Search:
Email:     Password:        
 





Dr. H.M Aziz Syamsuddin The Rising Star di Pucuk Beringin

By Benny Kumbang (Editor) - 12 May 2016 | telah dibaca 8912 kali

Dr. H.M Aziz Syamsuddin The Rising Star di Pucuk Beringin

Naskah: Tim Redaksi OMG, Foto: DOk. MO/Istimewa

Tak banyak politisi muda yang memiliki pandangan visioner dan jiwa leadership serta ketulusan dalam berpolitik. Dari yang tidak sedikit itu, Haji Muhammad Aziz Syamsuddin adalah salah satunya.

 

Dimana ia berada, di situlah ia menoreh prestasi. Ya, begitulah Aziz Syamsuddin. Ia adalah sosok anak muda multi talenta, cerdas, energik dan syarat prestasi. Pernah sukses sebagai bankir, dan mumpuni saat berkarier sebagai pengacara, mantan Ketua Umum DPP Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), ini akhirnya memilih berlabuh di dunia politik dengan Partai Golkar sebagai wahananya.


Sebagaimana di karier sebelumnya, di politik ia juga memperlihatkan diri sebagai sosok yang cemerlang. Betapa tidak, ketika pria kelahiran Jakarta, 31 Juli 1970, ini berkiprah di partai berlambang pohon beringin dan mencalonkan diri sebagai calon anggota legislatif pada Pemilu tahun 2004, ia mampu meraup dukungan cukup signifikan, sebesar 46, 261 suara (11, 30 % dari total suara pemilih) untuk Daerah Pemilihan (Dapil) II Provinsi Lampung. “Alhamdulillah, berkat kehendak Allah SWT, saya mendapatkan kepercayaan masyarakat Lampung sebagai anggota DPR untuk periode 2004-2009,” ungkap peraih gelar Master Applied Finance (MAF) dari University of Western Sydney, Australia, ini dengan rendah hati.


Apa yang dimiliki Aziz saat ini, jelas karena tempaan orang tuanya yang selalu mendidiknya secara disiplin dan relijius. Ayahnya H. syamsuddin Rahim yang juga seorang pejabat di salah satu ban BUMN dan sang Ibu Hj. Chosiyah Hayum, guru ngaji kelahiran Karanganyar, Sumatera Selatan.


Sebagai anak bungsu dari lima bersaudara, Aziz mendapatkan perlakuan yang sama dengan keempat kakaknya. Diberikan kasih sayang namun tidak dengan memanjakan secara berlebihan. Meski dari keluarga berkecukupan, jangan harap Aziz mendapat keistimewaan dalam soal materi. Uang jajan sekolahnya sejak SD hingga kuliah bahkan harus dijatah.


Karena sang ayah adalah seorang bankir yang kerap bertugas memimpin bank diseluruh daerah, membuat masa kanak-kanak dan remaja Aziz Syamsuddin banyak dihabiskan di berbagai kota di Indonesia. Hal itu membuat ia banyak mengenal karakter orang di berbagai daerah. Tapi, meski harus berpindah-pindah sama sekali tak mempengaruhi prestasi belajarnya. Ia selalu masuk ranking lima besar sejak SD hingga SMA. Tak heran ketika duduk di SMA Negeri 2 Padang, sumatera Barat, prestasinya itu telah mengantarkannya ke kursi Fakultas Ekonomi Universitas Andalas, Padang melalui jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) yang artinya ia lulus masuk perguruan tinggi negeri tersebut tanpa harus mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa baru.


Namun keasyikannya sebagai mahasiswa di Padang terpaksa harus ditinggalkan karena ia kembali mengikuti tugas sang ayah yang kali itu dipromosikan ke Jakarta. Sesampainya di Ibu kota, dia langsung mencari perguruan tinggi yang bisa mengaplikasi atau menerima konversi nilai SKS mata kuliah ekonomi yang telah diperolehnya di kampus yang lama, supaya dia tidak perlu kuliah mulai dari semester pertama lagi. Pilihannya terpaut pada Fakultas Ekonomi, Universitas Krisnadwipayana (FE-Unkris). Namun ia masih merasa perlu menambah ilmu lagi, sehingga setahun kemudian Aziz mendaftar ke Fakultas Hukum Universitas Trisakti (FH-Usakti), dan sore harinya kuliah ekonomi di Unkris.


Meski kuliah di dua perguruan tinggi, ia tidak kehabisan energi untuk aktif dalam sejumlah organisasi intrakampus, baik ditingkat fakultas maupun universitas, mulai dari Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM), Senat Mahasiswa (Sema), hingga Dewan Mahasiswa (Dema). Ia sempat terpilih sebagai salah satu unsur Ketua Dema Usakti pada 1992.


Ilmu ekonomi dan hukum yang dimilikinya mulai dirasakan manfaatnya ketika ia mulai bekerja di PT. AIU Insurance, perusahaan joint Venture antara Indonesia dan Amerika Serikat yang memfokuskan diri para asuransi jiwa dan asuransi kerugian. Kemudian pindah dan bergabung dengan PT Panin Bank sebagai Officer Development program (OPD) VII dengan tugas utama pada bidang Operational Banking.


Namun ia meninggalkan kesuksesan tersebut dan memilih untuk memaksimalkan kemampuannya di bidang hukum. Sejumlah firma hukum berminat merekrutnya namun ia lebih memilih untuk bergabung di Gani Djemat & Partners (GDP) Law Officer.


Pria yang sempat mendapat penghargaan sebagai lawyer terbaik di Gani Djemat & Partners Law Office, ini kemudian mendapat kesempatan untuk melanjutkan studi hukum tentang pasar modal di University Of Western Sydney, Napena, Australia. Setelah menyandang gelar Master Of Applied Finance (MAF), Aziz kembali ke Gani Djemat & Partners sembari mengambil studi S2 di Universitas Padjajaran (Unpad), Bandung, dengan spesialis bidang Hak Asasi Manusia (HAM).


