Oleh: -

Naskah: Giattri, Foto: Dok. Frogdive

Selain sebagai sarana menyalurkan hobi menyelam, Frogdive Adventure Community juga menyusun kepingan-kepingan masa lalu dengan melakoni sejumlah ekspedisi ekstrem dan mendokumentasikan bangkai-bangkai kapal yang dulu terlibat perang di Laut Indonesia.

“Sesuai dengan semboyan kami, We Dive for Different Reason. Kami ingin dari hobi menyelam ini bisa memberikan sumbangsih untuk ilmu pengetahuan dan dunia kebaharian Indonesia,’’ ujar pendiri Frogdive, Perwira Kopaska TNI-AL Mayor Laut (P) Yudo Ponco Ari.

Ihwal pria yang menempuh pendidikan di Seskoal itu membidani Frogdive berakar dari kegundahannya kenapa belajar selam harus menggelontorkan banyak uang?

“Darisanalah tercetus untuk membuat wadah pecinta selam dengan harga yang terjangkau,” jelas pria yang akrab disapa Ponco itu.

Frogdive tidak membedakan antara diver yang sudah advance maupun pemula, semua diajari dari dasar. Kini, klub yang berdiri sejak 2014 itu telah memiliki 10 angkatan yang setiap angkatannya terdiri dari 10 orang.

“Trainernya kita sampai 7, jadi 1 orang bisa diawasi lebih dari 2,” kata Ponco.

Menariknya klub besutannya itu memiliki tiga soul yang sama diantara tiap anggotanya. Diving, History dan Military Enthusiast. Sehingga Frogdive lebih tertarik menyelami wreck/bangkai sisa sisa perang dunia yang tenggelam di Laut Indonesia. Frogdive sendiri dalam materi penyelamannya adalah gabungan dari selam rekreasional dan Military Diver.

“Sebelum belajar diving, mereka harus belajar kerjasama tim karena di laut tidak ada siapa-siapa kecuali mereka. Contohnya seperti mengangkat perahu karet yang beratnya ampun-ampunan untuk menumbuhkan kebersamaan, latihan fisik seperti push up untuk mengukur kemampuan mereka. Setelah bounding antar mereka kuat baru mereka belajar diving,” jelas Ponco.

Ponco mengakui latihan di Frogdive terbilang berat, salah satunya panic test. Saat latihan menyelam di kolam renang, dicabut alatnya dan anggota diputar-putar oleh trainer.

“Percaya atau tidak, orang kalau di air, sepinter apapun dia akan 4 kali lebih lamban berpikir. Segesit apapun dia bergerak akan 10 kali bergerak lebih lambat. Bisa terjadi 4x4=17,” terangnya.

Hal itu bukan tanpa alasan apabila terdapat masalah di medannya langsung, anggota tidak panik dan bisa mengantisipasi. Frogdive memiliki “Pusat Pendidikan” sendiri, dimana semua anggota nya adalah alumni dari Frogdive Diving Course atau Menwa Diving Course. Kesemuanya untuk umum. Karena itu, anggotanya pun berasal dari sejumlah latar belakang. ’’Ada yang mahasiswa, advokat, PNS, sampai dokter.,” jabarnya.

Meski terbilang baru, kiprah ekspedisi komunitas tersebut termasuk luar biasa. Sejak beberapa bulan berdiri saja, mereka sudah menelusuri jejak Nazi di Laut Jawa. Mereka menyelam ke objek yang diduga U-boat (kapal selam Nazi).

Ekspedisi kala itu lumayan berat. Apalagi para frogdiver tidak punya banyak uang untuk menyewa kapal. alhasil mereka berangkat dari Karimunjawa ke titik lokasi hanya dengan kapal kayu. Mereka berlayar 10 jam untuk menuju ke lokasi sejauh 98nautical mile.

Sesampai di sasaran, para anggota Frogdive menyelam sekitar 2 jam. Mereka berhasil menemukan objek yang diduga kapal di kedalaman 25 meter dan mendapat gambar objek yang memiliki dimensi sekitar 30 meter.

Identifikasi U-boat Nazi juga berdasar sejumlah objek lain yang mereka lihat. Misalnya, temuan lambang swastika di piring dan peralatan makan yang tersisa di sekitar kapal.