Search:
Email:     Password:        
 





DR. IR. Eddy Soeryanto Soegoto (Rektor Unikom) Best Human Capital Builder

By Benny Kumbang (Editor) - 09 May 2016 | telah dibaca 6408 kali

DR. IR. Eddy Soeryanto Soegoto (Rektor Unikom) Best Human Capital Builder

Naskah: Reza Indrayana, Foto: Sutanto & Dok. Pribadi

Deretan robot karya para mahasiswa terpajang rapi dalam lemari kaca di ruang kerja Eddy Soeryanto Soegoto, pendiri sekaligus Rektor Universitas Komputer (UNIKOM) Bandung, Jawa Barat. Ada juga beberapa foto Eddy Soeryanto tengah bersalaman dengan Susilo Bambang Yudhoyono saat masih menjabat sebagai Presiden RI. Tampak rapi tertata. Seperti juga sang pemiliknya, yang juga selalu tampil rapi dan tenang dalam bertutur. Begitulah Eddy Soeryanto atau akrab disapa Pak Eddy. Dengan penampilan penuh wibawa, ia mempersilakan Men’s Obsession untuk mewawancarainya. 

 

Sebagai seorang pendiri, Eddy merasa sangat bangga dengan hasil yang dicapai UNIKOM saat ini. Meski tidak berlokasi di Ibu Kota Negara, tapi kampus modern bervisi masa depan ini sudah sangat dikenal di beberapa kota dunia. Dikenal karena kehebatan para mahasiswanya di bidang informasi teknologi (IT) khususnya rancang bangun robot dengan teknologi tinggi. Sejumlah karya mahasiswanya selalu menyabet gelar juara dunia di kompetisi teknologi tinggi pada beberapa negara. Di sisi lain, karya-karya penelitian yang lahir dari kampus ini sudah dipatenkan.


Jadi, wajar kalau kemudian kampus ini dilirik oleh sejumlah perusahaan untuk diajak bekerja sama. “Alhamdulillah, sejak awal institusi pendidikan ini berdiri,  sudah kita jadikan acuan dan panduan bagi civitas akademi kita untuk membangun satu kerja sama yang baik dengan dunia industri. Sejumlah perusahaan, baik itu di lingkungan swasta maupun pemerintah pusat dan daerah. Di samping itu, hasil-hasil penelitian sudah dipatenkan oleh dosen-dosen kita. Karena itu memang merupakan satu kebutuhan,” ujarnya membuka percakapan.


UNIKOM saat ini memiliki 7 Fakultas dengan 29 Program Studi termasuk Pasca Sarjana, selalu mendorong para dosen dan mahasiswanya agar bisa berprestasi dari sisi keilmuan mereka.


Sejak UNIKOM berdiri pada 8 Agustus 2000, kampus ini mewajibkan bagi semua program studi selama 7 semester wajib belajar software juga wajib belajar hard ware dan Entrepreneurship. Semua program studi, baik itu mahasiswa ilmu teknik maupun ilmu sosial, seperti sastra Jepang, sastra Inggris, hukum, komunikasi. “Dan ini menjadi keunikan kita karena tidak ada di tempat lain,” katanya. Eddy memahami bahwa pada bidang apapun, teknologi IT tidak bisa dihindarkan. Hal itu bukan hanya monopoli orang teknik saja, tapi juga sosial, ekonomi, hukum, sastra, dan desain juga sangat dituntut untuk memahami hal ini.


“Saya beri contoh, salah satu alumni kita dari sastra Jepang, mereka bisa membuat animasi yang di dalamnya mereka bisa menerapkan aplikasi bahasa Jepang. Jadi, bahasa Jepang dibuat dalam bentuk karikatur maupun dalam bentuk animasi,” ujarnya dengan mata berbinar-binar sembari menambahkan bahwa sertifikasi nasional dan uji kompetensi di bidang IT oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi RI sudah dimiliki oleh UNIKOM. Sehingga mampu mendorong elemen penggerak bisnis ini, seperti industri kreatif maupun aplikasi e-commerce. Untuk industri kreatif, Indonesia mempunyai potensi besar, walau saat ini industri game Tanah Air masih didominasi oleh game dari luar negeri. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara bahwa  pemerintah mendorong lebih banyak lagi industri kreatif seperti game di Indonesia.