Suami dari Nurlita Zubaedah, akhirnya kepincut dengan dunia politik dan membuatnya harus memutuskan untuk pindah jalur ke politik praktis. Ia memilih Partai Golkar karena sudah tertarik partai berlambang beringin ini sejak duduk di SMA. Ia merintis karier politiknya dari bawah sebagai anggota penasehat DPD Partai Golkar Kabupaten Tulang Bawang, Lampung dan aktif di DPP Kosgoro 1957. Sampai kemudian masyarakat mempercayainya kembali menjadi wakil rakyat pada Pemilu 2009 dan duduk sebagai Sekretaris Fraksi Partai Golkar.


Mengingat karier politiknya yang cemerlang dan semua dimulai dari bawah hingga menduduki jenjang kepengurusan baik di DPP dan Fraksi, tak ada yang salah jika kemudian banyak pengurus Partai Golkar di daerah yang menghendaki ia memimpin Partai Golkar dengan menjagokannya sebagai Calon Ketua Umum Partai Golkar dalam Munas Luar Biasa tahun 2016 ini. (Sahrudi)

Menjaga Kesehatan Lahir Batin, Itu yang Utama

“Kita mati kan tidak membawa harta. Yang dibawa mati adalah keyakinan”

Di tengah-tengah kesibukannya, Aziz masih menyempatkan diri menyalurkan hobi yang disukainya sejak muda, yakni membaca. Segala jenis buku dilahapnya setiap malam, tak terkecuali buku-buku religi dan tafsir Alquran. Aziz mengaku, dari situlah ia mendapatkan pemahaman dan makna menjalankan hidup di dunia yang hanya sementara ini. Dari situ pula ia belajar memaknai serta menjalankan hidup dengan ikhlas tanpa beban.


Baginya, apapun yang dikerjakannya sehari-hari terutama jabatan dan pekerjaan merupakan ibadah yang harus dilakoninya dengan ikhlas. “Dengan berpegang pada prinsip itu, saya menikmati apa yang saya lakukan. Karena saya yakin, jika niatnya benar maka apapun yang saya lakukan akan dinilai oleh Allah sebagai ibadah,” tuturnya kepada Men’s Obsession. Aziz menambahkan, dengan ‘nawaitu’ ibadah, maka jika apa yang dikerjakan tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan, ia tak lantas menjadi kecewa, “ya memang belum diridhoi Tuhan, ya jangan ngotot,” ucapnya santai.


Hal itu pula yang membuatnya bisa menjalani hidup dengan ikhlas, tenang serta tidak ambisius dalam mengejar sesuatu. Itu pula yang selalu ditanamkan kepada kedua buah hatinya, Syafira Harum dan Karim Nugroho Syamsuddin. “Saya tanamkan hal itu ke anak-anak saya. Punya ambisi boleh tapi jangan ambisius. Karena kalau ambisius Anda akan menghalalkan segala cara. Nah pada saat menghalalkan segala cara itulah setan akan menggoda. Anda sudah tidak bisa kontrol diri Anda,” ujarnya.


Ya, dalam memimpin rumah tangga, Aziz memang selalu menanamkan nilai-nilai relijius kepada kedua buah hatinya. Ia pun tak bosan-bosannya untuk meyakinkan kepada keluarga agar tidak menyayangi segala sesuatu secara berlebihan, termasuk menyayangi anak atau keluarga jangan sampai melebihi kasih sayang kepada Tuhan. Ia pun selalu menekankan bahwa harta bukanlah segala-galanya, sehingga jangan sampai kita menjadi terbuai oleh harta duniawi. “Kita mati kan tidak membawa harta. Yang dibawa mati adalah keyakinan,” ucapnya serius.   


Selain membaca, Aziz juga menyempatkan diri berolahraga, seperti joging, treadmill dan golf. Untuk menjaga kebugaran tubuh, olahraga telah menjadi kebutuhan baginya, setidaknya setiap pagi selepas sholat subuh, ia menyempatkan diri berolahraga sejenak. Atau jika ada waktu luang meski sedikit waktu, ia meluangkan diri untuk berolahraga ringan. Tak hanya itu, suami dari Nurlita Zubaedah, ini, pun masih menyediakan waktu quality time bersama keluarga tercinta, yang biasanya digunakan untuk sekadar berkumpul bersama atau sesekali menonton film bersama di bioskop.


Agar tak mudah lelah di tengah kesibukannya yang super padat, selain rutin berolahraga Aziz rupanya memiliki resep jitu yang sederhana, yakni mengonsumsi asupan madu murni. “Intinya sehat dari dalam, nikmati saja hidup. Jadi nggak stress dan melakukan sesuatu itu jangan ambisius, jalani on the track saja. Jadi kalau berhasil alhamdulillah, kalau nggak berhasil ya memang belum jalannya, kemenangan yang tertunda juga. Begitu saya selalu melihat pekerjaan dan keseharian saya,” katanya bijak. Dengan begitu, tak heran jika Aziz selalu tampak bugar dan awet muda. (Suci Yulianita)

Percayakan pada yang Muda

“Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kuguncang dunia!”

Begitu penggalan kalimat dalam salah satu pidato Bung Karno semasa menjabat sebagai presiden Republik Indonesia. Dalam buku biografi, “Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia” karya Cindy Adams, kembali muncul kutipan. “Seribu orang tua hanya dapat bermimpi, satu orang pemuda dapat mengubah dunia.”


Sang Proklamator sungguh yakin bahwa masa depan gilang gemilang memang terletak di pundak para pemuda. Bung Karno sendiri sudah membuktikan, ia mampu memimpin revolusi yang memerdekakan Indonesia dan menjabat Presiden RI pertama di usia relatif muda, 44 Tahun.


