Oleh: -

Naskah: Suci Yulianita, Foto: Sutanto

Keberhasilan PT Metropolitan Land Tbk. (Metland) tak terlepas dari peran sang CEO, Nanda Widya. Berkat tangan dinginnya, Metland terus berkibar, bahkan berhasil mencapai kinerja gemilang di tengah kondisi perekonomian yang melesu. Semuanya itu diraih berkat kerja keras, inovasi dan efisiensi yang gencar dilakukannya.

 

Sangat sedikit perusahaan yang mampu survive saat kondisi perkonomian dunia melemah. Dari yang sedikit itu, salah satunya adalah Metland. Ketika menerima Men’s Obsession di sela-sela kesibukannya, Nanda dengan ramah bercerita banyak tentang strategi-strategi perusahaan yang dilakukan untuk tetap survive. Apalagi Metland telah belajar dari pengalaman masa lalu, ketika krisis tahun 1998, Metland membutuhkan waktu 4 tahun untuk bisa bangkit, kemudian krisis 2008, Metland hanya membutuhkan waktu 6 bulan untuk bisa bangkit kembali.


Karena telah berpengalaman menghadapi kondisi tersebut, maka tak heran jika Nanda tak terlalu kesulitan beradaptasi dengan kondisi perekonomian saat ini. Terbukti, ia mampu menutup buku hingga akhir 2014 dengan meraih laba bersih hingga Rp 267,95 miliar atau naik sebesar 11,08% dari tahun sebelumnya. Bahkan pendapatan di kuartal I 2015 pun dalam zona positif, Metland berhasil membukukan laba bersih Rp 55,3 miliar naik dari tahun sebelumnya pada periode yang sama, senilai Rp 53,5 miliar.     


Bagaimana bisa Metland meraup laba di tengah kondisi perekonomian yang tengah lesu, khususnya di sektor properti. Dikatakan Nanda, di tengah kondisi demikian, yang pertama dilakukan adalah melakukan efisiensi, “Contohnya, akhir tahun ini kita akan pindah kantor ke gedung milik sendiri. Itu kan bagian dari efisiensi juga, apalagi kita tidak bisa mengatur buying power orang lain. Jadi itu yang bisa kita lakukan,” terangnya dengan serius.


Melihat lesunya pasar rumah menengah atas lantaran ada peraturan baru PPnBM 20% untuk rumah di atas harga Rp 5 miliar, Metland kini tengah fokus pada pembangunan dan penjualan rumah untuk segmen yang masih potensial, yakni menengah ke bawah. Potensi pasar ini disiasatinya dengan meringankan beban yakni Metland menambah tenor cicilan rumah agar cicilan tidak terasa berat dan terjangkau oleh masyarakat menengah ke bawah.


Selain itu, yang juga penting, Metland selalu mengevaluasi dan memperbaiki produk-produk, serta selalu menjaga kualitas. “Kita tidak akan pernah menurunkan kualitas, karena itu menyangkut kepercayaan,” ucap Nanda menegaskan. Di samping itu, memperhatikan alur cash flow juga menjadi salah satu hal penting bagi Metland, “Cash flow itu ibarat darah, kalau darah kita tidak jalan, kan berbahaya,” imbuhnya. 

 
Dalam meningkatkan pelayanan kepada pelanggan, inovasi yang dilakukan Metland selain call center, kini Metland juga meluncurkan Metland Card. Produk inovasi ini bekerjasama dengan Bank Mandiri yang mana kartu tersebut juga berfungsi sebagai e-money, yang bisa digunakan untuk membayar parkir, membayar toll, pembelian tiket bus TransJakarta dan KRL commuter line. Tak hanya itu, bagi pelanggan setia Metland, poin Metland Card bahkan dapat ditukarkan dan kemudian digunakan untuk berbelanja di Mal Metropolitan dan Grand Metropolitan, menginap di hotel jaringan Metland bahkan membayar cicilan rumah. Juga tersedia berbagai hadiah-hadiah menarik lainnya dari poin yang terkumpul tersebut, antara lain logam mulia  yang bisa ditukarkan di Metland Gallery.  