Soal kerjasama internasional, juga sudah lama dilakoni UNIKOM, misalnya dengan dunia industri di Korea Selatan maupun dengan industri televisi di tanah air. Ada perusahaan di Korea Selatan yang tiap tahun meminta UNIKOM memilih mahasiswa terbaiknya untuk dilatih di sana. Setelah lulus, langsung dikontrak kerja di perusahaan Korea Selatan yang ada di Jawa Barat, misalnya di kawasan industri di Jababeka, Cikarang, maupun di Purwakarta atau Subang.


Selain itu juga ada program dual degree  atau gelar ganda (double degree)  antara UNIKOM dengan kampus di beberapa negara. Mahasiswa selama dua tahun belajar di UNIKOM dan sisanya dua tahun di negara tersebut.  Kedua kampus secara bersama serta saling mengakui lulusannya. Sehingga lulusan dari program ini akan memperoleh gelar ganda dan memiliki kemampuan plus dari program regular lainnya.


Implementasi program double degree pada suatu program studi merupakan tahap awal dan langkah strategis dari suatu universitas untuk mencapai World Class University (WCU). Di samping itu, program ini merupakan salah satu strategi untuk memperbaiki mutu pendidikan perguruan tinggi di Indonesia.


Eddy sangat paham bahwa apa yang dilakukannya dengan UNIKOM adalah sebuah jawaban untuk menghadapi era globalisasi dan khususnya menghadapi pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)  yang membuat semua pihak langsung tancap gas meningkatkan kualitas sumber daya manusia.  Dan, Indonesia sebagai bagian dari komunitas ASEAN harus siap meningkatkan kualitas diri dan memanfaatkan peluang MEA 2015. Sehingga ketakutan akan kalah saing di negeri sendiri akibat terimplementasinya MEA 2015 tidak terjadi.

"Belum Lulus Kuliah Saja Sudah Ditwari Kerja.."

Diskusi panjang dengan Eddy soal dunia pendidikan dan IT sangat mengasyikan. Sampai-sampai teh manis hangat yang telah lama disodorkan oleh stafnya, lupa penulis sentuh.  Matanya langsung menyiratkan kegembiraan luar biasa, setiap mendapat laporan, mahasiswanya  yang ikut kompetensi robot di luar negeri mendapat juara. Dia memimpikan semua bidang kehidupan, seperti transportasi, industri, pendidikan dan sebagainya, berbasis IT, sehingga jadi efisien dan hemat.


Berbalut jas warna hitam, Eddy mempersilakan Men’s Obsession mewawancarai di tengah kesibukan.
Berikut kutipannya:


Memasuki era MEA dunia pendidikan kita dituntut inovatif untuk menjawab tantangan pasar bebas ASEAN tersebut. Bagaimana dengan UNIKOM ?
Kalau melihat sekilas ke belakang,   lembaga pendidikan ini  masih berupa kursus komputer bernama Lembaga Pendidikan Komputer Indonesia Jerman, disingkat LPKIG,  yang didirikan Juli 1994 silam, bertempat di jalan Dipati Ukur 102 Bandung, Jawa Barat. Institusi kami selalu mengikuti perkembangan teknologi. Artinya kebutuhan dunia kerja terhadap keahlian dan keilmuan yang dibutuhkannya, selalu kami penuhi. Hasilnya, semua lulusan UNIKOM diserap pasar kerja, bahkan tidak jarang, mahasiswa belum lulus kuliah, tapi sudah dikontrak kerja sejumlah perusahaan asing maupun nasional yang ada di Indonesia.  Prestasi dari para alumni UNIKOM juga membanggakan. Di industri kreatif ada alumni kami yang telah dikontrak 29 episode pembuatan animasi yang terkait dengan pariwisata. Juga ada kontrak pembuatan animasi dengan perusahaan nasional, TVRI, juga beberapa stasiun TV lain.