Pemuda selalu identik dengan sosok individu berusia produktif dan berkarakter khas, yakni penuh sikap optimis, berpikiran maju, dan memiliki vitalitas tinggi, serta selalu mengikuti perkembangan global. Kelebihan pemuda yang paling menonjol adalah mau dan mampu menghadapi perubahan, bahkan kerap menjadi pelopor perubahan itu sendiri.


Sejarah mencatat, begitu banyak pemimpin muda yang membuat gebrakan yang membawa perubahan untuk negaranya. Selain Soekarno, bukankah sebagian inisiator pergerakan dan revolusi Indonesia adalah para pemuda seperti Bung Hatta, Bung Tomo, dr. Wahidin Sudirohusodo, dr. Sucipto, dan lain-lain?


Di era kekinian, kita menyaksikan kiprah membanggakan dari sejumlah pemimpin muda di daerah yang sukses membawa daerahnya menuju perubahan dan kemajuan. Ada Ridwan Kamil di Bandung, Bima Arya di Bogor, Ganjar Pranowo di Jawa Tengah, Zumi Zola di Tanjung Jabung Timur, hingga Rita Widyasari di Kutai Kartanegara.


Atau cobalah tengok ke luar. John .F. Kennedy dan Barack Obama di Amerika Serikat adalah tokoh-tokoh muda yang berhasil di bidangnya. Jika Anda jeli mengamati, sesungguhnya presiden di negara-negara besar semakin lama justru semakin muda.


Singkatnya, pergerakan sebuah bangsa dalam menyongsong kemajuan di segala bidang tidak pernah lepas dari upaya dan kerja keras dari kaum mudanya. Merekalah agent of change yang sesungguhnya. Di pundak merekalah perbaikan dan kemajuan bisa dipercayakan.


Regenerasi Partai Golkar
Dalam konteks yang lebih kecil seperti Musyawarah Luar Biasa (Munaslub) Partai Golkar yang tengah berlangsung di Bali, 15 Mei 2016, prinsip ini pun harus menjadi pertimbangan utama. Zaman sudah berbeda dan menuntut perubahan. Partai Golkar yang kuat, modern, dan mampu mengatasi tantangan masa depan, seharusnya adalah partai yang dipimpin oleh kaum muda.


Dari delapan tokoh yang sudah resmi menjadi calon ketua umum, terdapat sosok tokoh muda Aziz Syamsuddin yang berani tampil sebagai calon pemimpin. Di antara semua calon, Aziz adalah yang termuda (45 tahun). Tak hanya Aziz, karena paket yang diusungnya pun terdiri dari tokoh-tokoh muda berintegritas yang sudah menunjukkan prestasi. Yaitu Bupati Kutai Kartanegara Rita Widyasari, dan anggota Komisi VIII DPR-RI, Bowo Sidik Pangarso.


Tokoh senior Partai Golkar, yang juga Presiden RI ke-3 BJ Habibie dua bulan lalu berpesan agar para senior partai sudah saatnya menyerahkan estafet kepemimpinan kepada para tokoh muda partai.


“Masa depan bangsa di manapun, berada di tangan sumber daya manusia, anak muda. Mumpung Anda masih hidup, bukalah pintu, berikan kepada mereka yang usianya antara 40-60 tahun, harus! Kalau bukan Anda, siapa lagi? Oleh karena itu, Anda harus mengembangkan budaya estafet,” demikian Habibie saat berpidato dalam acara Rapimnas Partai Golkar, Sabtu (23/1/2016).


Jika menengok gelaran Pemilu Presiden 2014 silam, Habibie pula yang tampil menyuarakan perlunya regenerasi kepemimpinan. Kala itu Habibie menilai sudah saatnya Indonesia dipimpin anak muda. Hingga muncullah sosok Joko Widodo. Habibie-lah yang mengangkat nama Joko Widodo yang ketika itu melawan Prabowo Subianto, sosok yang dianggap mewakili golongan tua.


Kini, Habibie kembali “turun tangan” untuk mengingatkan. Di mata Habibie, masa depan Partai Golkar tertletak di tangan sosok pemimpin baru dari kalangan muda. Kaum mudalah yang dinilai paling mampu mengangkat Partai Golkar dari jurang keterpurukan.


Regenerasi Partai Golkar memang tidak dapat dibendung lagi. Golkar membutuhkan figur baru yang lebih segar atau pemimpin muda yang mampu menjawab persoalan dan tantangan. Kompleksitas persoalan bangsa Indonesia terbukti tidak mampu dimenangi Golkar dengan gaya dan pendekatan konvensional.


Dua kali pemilu terakhir, Partai Golkar kesulitan untuk bangkit memenangi pemilu. Begitu banyak analis yang menyatakan sebabnya tidak lain karena kepemimpinan Golkar tidak mampu beradaptasi dan menguasai perubahan dan perkembangan perilaku pemilih Indonesia.


Selain karena kompleksitas persoalan bangsa yang membutuhkan stamina dan progresivitas, pemimpin muda juga dianggap lebih memiliki kemampuan beradaptasi terhadap perubahan yang begitu cepat dan kompleks. Dibandingkan partai lain, Partai Golkar terhitung lambat melakukan regenerasi. Golkar selalu dipimpin oleh generasi senior berusia di atas 60 tahun. Maka tidak heran jika sulit mengharapkan munculnya gagasan dan ide baru yang ditawarkan kepada publik luas.


Munculnya pemimpin muda di Golkar ini tidak dapat dielakkan karena sudah menjadi kebutuhan. Apalagi paska konflik lebih dari satu tahun, Golkar seolah gamang untuk melangkah dan mewarnai perubahan politik di Indonesia.
Sebagai sebuah keharusan sejarah, sudah sewajarnya Munaslub memberikan ruang yang sehat untuk pertarungan di antara calon muda. Adu gagasan, ide, dan visi bagaimana membesarkan Partai Golkar pada pemilu mendatang sudah seharusnya menjadi pertimbangan utama bagi kader daerah dalam memilih calon ketua umum.