Cara mendapatkannya pun sangat mudah. Selain pembeli properti milik Metland tentunya, siapapun yang berbelanja di mal jaringan Metland atau menginap di hotel jaringan Metland, bisa langsung mendaftarkan diri untuk memperoleh kartu tersebut. Saat ini terdaftar sekitar 18 ribu anggota Metland Card, dan Nanda menargetkan hingga 100 ribu anggota dalam kurun waktu lima tahun ke depan. Selain Metland Card e-money, Metland juga mempermudah para pelanggannya dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, yaitu website Metland yang selalu update. Dari situ bahkan konsumen bisa memantau perkembangan proyek di seluruh jaringan properti Metland.  


Selain terfokus pada pembangunan perumahan, ke depan Metland akan membangun sebuah kawasan mixed use di daerah Tangerang, Metland Cyber City yang rencananya akan dibangun di atas lahan seluas 60 hektar dengan wilayah komersil sebesar 70%. Nanda melihat ini akan menjadi sebuah tempat yang strategis, lantaran adanya jalan tol yang langsung menuju ke tempat tersebut.         

Ciptakan Spesies Baru, Professional – Entrepreneur
Setelah sukses dengan buku ketiganya, yang berjudul Professional Entrepreneur, Nanda berencana akan kembali membuat buku dengan judul dan topik sama. Perbedaan terdapat hanya pada isi buku. Jika buku ketiga membahas tentang siapa saja tokoh-tokoh professional yang memiliki jiwa entrepreneur, maka buku selanjutnya lebih kepada pembahasan bagaimana menjadi professional yang memiliki jiwa entrepreneur atau sebaliknya, bagaimana menjadi seorang entrepreneur yang memiliki jiwa professional. 


“Dengan begitu kita mau bikin spesies baru, yakni professional – entrepreneur. Sekarang yang ada kan professional yang belum memiliki jiwa entrepreneur, begitu juga sebaliknya. Antara professional dan entrepreneur kan berbeda, cara pandangnya beda, cara kerjanya beda dan memiliki visi yang berbeda. Nah gabungan keduanya ini akan menjadi spesies baru yang jika berhasil diimplementasikan akan menjadi luar biasa,” ceritanya penuh semangat.


Nanda tak tanggung-tanggung dalam mempersiapkan hal ini. Selain mempersiapkan sebuah buku khusus, Nanda juga akan memulainya dengan melakukan pelatihan kepada seluruh karyawan Metland, yang dimulai dengan level supervisor ke atas. Diharapkan nantinya seluruh karyawan Metland akan mampu menjadi spesies baru ini, Professional – Entrepreneur, sehingga Metland akan semakin berkibar menjadi sebuah perusahaan terkemuka dan terpercaya.

Nanda juga akan memberikan ilmu tersebut ke tingkat sekolah, yang dimulai dengan pelatihan kepada sekolah-sekolah milik Metland, agar nantinya mereka siap menjadi sumber daya manusia yang unggul dan pemimpin di masa depan.     


Dikatakan Nanda, hal ini dilakukan salah satunya dalam rangka mempersiapkan MEA (pasar bebas ASEAN) yang akan berlangsung tak lama lagi. Jika sumber daya manusia lokal tak mempersiapkan diri sedini mungkin, tak tertutup kemungkinan akan tergeser oleh mereka para SDM ekspatriat yang datang mencari kerja di Indonesia. “Kita sudah kalah di bahasa, maka jangan sampai skill kita juga kalah. Untuk itu saatnya kita mempersiapkan diri sedini mungkin!” tegasnya.


Apalagi, Nanda menekankan bahwa suatu saat nanti bisa terjadi kemungkinan salary tidak lagi menjadi kendala bagi para ekspatriat lantaran sulitnya mencari lapangan pekerjaan di negara asalnya. “Nah kalau kita tidak siap, saya kira para professional Indonesia siap-siap saja, tidak tertutup kemungkinan akan tersingkir. Kalau dulu bayaran ekspatriat lebih mahal, tapi dengan kondisi seperti ini, daripada dia tidak mendapat kerjaan di sana, ya mungkin dia mau kerja di sini dengan gaji sama dengan kita,” ia memaparkan dengan serius.