Untuk menciptakan negara kita menjadi negara maju, maka UNIKOM mengarahkan para lulusannya untuk menjadi Job Creator sebagai Entrepreneur.  Entrepreneurship menjadi mata kuliah wajib di UNIKOM. Salah satu tugas wajib yang harus mereka lakukan adalah membuat situs terkait dengan perusahaan yang akan dia bangun. Hal ini untuk mempublikasikan perusahaan mereka dan produk-produk yang mereka buat.


Ketika pemerintah baru mencanangkan mata kuliah Entrepreneurship untuk diajarkan di perguruan tinggi Indonesia pada 2 atau 3 tahun lalu, UNIKOM sudah lebih dulu mengaplikasikan sejak awal kampus ini berdiri. Jadi kita telah menjadi Entrepreneur University berbasis Information Technology sejak awal berdiri.


Kompetensi apa saja yang diberikan UNIKOM selain ketiga mata kuliah wajib tersebut ?
Kompetensi yang diberikan disesuaikan dengan program studi mereka masing-masing. Untuk Teknik Informatika misalnya kita berikan kompetensi sertifikasi software Cisco, Oracle, dll. Untuk program studi manajemen dan akuntasi diberikan sertifikasi  perpajakan, pasar modal dll. UNIKOM merupakan Cisco Academic untuk wilayah Jawa Barat.


Bisa dijelaskan penerapan IT di kampus UNIKOM?
Sebagai universitas yang berbasis pada ICT (Information and Communication Technology), UNIKOM membuka aplikasi seluas-luasnya baik bagi civitas academika maupun masyarakat luas untuk memanfaatkan open publication atau open content untuk publikasi ilmiah, proceeding, skripsi dan tesis. Kuliah Online merupakan bagian dari sistem pendidikan yang ada di UNIKOM, sehingga mahasiswa dapat menggunakan fasilitas server kampus untuk menulis atau ngeblog. Integrity dan interoperability meliputi e-academic, e-learning, e-career dan lain-lain, Selain itu kami juga memanfaatkan ProQuest Computing Digital Database dan ProQuest Business Digital Database secara gratis yang tersedia di perpustakaan UNIKOM.


Untuk menjelajahi dunia maya dapat memanfaatkan hot spot dan cybernet yang tersedia di kampus. UNIKOM sebagai Tempat Uji Kompetensi (TUK) Telematika juga memberi kesempatan bagi siapapun untuk memperdalam ilmunya dibidang ICT. Semua fasilitas yang disediakan tersebut merupakan bagian dari Visi, Misi dan Tujuan UNIKOM dalam membangun SDM Unggul yang telah mengharumkan nama UNIKOM di kancah Pendidikan Tinggi melalui berbagai prestasi membanggakan yang telah dicapai para mahasiswanya. Sehingga kampus UNIKOM, bisa mewujudkan moto kami: The Smart Community Campus of the Champions.


Presiden Indonesia ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), di dies natalis Universitas Negeri Semarang (Unnes), Jawa Tengah, baru-baru ini mengaku optimis Indonesia bakal menjadi negara maju lewat kemajuan dunia pendidikan tinggi. Bagaimana UNIKOM menyiapkan itu?
Saya setuju dengan pendapat Pak SBY tersebut. Tentu pemerintah harus memberdayakan juga  perguruan tinggi swasta. Kalau kampus besar seperti UNIKOM, Alhamdulillah sudah bisa mandiri, bagaimana nasib kampus-kampus kecil ? Terutama di luar Pulau Jawa. Jadi pemerintah harus terus mendukung anggaran pendidikan melalui pemerataan baik untuk PTN maupun PTS. Anggaran riset di Indonesia perlu terus ditingkatkan karena saat ini yang diberikan baru sekitar 0,09% dari APBN padahal di Malaysia anggaran untuk riset sudah sekitar 2% APBN mereka.