Dalam teori partisipasi politik, faktor usia berpengaruh terhadap tingkat partisipasi politik. Partisipasi politik secara bertahap akan meningkat sesuai dengan pertambahan umur dan mencapai puncaknya pada usia 50-an. Partai Golkar hendaknya merangkul kaum muda, dan partai yang “seksi” bagi kaum muda adalah partai yang dipimpin anak muda.


Bagi partai dengan kompleksitas persoalan seperti Golkar, muda saja mungkin tidak cukup. Sebab, bagaimanapun juga, dukungan dari para sesepuh, senior, dan semua stakeholders Partai Golkar juga harus menjadi pertimbangan. Dalam hal ini, Aziz Syamsuddin selangkah lebih maju karena sosoknya disukai tokoh-tokoh senior partai dan mampu menjadi figur pemersatu.


“Meskipun mampu meraih suara pemilih pemula, Aziz saya yakin tidak akan meninggalkan generasi tua. Aziz sangat diterima di golongan senior di Golkar karena kecerdasannya dalam bergaul,” ungkap CEO Panggung Indonesia, Ichwanudin Siregar. (Andi Nursaiful)

Siap Kembalikan Kejayaan Golkar

Sosok Azis Syamsuddin adalah seorang pria yang tidak suka melontarkan komentar panas yang memancing kegaduhan. Baik dalam wacana politik, pemerintahan, maupun menyangkut persoalan-persoalan nasional lainnya. Dia lebih suka berbuat sesuatu yang nyata dan bermanfaat untuk banyak orang. Sikap yang dewasa tak jarang membuatnya sering dilibatkan dalam menyelesaikan berbagai persoalan, baik di internal partai Golkar maupun di luar kepartaian.


“Jika terpilih menjadi ketua umum Golkar, saya ingin membangun kembali kejayaan Golkar menjadi partai yang modern, bermartabat, demokratis, dan inovatif. Berbagai program yang dijalankan harus mensejahterakan dan memakmurkan rakyat Indonesia. Tentu keinginan rakyat ini nanti diaplikasikan dalam bentuk undang-undang, kebijakan negara, dan pemerintah, lalu diaplikasikan untuk mensejahterakan masyarakat. Saya akan menjalankan amanah tersebut sebaik mungkin dan mendukung pemerintahan Joko Widodo dalam setiap kebijakan-kebijakan yang ada,” papar Azis dalam kampanye safari politiknya di Tanah Air dalam rangka meminta restu dan dukungan dari masyarakat sebagai ketua umum Golkar.


Menurut tim suksesnya, Bowo Sidik Pangarso, sekretaris fraksi Golkar di DPR, dukungan dari pengurus Golkar di 34 Provinsi di Indonesia sudah didapatkan. “Kami bersama calon ketua umum partai Golkar Aziz Syamsuddin telah berkeliling ke 34 provinsi dengan titik terakhir kemarin di Banjarmasin. Semuanya mendorong, agar dia maju sebagai calon ketua umum atau caketum,” ujar Bowo. Komite Sosialisasi dan Kampanye Steering Committee Munaslub Partai Golkar menetapkan 3 zona kampanye terhadap 8 calon ketua umum. Setiap caketum masing-masing melakukan kampanyenya sebanyak tiga kali di tempat berbeda. Zona I (Sumatera) di Medan, Zona II (Jawa dan Kalimantan) di Surabaya, dan Zona III (Sulawesi, Maluku, Papua, NTB, NTT) di Bali.

 

 “Jika terpilih menjadi ketua umum Golkar, saya ingin membangun kembali kejayaan Golkar menjadi partai yang modern, bermartabat, demokratis, dan inovatif.”


Saat Azis berkunjung ke NTT, Ketua DPD I Partai Golkar Provinsi NTT Ibrahim Agustinus Medah sempat mengatakan bahwa Munaslub Golkar kali ini diyakininya akan melahirkan pemimpin yang luar biasa. Untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan bangsa, karena Golkar adalah aset bangsa. Dia berkata, “Saat ini kami semua mengikuti sosialisasi dari setiap calon, agar kami bisa memperoleh gambaran yang lebih mendalam. Sehingga, kami bisa mempunyai pilihan dan pasti tidak akan lari ke sana kemari. Ibarat domba, di mana ada gembalanya, maka di situ pula berdiri domba-dombanya.”


Sementara, Sekretaris DPD Golkar Kabupaten Ende Heribertus Wadi mengaku perlu mengetahui visi dan misi para calon ketua umum, agar lebih tepat menentukan pilihan. “Saya lihat Pak Aziz memiliki kemampuan yang luar biasa dalam memimpin Golkar ke depan. Beliau sosok muda yang cerdas dan mempunyai pengalaman yang mumpuni,” ujar Ketua DPRD Kabupaten Ende tersebut.


Ketua DPD I Partai Golkar Lampung M Alzier Dianis Thabranie pun menyatakan 15 ketua DPD II Golkar yang ada di Lampung solid mendukung pencalonan Aziz Syamsudin sebagai ketua umum pada Munas Golkar di Bali. Di sela-sela sosialisasi visi dan misi caketum Partai Golkar di kediaman Aziz di Bandar Lampung beberapa waktu lalu, dia menyakini dari 15 kabupaten/kota yang memiliki hak suara akan mendukungnya. Pada silaturahmi dengan pengurus 14 kabupaten/kota di Kalimantan Barat yang difasilitasi pengurus DPD I Golkar Kalbar, Azis beserta rombongan disambut H Morkes Effendi dan H Adang Gunawan, serta Ketua Sekretaris DPD-DPD Se-Kalimantan Barat. Mereka menaruh harapan besar kepada Aziz untuk maju dan terpilih sebagai orang nomor satu di Golkar.


