gadget di dunia. Namun baru terasa menjadi problema pada belakangan ini. Ponsel yang awalnya dirancang untuk mempermudah komunikasi kini justru menjadi penghalang hubungan sosial antar pribadi. 

 

“Dalam interaksi sehari-hari dengan orang lain, orang sering beranggapan bahwa gangguan sesaat yang disebabkan ponsel bukanlah masalah besar. Namun, temuan kami menunjukkan bahwa banyak pasangan yang tengah menghabiskan waktu bersama tetapi terganggu oleh salah satu individu yang memperhatikan telepon genggamnya,” kata Meredith. Artinya, individu yang lain akan merasa terabaikan dan semakin kecil kemungkinannya untuk puas di dalam hubungan itu. Mungkin banyak yang menganggap phubbing ini cuma hal sepele. Tapi menurut Emma Seppala, psikolog Standford dan Yale University, phubbing bertujuan agar kita bisa berhubungan dengan orang lain via chat atau medsos. Ironisnya, ini justru bisa menghancurkan hubungan kita dengan orang yang sedang bersama dengan kita.

 

Menurut para psikolog yang mempelajari perilaku manusia, persoalan phubbing ini terkait dengan pertumbuhan manusia.  Pada awal munculnya phubbing, banyak orang malu atau sungkan melakukannya. Mengapa? Sebenarnya tindakan mengabaikan orang lain dalam sebuah lingkungan sosial adalah sikap antisosial. Namun bila dilihat lebih dalam, bahwa fenomena phubbing ini mungkin kelanjutan gambaran dari sikap patuh atau kebersamaan yang sudah ada jauh sebelum smartphone atau gadget mengubah mereka menjadi sebuah kegusaran.

Phubbing Semakin Mengancam!

Cikal Bakal Antisosial

Dulu, ketika televisi (TV) menjadi merajai dunia IT para psikolog pernah memperdebatkan soal pengaruh menonton TV yang membuat interaksi dengan orang lain berkurang karena individu terpaku pada layar TV. Lalu bagaimana jika dibandingkan dengan fenomena phubbing sekarang? ternyata menonton TV menjadi lebih ‘ringan’ lantaran phubbing menyita lebih banyak waktu daripada menonton TV.  Dalam sebuah artikel menarik yang dimuat di Chinadaily.com, phubbing dapat mengancam putusnya hubungan dalam keluarga, persahabatan bahkan mampu mengancam terputusnya relasi. Perilaku phubbing yang mengabaikan dan tidak memedulikan orang lain yang tengah bersama dengan Anda akan mengancam ketidakpercayaan orang terhadap anda. Ada beberapa dampak yang didapatkan dari phubbing ini. Beberapa di antaranya yaitu akan menjadi antisosial karena kita hanya fokus bermain smartphone kita tanpa bersosial di dunia nyata karena fokus terhadap smartphone-nya.

Phubbing Semakin Mengancam!

Dari Nomophobia Hingga Dry eye sindrom

Sebenarnya, efek buruk smartphone tak hanya phubbing tapi juga banyak hal terkait problem kesehatan mulai dari masalah postur hingga yang terkait kejiwaan. Sebuah studi oleh Nokia seperti dikutip mailonline mengungkapkan bahwa beberapa orang memeriksa ponsel mereka hingga 150 kali setiap sehari. Hal ini dapat memicu masalah kesehatan seperti “text claw” dan “iPosture”. Phil Reed, profesor psikologi di Swansea University dan pakar kecanduan internet, menjelaskan sejumlah ciri-ciri kecanduan telepon. “Mereka bisa jadi sulit tidur, berbohong tentang menggunakan telepon mereka di hadapan teman-teman dan keluarga - sembunyi-sembunyi mengecek telepon, dan cemas jika tidak terhubung hingga berakibat negatif pada suasana hati.” Dr Reed mengungkapkan masalah kesehatan akibat kecanduan smartphone sebagai berikut :

 

Nomophobia No - mobile - phone - phobia, atau nomophobia, istilah ketika orang cemas akibat kehilangan ponsel, kehabisan baterai, tanpa pulsa, atau tidak ada jaringan. Gejalanya antara lain tidak bisa mematikan ponsel, sebentar-sebentar mengecek ponsel, terus menerus mengisi baterai, dan membawa ponsel ke kamar mandi.