Di amandemen UUD 1945 anggaran pendidikan sudah diwajibkan minimal 20% dari APBN?
Anggaran 20% APBN perlu ditingkatkan lagi karena jumlah tersebut hanya lebih banyak terserap untuk pembiayaan belanja pegawai dan ATK Kemenristekdikti. Anggaran untuk peningkatan akademik, penelitian, hibah dan pengabdian masyarakat sangat kecil dan jauh dari yang diharapkan. Ini yang perlu ditingkatkan oleh pemerintahan Jokowi-JK. Anggaran Riset kita masih sangat kecil dibandingkan dengan Malaysia, Singapura apalagi kalau kita bandingkan dengan di Korea Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat. Jadi keberpihakan pemerintah terhadap peningkatan anggaran pendidikan kita untuk riset, hibah, pengabdian pada masyarakat dan program-program unggulan yang ingin kita bangun harus lebih besar lagi.


Menristekdikti Muhammad Nasir, mendorong agar kampus di tanah air bisa menembus TOP 500 Dunia. Bagaimana pendapat Anda ?  
Target tersebut harus dijawab dengan kerja keras dan kerja cerdas oleh setiap Pimpinan perguruan tinggi di tanah air. Dengan membangun sarana dan prasarana sesuai standar Internasional maka harapan Menristekdikti tersebut akan dapat kita capai. Penting sekali kepemimpinan Rektor perguruan tinggi dalam mewujudkan kampusnya mencapai WCU (World Class University). Perguruan tinggi harus mampu dan piawai menggerakkan sumber dayanya dalam mencapai WCU tersebut. Kompetisi-kompetisi berskala Nasional dan Internasional harus selalu diikuti oleh setiap PT di tanah air untuk mengetahui sejauh mana kemampuan perguruan tinggi tersebut dalam berkiprah di dunia Internasional sekaligus sebagai bagian menuju ke WCU.


Hal lain yang perlu dilakukan ke depannya?
Harus ada kerja sama yang lebih baik antara Pemerintah dan PT. Untuk PTS kerjasama dengan yayasan yang menaungi harus baik. Antara rektorat dengan yayasan itu harus satu visi, satu misi, dan kerja samanya bagus. Jadi, sesuatu yang ingin dilakukan bisa cepat. Harus dibangun komunikasi yang baik antara DIKTI dan Perguruan Tinggi sehingga program-program kerja yang ingin dicapai dapat terlaksana melalui sosialisasi yang dilakukan. Bantuan pemerintah buat perguruan tinggi juga agar dibuat merata. Beasiswa, Hibah, dan bantuan untuk bidang penelitian harus perlu terus ditingkatkan.  Kami menunggu langkah Menteri Ristek dan Dikti, Prof. Mohamad Nasir  melakukan terobosan terhadap hal ini.


Apakah masih merasakan dikotomi antara perguruan tinggi negeri dengan swasta?
Dikotomi PTN dan PTS berangsur-angsur mulai diminimize. Pemerintah telah banyak menerapkan program-program yang menjadikan kesetaraan PTN dan PTS terlihat jelas. Contohnya pada proses akreditasi Institusi. Menteri Ristek Dikti, Prof. Mohamad Nasir menuturkan, dari 4274 perguruan tinggi baik negeri maupun swasta, baru 852 PT yang terakreditasi atau baru 19.93%. Jumlah ini terdiri atas 26 PT terakreditasi A, 240 PT terakreditasi B dan 586 PT terakreditasi C. Sebanyak 3.422 PT atau 80,07% belum terakreditasi. Akreditasi Institusi ini menunjukkan adanya kesetaraan antara PTN maupun PTS. Alhamdulillah, UNIKOM telah terakreditasi Institusi B dan masuk pada 19,93% PT yang telah terakreditasi tsb.


Contoh lain ?
Dari sisi Prestasi. UNIKOM yang pertama kali dikirim ke Amerika Serikat oleh DIKTI untuk kompetisi robot dunia tahun 2009 lalu, bukan PTN. Hal ini karena UNIKOM berhasil jadi Juara-1 Nasional Kontes Robot selama 3 tahun berturut-turut, mulai tahun 2007, 2008, dan 2009. Jadi tidak dilhat PTN atau PTS tapi Prestasi
yang dicapai.