Begitupun di Aceh, dia diterima DPD I dan DPD II Golkar Se-Provinsi Nangroe Aceh Darussalam dengan meriah dan penuh kekeluargaan di Hotel Oasis Banda Aceh, NAD. “Kedatangan saudara Aziz dalam acara Musyawarah Daerah Golkar Tingkat I, sekaligus silaturahmi kandidat ketua Umum Partai Golkar ini, sungguh membuat kami bangga. Dia adalah kader potensial partai Golkar yang sangat disenangi dan diharapkan dapat membawa perubahan ke arah yang lebih baik untuk partai ini” ujar salah seorang ketua DPD II Golkar.


Aziz merupakan salah satu politisi Golkar yang memiliki kemampuan di atas rata-rata politisi seusianya. Kala masih muda, pria kelahiran Jakarta, 31 Juli 1970 ini sarat dengan pengalaman berorganisasi dan kerap dipercaya menjadi pemimpin. Sejak menjadi anggota DPR-RI pada tahun 2004, hingga terpilih kembali menjadi anggota dewan pada tahun 2009, dan 2014, di mata koleganya di DPR, sosoknya memang sangat disegani.


Saat di Medan dihadiri 33 DPD II dan DPD I Golkar Sumut, dengan optimis tanpa panjang lebar Azis menyampaikan visi dan misinya yang juga tertuang dalam buku yang dibagi-bagikan kepada para hadirin. Ratusan kader partai Golkar dari berbagai kabupaten/kota dan provinsi Se-Sumatera berdatangan ke Hotel Grand Angkasa, dilanjutkan dengan diskusi yang berlangsung seru hingga larut malam.


Kemudian pada silaturahmi dengan DPD I dan DPD II Se- Jawa timur, Aziz berjanji tidak akan keluar dari Partai Golkar, jika gagal terpilih menjadi ketua umum dalam munas nanti. Dia juga berkomitmen tidak akan pindah ke partai lain. “Kalau memang kalah, saya siap bergabung dengan pemenang untuk bersama-sama memajukan Golkar. Namun, bila tidak digandeng pemenang, itu juga tidak menjadi masalah. Paling saya akan kembali aktif di dunia pengacara, tetapi jiwa saya tetap Golkar,” tambahnya seraya tersenyum. (Elly Simanjuntak)

"Saya Maju dengan Niat Ibadah"

Sebagai kandidat ketua umum yang diperhitungkan dalam Munaslub Partai Golkar tahun 2016, Aziz punya banyak modal untuk bisa terpilih yakni muda, cerdas, dan memiliki pengalaman kepemimpinan yang cukup baik. Tapi, satu alasan kenapa ia siap maju sebagai calon ketua umum partai berlambang pohon beringin. “Ini saya niatkan sebagai ibadah saja,” tegasnya. Berikut petikan wawancara dengan pria bersahaja ini dalam beberapa kesempatan:


Anda diandalkan oleh kalangan muda Partai Golkar untuk maju memimpin dalam Munaslub 2016, ini dan Anda memiliki track record dalam kepemimpinan, bisa dijelaskan ?
Ya, dengan Bismillah, saya Insya Allah saya siap maju. Saya maju dengan niat sebagai ibadah saya. Seperti sabda Rasulullah Saw dari hadis riwayat Bukhari Muslim, yakni, Khairunnas anfa’uhum linnas, yang artinya : Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak memberi manfaat bagi orang lain. Selain itu, tentu perlu konsolidasi daerah dalam hal ini. Ke DPD tingkat I dan II, kemudian ke ormas pendiri. Kebetulan, dalam soal kepemimpinan saya pernah memimpin organisasi pemuda sebagai Ketua Umum KNPI periode 2008 - 2011. Di partai menjabat Wakil Ketua Umum DPP Golkar, saya juga Ketua Umum PPK Kosgoro 1957 sampai saat ini. Bahkan di dunia olah raga saya permnah menjadi Ketua Umum Cabang Olah Raga Cricket 2015 sampai Sekarang. Kalau sebagai anggota Partai Golkar sejak tahun 2004.


Boleh diceritakan sedikit alasan Anda memilih Partai Golkar saat itu ?
Saya memilih Partai Golkar karena waktu SMA sering mendampingi orang tua saya yang pegawai negeri. Lama-lama tertarik juga dengan ideologi perjuangan Partai Golkar.


Apa yang telah Anda lakukan sebagai anggota Fraksi Partai Golkar di DPR RI ?
Sebagai angota DPR RI sejak tahun 2004 saya sudah berusaha semaksimal mungkin memperjuangkan kebijakan Partai Golkar yang tertuang dengan beralaskan ideologi perjuangan.


Apa yang Anda perjuangkan dan menurut Anda sudah tercapai ?
Yang sudah tercapai antara lain dalam membuat Undang Undang bersama-sama dengan pemerintah yang bertujuan mengatur kebijakan-kebijakan dalam percepatan menuju kesejahteraan masyarakat dan negara indonesia. Sampai saat ini saya masih terus berusaha dan berusaha untuk memperjuangkan percepatan menuju Negara Maju yang didalamnya ada tekad untuk mensejahterakan bangsa dan negara.  


Pertanyaan ini lebih personal, dengan banyaknya jabatan yang menuntut aktivitas tinggi, bagaimana Anda mengatur kehidupan Anda sehari-hari?
Ya biasa saja, saya setiap hari tidur di atas jam dua dini hari. Kemudian bangun jam setengah lima langsung shalat subuh, kalau nggak ada acara ya tidur lagi.


Apa saja yang Anda lakukan saat itu ?
Macam-macam, membaca, menulis buku dan banyak lagi.


Buku favoritnya ?
Nggak ada, semua saya baca.


Tidak khawatir terhadap efek bagi kesehatan Anda ?
Tak terlalu khawatir. Karena saya juga mengimbangi dengan olahraga rutin. Setiap ada waktu sedikit, saya luangkan untuk olahraga ringan.