Sleep texting Orang yang benar-benar kecanduan dengan smartphone bahkan bisa berkirim teks saat tidur. Umumnya, sleep texting terjadi pada dua jam pertama ketika orang tidur dan secara tidak sadar mereka mengirim pesan.


Cybersickness Ini adalah efek samping dari fitur tiga dimensi iPhone dan iPad. Masalah tersebut terjadi ketika otak tertipu untuk percaya adanya gerakan padahal sebenarnya tidak ada gerakan. Hal itu dapat memicu mual dan pusing serta mata tegang.

Text claw Terlalu banyak mengetik di smartphone dapat menimbulkan rasa nyeri dan kram pada jarijari, pergelangan tangan dan lengan bawah. Gejala tersebut dapat dikurangi dengan menggunakan sentuhan ringan pada keypad, tidak mencengkeram telepon terlalu keras dan menjaga postur tubuh dengan baik karena otot leher terhubung ke otot ibu jari .


iPosture Hal ini mengacu pada masalah akibat menundukkan kepala saat menatap layar komputer maupun smartphone. Kepala manusia beratnya sekitar lima kg sehingga jika menunduk terlalu lama maka tulang belakang mendapat tekanan lebih yang bisa mendatangkan nyeri leher, kepala, dan bahu.


Screen sightedness Jumlah kasus rabun akibat terlalu lama menatap layar komputer telah melonjak naik dan diperkirakan akan naik 50 persen dalam 10 tahun mendatang.


Dry eye sindrom Saat orang berkonsentrasi menatap layar komputer, tingkat kedipan berkurang hingga hanya sepertiganya. Hal ini mengakibatkan sindrom mata kering yang bisa menyebabkan kerusakan mata permanen.


Insomnia Gadget yang digunakan sebelum tidur dapat mengganggu siklus tidur. Cahaya terang yang dipancarkan oleh gadget Anda menekan pelepasan melantonin (hormon yang berfungsi untuk membantu proses tidur) yang diproduksi oleh tubuh kita saat keadaan gelap atau tanpa cahaya. Cahaya tersebut menjaga pikiran untuk memasuki “default mode network”, yaitu kondisi setengah sadar. Insomnia yang sangat kronis dapat menyebabkan kematian karena penderita insomnia beresiko tinggi terkena penyakit jantung, hipertensi, dan diabetes. Insomnia akibat penggunaan gadget dapat dicegah dengan menghentikan penggunaan gadget
satu sampai dua jam sebelum tidur guna mengurangi efek pancaran cahaya yang menghambat  produksi melantonin.


Depresi Facebook Sebuah kelompok dokter di Amerika Serikat memperingatkan bahwa para remaja dapat menjadi begitu terobsesi dengan Facebook dan mengorbankan kesehatannya. American Academy of Pediatri menyatakan anak-anak yang diabaikan di situs jejaring sosial akan lebih tertekan daripada diabaikan dalam kehidupan nyata.Mereka memperingatkan risiko kesehatan mental anak yang menjadi korban cyber-bullying dan menegaskan bahwa penggunaan beberapa website dalam jangka panjang dapat mempengaruhi pola tidur dan tingkat harga diri.


Scrotal Hyperthermia Penelitian menunjukkan bahwa ketika kita memangku laptop, laptop bisa meningkatkan suhu di sekitarnya menjadi lebih dari 6 derajat. Untuk para pria, ketika testis lebih hangat, produksi sperma akan berhenti.


Laptop thighs (eritema ab igne) Biasa juga disebut “toasted-skin syndrome” terjadi ketika casing mencapai dibawah 110 derajat, meninggalkan kaki bopeng dengan luka bakar hitam, meskipun hanya ada segelintir kasus yang terkait dengan penyakit ini.


Texting Thumb (Tendinitis) Penggunaan jari atau tangan pada gadget dalam waktu yang lama, secara bertahap bisa melukai otot-otot, tendon, dan saraf. Cedera di bagian jempol biasa disebut Blackberry Thumb; dan cedera di tangan disebut iPad Hand. Jenis cedera yang paling parah memiliki gejala seperti nyeri, mati rasa, dan kerusakan otot di tangan serta jari dan memerlukan pembedahan untuk pengobatan



Add to Flipboard Magazine.
Komentar:

                         
   

Popular

Photo Gallery

Visitor


Jumlah Member Saat ini: 233250