Jadi, UNIKOM itu ingin membuktikan bahwa perguruan tinggi swasta tidak kalah dengan negeri ?
Ya.  Tahun 2016 ini tim Robotika UNIKOM bahkan kembali berhasil meraih 8 Medali Dunia bidang Robotika yakni 3 emas, 3 perak & 2 perunggu di Robogames USA (tahun 2015 UNIKOM meraih 7 Medali Dunia). Selain itu UNIKOM juga sudah menunjukan kepada masyarakat Indonesia bahwa UNIKOM sudah 7 tahun Juara Nasional Indonesia ICT Award INAICTA), 7 tahun Juara Nasional Roket, 6 tahun Juara Nasional The ICT Smart Campus (TeSCA), 8 tahun Juara Dunia Kontes Robot Internasional dan berbagai prestasi Nasional dan Internasional. Tahun lalu, UNIKOM meraih 2 Juara-1 Nasional Microsoft dari 3 kategori yang dilombakan. Di final kita mengalahkan ITB, UGM dan ITS.  Kategori Citizenship memperoleh hadiah Rp. 100 juta sedang kategori Inovation Rp. 50 juta dari Microsoft Indonesia. Citizenship  dikirim ke lomba Internasional di Amerika Serikat. Tahun 2016 ini, tim UNIKOM juga masuk final untuk lomba Microsoft bidang Inovasi.


Jadi perguruan tinggi swasta harus mandiri, jangan hanya mengandalkan pemerintah. Karena kalau kita hanya bergantung pada pemerintah saja, kita tidak akan pernah maju. Kita tidak akan jadi perguruan tinggi unggul. Oleh sebab itu, dituntut leadership dari seorang rektor, maupun dukungan Yayasan untuk bersinergi, bahu-membahu membangun infrastruktur dari perguruan tinggi itu. Jadi kita bisa tampil sebagai perguruan tinggi unggulan.


Menurut Anda perlu tidak dibentuk Lembaga Akreditasi Mandiri ?
LAM dibutuhkan untuk menjawab dan memenuhi keinginan PT agar lebih mandiri dan humanis terhadap proses akreditasi. LAM bidang ilmu kesehatan sudah jalan. LAM bidang ilmu teknik sudah siap dan LAM bidang lainnya juga sedang disiapkan. Juga sudah di siapkan IABEE untuk akreditasi Internasional bagi perguruan tinggi di tanah air. Saya termasuk dalam Steering Committe IABEE. Semua itu sangat baik untuk diterapkan di perguruan tinggi kita.


Mengenai kewajiban dosen minimal berpendidikan S2 dan masih sediktnya dosen berpendidikan S3 bagaimana pandangan Anda ?
 Saya pikir, yang harus dilakukan pemerintah itu, satu sosialisasi harus gencar. Kebanyakan para dosen tidak tahu ada beasiswa. Kemudian birokrasinya jangan berbelit-belit. Pemerintah inginnya dana riset dan beasiswa cepat tersalur dan tepat sasaran, tapi dibuat aturan yang kurang mendukung serta kurangnya komunikasi ke setiap PT. Itu yang perlu diperbaiki. Banyak nih anak-anak pintar itu loh. Khan pemerintah ingin kita lakukan akselerasi untuk bidang doktor. Dibikin supaya dari S1 mereka bisa langsung lanjut hingga jenjang ke S3, selama  4 tahun, percepatan doktor itu. Ide bagus, tahun lalu dimulai, tapi tahun ini kok nggak ada sosialisasinya lagi?


Bagaimana kalau caranya begitu?  
Jadi, antara program yang sudah dicanangkan itu harus konsisten. Itu yang diharapkan. Tanpa disuruh pemerintah, bagi  kampus yang ingin maju, itu harus, wajib menyekolahkan para dosennya. Saya  tidak pernah mempersulit dosen UNIKOM untuk kemajuan mereka, kita bantu.  Semakin banyak yang jadi Doktor, makin banyak bisa jadi Guru Besar, mahasiswa kita makin pintar. Dan bangga kan? Dan tentunya mahasiswa lebih bangga diajarkan oleh doctor. S1 kan nggak boleh ngajar. Jadi, dosen minimum S2, kemudian kalo bisa sudah doktor semua. Praktisi-praktisi juga kita harus serap. Sebab ilmu-ilmu yang mereka dapatkan tidak dari sekolahan, jadi ilmu mereka terapan-terapan begitu akan sangat dibutuhkan dunia kerja.