Ada suplemen untuk mendukung vitalitas Anda ?
Nggak, cukup madu saja. Nggak ada tambahan suplemen, kita nikmati saja hidup. Jadi nggak stress dan melakukan sesuatu itu jangan ambisius, jalani on the track saja. Jadi kalau berhasil alhamdulillah, kalau nggak berhasil ya memang belum jalannya, kemenangan yang tertunda juga. Begitu saya selalu melihat pekerjaan dan keseharian saya.


Jadi filosofi dalam hidup itu saja?
Begitulah. Nikmati saja, dan anggap semua aktivitas itu merupakan ibadah. Setiap aktivitas itu ibadah. Nafas kita pun bisa menjadi ibadah. Cuma how to process, itu saja. Setiap proses saya alami. Misalnya hari ini saya ngerjain apa, kemudian ada hambatan apa di dalam satu hari, saya kaji. Lambat laun kita akan tahu grafiknya, itu bagi saya instan. Semua saya anggap ibadah, itu saja. Karena ibadah itu bisa diterima Tuhan bisa juga tidak. Seperti shalat, bisa diterima bisa tidak. Jadi setiap aktivitas itu kalau kita anggap ibadah, pada saat itu tidak membawa hasil, ya memang belum diridhai oleh Tuhan, jangan ngotot. Semua harus berdasarkan niat. Kalau kita puasa niatnya lain apakah bisa diterima? Yang tahu itu hanya Tuhan dan kita. Nah filosofi saya, apapun yang saya lakukan, nawaitu nya itu saya lakukan sebagai ibadah. Ada hikmah di balik apa yang telah saya lakukan tersebut.


Itu yang membuat Anda tidak ngoyo dan ambisius dalam mengejar sesuatu ?
Bisa seperti itu. Misalnya saya dulu sempat ikut test AKABRI tapi dinyatakan gagal. Padahal fisik sudah saya siapkan dari kelas 1 SMU tapi dinyatakan gagal, nggak apa apa. Saya tak terlalu ambisius. Sampai akhirnya waktu yang menentukan jalan hidup saya seperti sekarang ini.


Apakah itu juga ditularkan ke lingkungan terdekat, keluarga ?
Iya, setidaknya ke anak saya. Punya ambisi boleh tapi jangan ambisius. Karena kalau ambisius Anda akan menghalalkan segala cara. Nah pada saat menghalalkan segala cara itulah setan akan menggoda. Anda sudah tidak bisa kontrol diri Anda. Saya nggak menganggap teman saya atau rival itu sebagai kawan saya, tetapi lawan saya siapa, ya diri saya sendiri ini.
Karena itu saya tidak menganggap orang lain sebagai lawan saya. Sebab saya yakin pada saat saya melangkah, ‘yang saya lakukan itu benar’. Jangan pernah menganggap orang lain itu adalah musuh Anda maka disitulah awal kekalahan Anda. Tidak ada yang namanya teori, tidak ada yang namanya ilmu di atas ilmu alquran. Saya yakin hal itu.


Anda menerapkan sikap ini juga ketika tampil menjadi pengacara, sebagai politisi dan aktivis organisasi?
Ya, selalu, karena saya ingin apa yang saya bawa ke rumah harus ‘halal’.

 

“Jangan pernah menganggap orang lain itu adalah musuh Anda maka disitulah awal kekalahan Anda.”


Jadi dalam berbisnis sendiri tidak pernah memperhitungkan adanya persaingan bisnis, misalnya?
Buat apa saya perhitungkan, secara rasio saya bisa jalankan ini. Sebelum mengerjakan sesuatu saya harus tanya dulu mampu nggak saya menyelesaikannya, kalau saya mampu maka saya nggak menganggap orang lain itu lawan saya. Yang saya yakin saya benar, saya akan pertahankan itu sampai akhir. Kalau nyatanya nggak diridhoi mungkin ada langkah langkah saya yang salah. Santai kan, nggak ada beban.


Apakah itu juga yang membuat Anda masih tetap tampil lebih muda dari usia Anda saat ini ?
Ha ha ha...orang selalu menganggap umur saya di bawah 30, santai saja. Hidup itu jangan dibikin pusing, jangan dibikin stress. Saya selalu meyakinkan kepada keluarga bahwa jangan menyayangi sesuatu secara berlebihan. Misalnya menyayangi anak jangan melebihi kasih sayang Tuhan, bahaya. Di situlah awal kegagalan. Jangan menganggap harta adalah segala-galanya. Memang orang mati akan membawa harta? Nggak kan, yang dibawa adalah keyakinan. Makanya dalam syariat agama saya yang tidak boleh dilanggar adalah shalat, ibadah karena itu merupakan tiangnya agama.


Anda sering mengungkapkan bahwa kesuksesan tak lepas dari keinginan memperkaya diri dengan ilmu dan pengetahuan, bisa dijelaskan?
Begini, belajar itu hukumnya wajib, tanpa dibatasi ruang dan waktu, sejak dari buaian ibunda hingga akhirnya maut menjemput dan jasad dimasukan ke liang lahat. Kemauan besar untuk terus belajar merupakan syarat mutlak dari kesuksesan. Karena itu setiap ada kesempatan, saya selalu belajar dan belajar. Saya meyakini bahwa Allah SWT memberikan kebebasan kepada umat-Nya untuk memperbanyak ilmu pengetahuan. (Sahrudi)

"Bukan Cinta Biasa..."

Pasca Pilpres 2014 Partai Golkar dilanda prahara. Partai yang pernah berkuasa di era Orde Baru ini terbelah menjadi dua kubu, yakni kubu Aburizal Bakrie atau Ical dan kubu Agung Laksono. Untuk mengakhiri konflik tersebut kedua kubu sepakat menggelar Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) untuk memilih ketua umum (ketum) Golkar yang baru di Nusa dua, Bali, 15-17 Mei 2016.


