Oleh: -

Naskah: Arif Rahman Hakim, Foto: Dok. MO

Jahja Setiaatmadja seorang Chief  Executive  Officer (CEO) yang tangguh dan inovatif. Ia tak pernah berhenti melakukan berbagai terobosan besar dan jeli menangkap peluang bisnis. Di bawah kendali kepemimpinannya, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) berkembang pesat dan menjadi bank swasta nasional yang terbesar di Indonesia.

BCA sepanjang triwulan I-2015 membukukan laba bersih sebesar Rp 4,1 triliun. Jumlah tersebut meningkat sebesar Rp 10,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 3,7 triliun. Pendapatan operasional BCA (pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional lainnya) naik dari 13,2% menjadi Rp 11,0 triliun selama triwulan I 2015 dibandingkan Rp 9,7 triliun pada triwulan I-2014.


Jahja Setiaatmadja mengungkapkan, di tengah tantangan kondisi makro ekonomi, BCA berhasil mencatat kinerja usaha yang solid berkat keunggulannya dalam perbankan transaksi dan posisi likuiditas yang kuat.
“Penurunan aktivitas bisnis telah memperlambat pertumbuhan kredit pada triwulan I-2015, dibandingkan pada periode yang sama di tahun 2014. Menghadapi kondisi pasar tersebut, BCA tetap fokus dalam menerapkan praktik-praktik penyaluran kredit yang prudent, tercermin pada portofolio kredit yang sehat, serta mempertahankan posisi permodalan yang kokoh,” katanya di Jakarta, Rabu (29/4/2015).


Outstanding portofolio kredit tercatat sebesar Rp 335,6 triliun pada akhir Maret 2015, tumbuh 5,8% YoY. Keseluruhan portofolio kredit terdiversifikasi dengan kredit korporasi mencapai 32,5% dari total portofolio sementara kredit komersial dan UKM, serta konsumer masing-masing merupakan 40,1% dan 27,4% dari total portofolio kredit. Kredit korporasi naik 2,9% YoY mencapai Rp 109,2 triliun. Tingginya pelunasan kredit korporasi pada triwulan I-2015 telah mendorong outstanding kredit pada 31 Maret 2015 lebih rendah dibandingkan posisi 31 Desember 2014.


Sementara itu, kredit komersial dan UKM meningkat 8,3% YoY menjadi Rp 134,4 triliun yang mendukung pertumbuhan keseluruhan portofolio kredit. Kredit konsumer meningkat 5,6% YoY menjadi Rp 92,0 triliun. Kredit Pemilikan Rumah (KPR) tumbuh 3,6% YoY menjadi Rp 54,8 triliun, sedangkan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) naik 6,9% YoY menjadi Rp 28,7 triliun. Selain itu, outstanding kartu kredit tercatat Rp 8,5 triliun pada Maret 2015 naik 16,3% YoY. Rasio kredit bermasalah (NPL) pada Maret 2015 tetap berada pada level yang rendah sebesar 0,7% dengan rasio cadangan kerugian kredit sebesar 297,6%.


Jahja menuturkan, meskipun pertumbuhan ekonomi melambat, BCA tetap berkomitmen untuk terus melakukan investasi guna memperkuat franchise value bank. Dengan demikian, BCA berada pada posisi yang kokoh untuk menangkap peluang dari pertumbuhan bisnis dan ekonomi jangka panjang.


Bankir yang ramah ini tak segan mengungkapkan secara gamblang rahasia di balik kesuksesan BCA menjadi bank terbesar di Indonesia dan terbesar ketiga se-Asia Tenggara, yakni belajar, belajar, dan belajar. “BCA mencoba mencari tahu kebutuhan dari masyarakat dan memberikan berbagai sarana dan kebutuhan untuk masyarakat dengan service yang sebaik-baiknya. Di era kompetisi yang semakin ketat, maka untuk  menciptakan kepuasan dan loyalitas pelanggan, bukan  lagi karena harga murah, tetapi karena kualitas yang prima, terutama kualitas pelayanan,” ujarnya serius.


Meski meraih berbagai prestasi, lelaki kelahiran Jakarta, 14 September 1955 ini tetap rendah hati. Ia mengatakan kesuksesan BCA bukan semata-mata karena perannya, tapi karena team work. Dia mengaku bagian dari team work. “Saya bukan super hero. Sebab, super hero hanya ada di film-film Amerika itu, yang bisa mengatasi semua,” tuturnya sambil tersenyum.


Jahja memang mengutamakan team work. Untuk membuat team work yang bagus, katanya, harus bisa merangkul segala lapisan tenaga kerja sehingga bisa bersama-sama mendapatkan support yang kuat.
“Dan kalau team work itu terjaga dengan baik, sesuatu yang dikerjakan bersama pasti akan lebih mudah daripada mengandalkan satu-dua individu. Filosofi saya selalu demikian. Dan sejauh ini teman-teman bisa mendukung secara penuh. Dan hasil BCA ini adalah hasil team work, bersama-sama, bukan karena ada super hero atau orang hebat,” cetusnya.

Anak Karyawan Bank
Jahja dilahirkan dari keluarga karyawan bank. Ayahnya bekerja di Bank Indonesia, dan jabatan terakhirnya adalah kepala kasir. Ia berkesempatan kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Di masa-masa akhir kuliahnya, Jahja memutuskan mencari kerja. Pada 1979, ia bekerja sebagai akuntan di kantor akuntan publik Pricewaterhouse.


Setelah itu ia pindah di PT Kalbe Farma hingga kemudian ia dipercaya menduduki jabatan sebagai  Direktur Keuangan di Kalbe Group yang bertugas mengelola seluruh keuangan dari Grup Kalbe.


Awal 1989 ia ditawari untuk bekerja di Indomobil, salah satu perusahaan grup Salim. Dia menerima tawaran itu asalkan berkesempatan untuk lebih berkembang di sana. Di Suzuki Mobil Group Jahja menempati posisi Direktur Keuangan.
Kemudian pada 1990 Jahja bekerja di BCA sebagai Wakil Kepala Divisi. Pada 1999 Jahja diangkat oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) menjadi Direktur BCA. Selanjutnya tahun 2005 ia diangkat menjadi Wakil Presiden Direktur BCA. Dan Juni  2011 Jahja  mendapat kepercayaan menduduki  jabatan Presiden Direktur BCA hingga kini.