Program Kemenristekdikti membuat hilirisasi hasil riset. Apa komentar Anda?
Jika melihat negara Jepang, terutama kemajuan otomotif dan industrinya, hampir semua mobil-mobil baru mereka, mesin, disain dan teknologinya hasil riset dunia kampus.  Saya berharap, misalnya roket buatan mahasiswa UNIKOM, bisa diserap oleh Lembaga Antariksa Nasional atau LAPAN. Sayangnya, BUMN kita itu belum begitu bersinergi dengan pihak kampus. Sehingga hasil-hasil penelitian pihak kampus itu belum begitu banyak yang diserap.  Tapi Alhamdulillah, karya robot mahasiswa UNIKOM sudah dibeli dan diaplikasikan oleh pabrik teh dan minuman merek Sosro. Kemudian TNI Angkatan Laut  juga sudah menggunakan karya UNIKOM.  Memang, perlu terus menerus melakukan sosialisasi kepada perusahaan-perusahaan di Indonesia agar mereka lebih mengetahui apa yang dihasilkan PT.


UNIKOM ingin membuat nama Indonesia itu harum dengan cara membangun prestasi-prestasi di tingkat dunia, selain tingkat nasional. Sehingga orang mengenal negara kita itu tidak dengan hal-hal yang tidak baik. Kita harus ubah persepsi itu. Prestasi olahraga Indonesia sedang menurun tajam. Olahraga kita apa yang bisa di banggakan sekarang? Bulu tangkis sudah kurang, sepak bola berantem terus. Satu-satunya mengharumkan bangsa adalah lewat karya dunia kampus. UNIKOM bisa mewakili Indonesia di kompetisi tingkat dunia. Kenapa kita selalu juara? Karena mahasiswa kita support.  Jangan sampai mahasiswa yang tadinya motivasinya tinggi, gara-gara sarana-prasarana tidak dikucurkan, jadi malas. Ini lah yang kita jaga.  Makanya kenapa UNIKOM bisa mempertahankan prestasi internasional, karena kita support terus. Tidak mandek pada satu angkatan saja. Kalo angkatan yang sukses lulus terus tidak ada regenerasi, tak bisa kita, sayang. Jadi Continues Improvement terus diterapkan di UNIKOM untuk menjaga kesinambungan prestasi dan proses regenerasi.

Siapkan Dana Khusus Bagi Keluarga Miskin

Banyak pemuda Indonesia memiliki otak encer, terbentur masalah biaya jika ingin melanjutkan ke perguruan tinggi. Lantaran, kebetulan berlatar belakang status sosial kurang beruntung. Untuk menampung mereka, Yayasan Science dan Teknologi, yang membawahi UNIKOM, tak tanggung tanggung menyediakan dana Rp4,9 miliar, yang tahun ini disalurkan kepada 900 mahasiswa miskin dan mahasiswa berprestasi.


Sebenarnya, biaya masuk jadi mahasiswa baru di  UNIKOM masih relatif murah, dibandingkan  dengan fasilitas yang bakal didapat, seperti sarana dan prasarana yang lengkap dan gedung megah.  Malah bisa diangsur empat kali setahun. Jadi, tiap semester 2 kali.  Beda dengan kampus lain, yang awal semester atau baru masuk langsung harus bayar lunas. Lantaran kampus tersebut memiliki segudang prestasi kelas dunia, maka tak heran tiap tahunnya, UNIKOM menerima pendaftaran sekitar 10.000 calon mahasiswa baru. Yang berasal bukan saja dari Pulau Jawa, tapi dari berbagai daerah pelosok di tanah air, bahkan banyak mahasiswa asing.