Ical dan Agung tidak akan maju dalam Munaslub ini. Mereka memberi kesempatan kepada tokoh-tokoh muda untuk bertarung di Munaslub. Munaslub ini diikuti delapan calon ketum (caketum), yakni Setya Novanto, Ade Komarudin, Aziz Syamsuddin, Mahyudin, Priyo Budi Santoso, Airlangga Hartanto, Indra Bambang Utoyo, dan Syahrul Yasin Limpo.


Yang menarik, di antara delapan caketum tersebut Aziz Syamsuddin merupakan caketum termuda. Dia dilahirkan di Jakarta, 31 Juli 1970.


Aziz, panggilan akrabnya, harus berjuang ekstra keras menghadapi para seniornya di Munaslub Golkar. Lalu bagaimana peluangnya memperebutkan kursi ketum Golkar?
Tri Joko Susilo, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Himpunan Masyarakat Peduli Indonesia (HMPI), menilai Aziz mempunyai peluang besar untuk menjadi ketum Golkar. Alasannya adalah Aziz masih muda, cukup populer, dan aktif di DPR.
“Saya prediksi Aziz akan head to head dengan Ade Komarudin,” kata Tri.


Sementara itu Chief Executive (CEO) Panggung Indonesia Ichwanudin Siregar mengatakan, Golkar di masa depan perlu dipimpin oleh tokoh muda modern dan inovatif. “Aziz adalah tokoh muda mumpuni yang bisa menjawab masalah ini,” kata Ichwanudin.


Menurutnya, Aziz mempunyai gaya pendekatan anak muda, karena pernah menjadi Ketum Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI).


Sebagai partai lama dan paling berpengalaman, kata Ichwanudin, Golkar selama ini identik dengan partai orang tua.


Jika Aziz terpilih sebagai ketum, Ichwanudin optimis Aziz akan mampu membawa Golkar mengalami banyak kemajuan.


Aziz dan ketujuh caketum lainnya memiliki misi yang seragam, yakni mengembalikan kejayaan Golkar. Siapapun nanti yang terpilih menjadi ketum bertekad memenangkan partai berlambang pohon beringin ini pada Pemilu 2019. Juga mengantarkan kader Golkar memenangkan Pilpres 2019.


Aziz mengawali kariernya di pentas politik pada tahun 2003 dan bergabung dengan Golkar. Pria yang berlatar belakang pengacara ini dipercaya menjadi calon anggota legislatif (caleg) untuk DPR pada Pemilu 2004 dari daerah pemilihan (dapil) Lampung II, yang meliputi Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Tulang Bawang, Kabupaten Way Kanan, dan Kabupaten Lampung Timur. Dia bersyukur karena berhasil melenggang ke Senayan, sebutan populer untuk Gedung DPR/MPR yang berlokasi di Senayan, Jakarta Pusat.


Dia ditempatkan sebagai anggota Komisi III DPR yang membidangi hukum, HAM, dan keamanan.


Golkar menilai Aziz memiliki kinerja yang bagus di DPR. Oleh karena itu partai berlambang pohon beringin ini kembali mencalonkan dirinya sebagai anggota DPR pada Pemilu 2009 dari dapil Lampung II. Dan Aziz kembali lolos ke Senayan! Di periode keduanya ini Aziz dipercaya menjadi Wakil Ketua Komisi III DPR.


Aziz kembali mengukir prestasi cemerlang pada Pemilu 2014, di mana dia terpilih menjadi anggota DPR dari dapil yang sama. Ia lalu dipercaya menjadi Ketua Komisi III DPR. Pada Januari 2016 terjadi pergantian pimpinan di Komisi III. Ia digantikan oleh rekan sefraksinya, Bambang Soesatyo. Aziz diberi posisi baru sebagai Sekretaris Fraksi Partai Golkar (FPG) DPR. Sementara di Komisi III Aziz hanya menjadi anggota biasa.


Menjadi anggota DPR tiga kali secara berturut-turut bukanlah hal mudah. Apa kiat Aziz tetap dipercaya menjadi wakil rakyat? Kiatnya adalah dia dekat dengan rakyat pemilihnya (konstituen). Di masa reses Aziz aktif mengunjungi dapilnya untuk menyerap aspirasi rakyat. Bahkan ia mempunyai rumah aspirasi yang berfungsi mendekatkan dirinya dengan masyarakat.


“Saya sudah punya rumah aspirasi sejak tahun 2004 lalu,” katanya.


Di rumah aspirasi itu Aziz membentuk tim yang menginventarisir masukan yang diberikan konstituen secara langsung maupun melalui surat-menyurat. Tim mengkaji masukan tersebut, lalu menyampaikan kepada Aziz. Selanjutnya Aziz menindaklanjuti aspirasi masyarakat itu.


Aziz dikenal vokal, tegas, dan konsisten dalam menjunjung keadilan. Dia berupaya selalu terdepan dalam menyampaikan aspirasi rakyat. Bahkan ia berjanji apabila tidak kritis lagi minta diingatkan kembali.


Berobsesi Membenahi Kesemrawutan Sistem Hukum


Aziz yang juga Ketum Pengurus Pusat Kolektif (PPK) Kosgoro 1957 menilai sistem penegakan hukum di Indonesia belum ideal. Selama ini penegakan hukum di Indonesia tergolong masih sangat lemah. Hukum seringkali dipermainkan dan dicari celah-celah kelemahannya.


Ia merasa prihatin terhadap supremasi hukum di Indonesia. Oleh karena itu dia menginginkan pemerintah membuat blue print atau cetak biru program yang terintegrasi dengan kemententrian bidang politik, hukum dan HAM (Polhukam).


“Pembangunan di bidang hukum harus bersifat strategis dan berkesinambungan. Tidak bisa sporadis dan parsial. Semua pihak terkait harus duduk di satu meja guna menentukan rancang-rancang tindak (plan of actions) strategi pembangunan hukum Indonesia ke depan,” tuturnya.


Aziz mendambakan adanya cetak biru strategi pembangunan hukum nasional dan benang merah yang menyambungkan wewenang, memadukan langkah, dan menyamakan persepsi di antara lembaga penegak hukum di Indonesia.