“Unikom rata rata yang mendaftar sekitar 10.000 calon mahasiswa, tapi kita batasi yang diterima sekitar 3.000 siswa saja. Lantaran tenaga dosennya juga masih terbatas.  Sesuai aturan pemerintah, rasio untuk Prodi Eksak adalahnya 1:30, kalau non eksak 1:40. Total mahasiswa UNIKOM sekarang sekitar 12.500 mahasiswa” ujar Eddy Soeryanto Soegoto, Rektor UNIKOM saat menerima Men’s Obsession di ruang kerjanya.


Mahasiswa asing yang kini tengah menimba ilmu di UNIKOM asal luar negeri, yakni dari Tajikistan, Pakistan, Malaysia, Thailand, Papua Newgini, dan Timor Leste. Mahasiswa asal Bandung 50%, sisanya dari daerah seluruh pelosok Tanah Air. Sejak 10 tahun terakhir, mulai datang mahasiswa dari luar negeri.


Solusi yang ditawarkan yayasan untuk mahasiswa miskin yang berprestasi adalah menyediakan total dana beasiswa, tidak tanggung tanggung mencapai Rp. 4,9 miliar, yang telah disalurkan kepada 900 mahasiswa diawal tahun ini. Dana itu berasal dari Yayasan Sains dan Teknologi yang membawahi UNIKOM, Rektor dan pemanggu kepentingan lainnya, sebagai bakti kepada anak negeri.


Bentuk beasiswa adalah Beasiswa Yayasan Science & Tehnologi, Beasiswa Rektor UNIKOM, Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA), Beasiswa Unggulan Periode 2015-2016. Lalu Beasiswa Mahasiswa Prestasi BNI, Beasiswa Yayasan Pelayanan Kasih A&A Rachmat (YPK A&A Rachmat), Beasiswa Djarum, Beasiswa Bantuan Biaya Pendidikan Dan Peningkatan Prestasi Akademik (BBPPPA), Beasiswa Bidik Misi, Beasiswa Bantuan Biaya Pendidikan Dan Tugas Akhir Pemprov Jawa Barat dan Bantuan Walikota Khusus (BAWAKU) Mahasiswa.


Beasiswa ini masih diprioritaskan bagi mahasiswa UNIKOM yang memiliki prestasi. Sebab berdasarkan pengalaman, pemberian beasiswa bagi mahasiswa yang berprestasi lebih terlihat manfaatnya. “Tapi kita juga berikan kepada mahasiswa tidak mampu, sebab kalau ada mahasiswa yang tidak mampu dan juga berprestasi itu jauh lebih bagus,” katanya.


Khusus untuk mahasiswa kurang mampu, beasiswa yang berasal dari beasiswa Rector atau Yayasan, beasiswa BNI dan Bidikmisi tersebut dapat diberikan penuh selama menjalani kuliah. Sedangkan untuk beasiswa lainnya, diberikan untuk satu semester atau satu tahun, dan bisa diperpanjang pada tahun berikutnya.

 

Kata Mereka

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, M. Nasir: “Harus Kita Dorong!”

Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, M. Nasir sudah lama mengetahui kiprah UNIKOM yang prestasinya sudah mendunia. Karena itu, pihaknya mendorong sebanyak mungkin perguruan tinggi swasta berkiprah seperti UNIKOM. Karena, sudah tidak ada lagi perbedaan antara perguruan tinggi negeri dengan swasta. Yang membedakan hanya sumber pendanaannya saja.


“Iya ada UNIKOM di Bandung, ada juga Amikom di Jogya, kami sudah lihat semua dalam hal ini sudah bisa bersaing. Di Jakarta juga ada bukan saja disana. Jadi yang bisa bersaing di kelas dunia tidak hanya perguruan tinggi negeri, swasta juga memungkinkan. Oleh karena itu di era kompetisi harus kita dorong keduanya,” ujar M. Nasir.


Penyuka busana batik ini, juga menambahkan, menghadapi MEA 2015, pihaknya terus menerus tidak pernah berhenti mendorong perguruan tinggi untuk meningkatkan kualitasnya. Mulai dari dosennya harus minimal berpendidikan Strata Dua, dan harus melanjutkan hingga doktor dengan cukup banyak beasiswa dari pemerintah. Juga wajib mengikuti uji kompetensi, agar standar kelas dunia secara bertahap merata ke semua kampus.