Pembangunan hukum di Indonesia mensyaratkan disusunnya satu cetak biru strategi pembangunan hukum nasional. Dalam konteks ini, katanya, peranan Komisi Hukum Nasional (KHN) sangat penting dalam menyiapkan strategi pembangunan hukum. Contohnya, kelebihan kapasitas yang terjadi pada penjara atau lembaga pemasyarakatan (Lapas) yang berdampak pada kurang maksimalnya pembinaan terhadap para napi.


“Kita mengharapkan  mereka mampu memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana yang pernah dilakukannya. Namun di Lapas sendiri pun telah terjadi pelanggaran HAM, karena minimnya infrastruktur, pelayanan Lapas,” tandasnya.


Ia menambahkan, kegiatan di dalam Lapas bukan sekadar untuk menghukum atau menjaga narapidana. Tetapi juga mencakup proses pembinaan, agar warga binaan menyadari kesalahan dan memperbaiki diri serta tidak mengulangi tindak pidana yang pernah dilakukan.


“Hal itu tidak dapat hanya diselesaikan dengan Kementerian Hukum dan HAM. Mereka harus bersama-sama dengan lembaga lain seperi kepolisian, kejaksaan dan KPK, serta Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) yang ada di kementerian lainnya,” tandasnya.


Menurutnya, sebesar apapun penjara apabila setiap ada banyak yang masuk, penjara pasti tidak akan cukup. Dalam KUHAP dijelaskan bahwa proses penahanan diberlakukan apabila dipandang perlu, dengan persyaratan mengulangi tindak pidana, menghilangkan barang bukti, dan akan mengulangi perbuatan. 


Aziz berobsesi membenahi kesemrawutan sistem hukum di Indonesia. “Banyak yang harus dibenahi dan bisa dibenahi, kalau sesuai the right man in the right place,” cetusnya. (Arif Rahman Hakim)

Kata Mereka : Nasir Djamil (Anggota Komisi III DPR RI)

Nasir Djamil (Anggota Komisi III DPR RI)

"Saya berharap Munaslub ini bisa berjalan dengan demokratis sesuai dengan semangat rekonsiliasi dimana Golkar membutuhkan pemimpin yang bisa mengayomi kepentingan masing-masing kubu. Keadaan itu bisa terlaksana kalau Munaslub berjalan dengan jujur dan transparan dan akuntabel. Kompetisi munaslub kali ini terlihat semakin sehat, ada orang-orang muda di situ, ada Aziz Syamsuddin. Aziz bagus, dia punya pengalaman sebagai kader dan juga sebagai pengurus. Aziz juga pernah menjabat sebagai Ketua KNPI." (Albar)

Kata Mereka : Yunarto Wijaya (Pengamat Politik Charta Politika)

Yunarto Wijaya (Pengamat Politik Charta Politika)

 “Menurut saya bukan hanya Golkar, hampir semua partai alangkah baiknya memilih simbolisasi regenerasi dengan lebih memberi kesempatan untuk pemimpin muda ditambah untuk Golkar secara khusus yang kita tahu partai ini dianggap sebagai partai lama, partai Orde Baru, partainya orangtua, sehingga ketika ada keberanian untuk memberikan kesempatan buat politisi muda menjadi ketua umum Golkar, menurut saya itu akan lebih memperbesar peluang Golkar untuk memperbaiki citra, memperbesar captive market Golkar juga yang selama ini banyak diisi oleh orang-orang tua. Soal posisi Aziz Syamsuddin, dia sekarang kita tahu sekretaris fraksi, dulu komisi III juga memiliki peluang cukup kuat dan pantas diperhitungkan.” (Giattri)

Kata Mereka : Teuku Taufiqulhadi (Anggota Fraksi Partai Nasdem DPR-RI)

Teuku Taufiqulhadi (Anggota Fraksi Partai Nasdem DPR-RI)

“Golkar adalah partai besar dengan kader – kadernya yang sangat berpengalaman. Karena kader-kadernya adalah kader kawakan maka Partai Golkar membutuhkan pimpinan yang tepat dan memiliki kewibawaan. Seharusnya menurut saya pimpinan Golkar itu adalah yang memiliki kemampuan untuk membuat komunikasi yang luas, itu yang paling penting. Karena kekuatan sebuah Golkar selama ini adalah dari komunikasinya yang handal, yang cool maka harus ada pemimpin yang memiliki kemampuan komunikasi handal, khususnya komunikasi ke dalam dan keluar. Demikian pemimpin juga harus memiliki track record yang bagus..” (April)

Kata Mereka : Gun Gun Heryanto (Dosen UIN dan Konsultan)

Gun Gun Heryanto (Dosen UIN dan Konsultan)

“Soal sosok muda yang pantas memimpin Golkar, dari 8 sosok itu ada beberapa sosok muda yang punya prospek ke depan entah itu Pak Ade Komaruddin, Pak Mahyudin, atau Aziz Syamsuddin. Tapi yang jelas kriteria itu yang paling utama adalah soal integritas, jangan kemudian berpotensi punya masalah hukum dan etika.
Sosok muda itu yang rajin turun ke bawah, yang kemudian mampu membangun kohesi politik di infrastruktur partai dari DPP hingga ranting. Punya pengalaman memimpin organisasi underbow di Golkar, entah itu Kosgoro atau MKGR itu yang menurut saya menarik untuk menjadi pemimpin Golkar. Kemudian, kriterianya adalah orang yang punya paradigma dan visi jelas membangun Partai Golkar kedepan, contoh misalnya tahun 1999, Golkar dihajar habis, Akbar Tanjung mampu menyelamatkan Partai Golkar dan menjadi pemenang lagi di Pemilu 2004.” (Giattri)



Add to Flipboard Magazine.
Komentar:

 

                        
   

Popular

Photo Gallery

Visitor


Jumlah Member Saat ini: 233250