“Muaranya kualitas lulusan lembaga pendidikan dan perguruan tinggi sudah kompeten dan siap pakai dan juga siap menghadapi MEA. Perguruan tinggi negeri unggulan seperti UI, ITB dan UGM juga wajib mengirim dosen bergelar professor sebagai dosen tamu di perguruan tinggi swasta dan negeri yang belum unggulan,” pungkasnya.

 

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Rudiantara: “Saya Ucapkan Selamat!”

Rudiantara turut bangga atas prestasi gemilang dari mahasiswa Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung yang meraih tiga medali emas, tiga medali perak, dan dua medali perunggu untuk kategori Open Fire Fighting Robot, Open Table Top Navigation, Beam Speeder, dan Beam Photovore di ajang The 12 Annual Robogames 2016 pada 8-10 April 2016, di Alameda County Fairgrounds – Pleasanton, California, Amerika Serikat.


“Kalau memang itu terjadi, saya ucapkan selamat,” ujar mantan petinggi di Indosat, XL, Telkomsel dan Telkom serta Wakil Direktur Utama PT PLN itu kepada Popy Rahim dari Obsessionnews.com di kantornya. Ia juga bangga ada universitas swasta di Indonesia yang lulusannya sudah mengantongi sertifikasi IT bertaraf internasional.


Sebelumnya Rudiantara menjelaskan, bahwa  kualitas manusia Indonesia sudah siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Beberapa langkah yang telah dilakukan pemerintah adalah menggelar sertifikasi nasional bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Sertifikasi tersebut akan meningkatkan daya saing tenaga kerja Indonesia. Semua lembaga pendidikan dan perguruan tinggi harus mengikuti ujian kompetensi yang hasilnya akan memperoleh sertifikasi kelulusan.


Selain itu, pemerintah juga akan terus mendorong sektor industri TIK seperti “e-commerce” dalam negeri, industri permainan (game) dan industri berbasis TIK lainnya.

 

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Bawesdan: “Bangga, Kampus Kita Mendunia”

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Bawesdan mengaku bangga dengan mulai banyaknya perguruan tinggi dalam negeri yang mendunia. “Bagi saya dan kementerian ini,  meskipun tak lagi mengelola perguruan tinggi,  tapi tentunya bangga melihat perkembangan kampus kita yang semakin mendunia, seperti misalnya UNIKOM,” katanya.


Mantan Rektor Universitas Paramadhina ini terus memperjuangkan agar kualitas semua lulusan SMK baik yang ada di desa maupun kota di tanah air berstandar Internasional. Jika menghadapi MEA 2015, ya tentunya harus berstandar ASEAN.  Begitu juga para guru atau pendidiknya, dan mutu materi pelajarannya yang harus kompeten dengan profesi yang diakui internasional. Misalnya Jepang banyak membutuhkan perawat untuk merawat orang Jompo, kemudian juga membutuhkan banyak nelayan, yang menguasai navigasi dan ilmu pelayaran.


Jika lulusan SLTA sudah bekerja dan memiliki penghasilan sendiri untuk melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi, jika kampus juga sudah go international, maka akan klop. Misalnya kampus UNIKOM yang sering juara lomba kelas robot dunia dan juga semua lulusannya sudah mengantongi sertifikat internasional.  


Dikatakannya, dunia pendidikan nasional juga siap memasuki dan bersaing di era MEA. “Kalau dari sisi kemampuan kita ini mampu yang jadi persoalan kemampuan kita harus dioptimalkan ditingkatkan dan dimanfaatkan. Kalau mampu tapi kita tidak bisa manfaatkan tidak menghasilkan apa-apa. Jadi kemampuan yang kita miliki yang harus ditumbuhkan oleh kesadaran dan kemauan untuk memanfaatkan kemampuan kita agar bisa mencapai standar yang diharapkan bahkan lebih bagus lagi bisa melampaui standar yang diharapkan,” tegasnya.



Add to Flipboard Magazine.
Komentar:

 

                             
   

Popular

Photo Gallery

Visitor


Jumlah Member Saat ini: 233250