CEO Tangguh

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 29 June 2015

Naskah: Suci Yulianita Foto: Sutanto

Masalah menata air bersih untuk warga Jakarta, bukan soal baru bagi pria satu ini. Jadi, tak heran kalau Mohammad Selim yang merintis karir di PDAM Surya Sembada Kota Surabaya dipercaya menjadi CEO PT Aetra Air Jakarta. Terbukti, sejak diangkat tahun 2011 lalu, performa Aetra terus meroket. Ia optimis, hanya dengan kerja keras, inovasi dan teknologi yang tepat maka prestasi korporasi Aetra dapat terus mengalir dengan deras.

 

Dalam perjalanannya memimpin Aetra sejak 2011, Selim telah mengantarkan Aetra menorehkan performa membanggakan dengan meningkatkan produktivitas penjualan air bersih sebesar  141 juta meter kubik. Kenaikan itu terus berlanjut hingga mencapai sekitar 162 juta meter kubik pada akhir 2014 lalu. Itu artinya mengalami peningkatan sebesar 15% selama kurun waktu tiga tahun.


Seiring dengan peningkatan produktivitas penjualan, jumlah pelanggan Aetra juga mengalami peningkatan, dari yang semula tercatat pelanggan sebanyak 382.000 pada 2011, meningkat menjadi 407.000 pelanggan pada akhir 2014. Dan dalam rangka terus meningkatkan jumlah pelanggan, Aetra membuat sebuah terobosan dengan menjual paket-paket berlangganan, antara lain, paket berlangganan satu tahun, Rp 200.000 per bulannya dengan mendapatkan bonus gratis biaya pemasangan.


“Paket itu kita perkenalkan awal tahun ini, dan kita mendapat tambahan pelanggan lebih banyak. Setengah tahun ini kita sudah dapat sekitar 6.000-an pelanggan. Kita prediksi bisa dapat pelanggan baru sampai lebih dari 20.000 pelanggan hingga tahun depan,” ujarnya dengan penuh keyakinan.


Aetra bahkan berhasil meningkatkan revenue, dari yang semula Rp 1,057 triliun per akhir 2011, meningkat menjadi Rp 1,172 triliun pada akhir 2014, di tengah kondisi harga jual air (water charge) ke PAM JAYA yang menurun, dari yang semula Rp 7.600 per meter kubik pada 2011 lalu, turun menjadi Rp 6.000-an per meter kubik. Selain revenue yang meningkat, Aetra juga berhasil menjalankan efisiensi yang dibuktikan dengan peningkatan EBITDA, yang semula Rp 373miliar pada 2011 lalu, meningkat menjadi Rp 432miliar pada 2014.  


“Itu menandakan bahwa kita berhasil melakukan kegiatan yang baik. Kita juga berhasil melakukan efisiensi dalam pengelolaan Operasional dengan terbukti EBITDA kita tetap stabil naik, mengikuti kenaikan revenue. Dan Alhamdulillah kita juga tidak mengurangi benefit kepada karyawan, justru kami tingkatkan. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” katanya ketika ditemui Men’s Obsession di ruang kerjanya yang sederhana di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.
Selain itu, Aetra juga berhasil melakukan investasi dan efisiensi dengan menurunkan tingkat kebocoran air hingga 6% terhitung dari 2011 yang semula 47% menjadi 41% pada 2014. Sementara untuk tiap 1% bisa menghemat hingga Rp 18miliar rupiah. Itu artinya, Aetra telah menghemat hingga Rp 108miliar untuk penurunan 6% tersebut.


Sebagai perusahaan yang memenuhi kebutuhan air bersih di Jakarta, Aetra seringkali menemui kendala-kendala, seperti kondisi air baku yang tidak memadai. Dikatakan Selim, dalam kondisi hujan maupun kemarau, air baku memiliki karakter yang berbeda. Saat musim hujan misalnya, kondisi air baku yang berlumpur akibat erosi karena banyaknya hutan-hutan di hulu sungai yang gundul. Sedangkan saat musim kemarau, kondisi air baku yang terpolusi limbah meski airnya tampak jernih. Untuk itu, Aetra bekerja ekstra untuk menghilangkan polutan-polutan tersebut, agar bisa dikonsumsi masyarakat (benar-benar bersih dari polusi).


Kemudian adanya illegal tackling yang selama ini juga menjadi tantangan Aetra. Dalam hal ini, Aetra berharap adanya perhatian dari pemerintah, baik Pemprov DKI Jakarta, maupun PAM JAYA yang bersama-sama membantu menyelesaikan masalah tersebut, “Sekarang kami sudah mulai bersama-sama dengan pemerintah daerah, dalam hal ini pihak Walikota Jakarta Utara, PAM JAYA, dan kepolisian (Polres Jakarta Utara). Mulai tahun ini kita sudah dapatkan lokasi-lokasi yang memang dulunya sulit kita tertibkan. Mudah-mudahan ke depan dapat diselesaikan,” harapnya. 

    
Selain itu, masyarakat Jakarta yang masih menggunakan air sumur. Menurut Selim, jika hal itu dibiarkan, akan berdampak pada kerugian lingkungan, yakni menurunnya permukaan tanah. Untuk itu, Aetra bekerjasama dengan pemerintah DKI Jakarta akan melakukan penertiban-penertiban agar mulai beralih menggunakan air perpipaan, khususnya bagi industri dan komersial yang penggunaan airnya lebih banyak.


Kendala lainnya yang juga cukup berat bagi Aetra adalah gugatan dari CLS yang mempermasalahkan Perjanjian Kerjasama (PKS). Dalam hal ini konsesi selama 25 tahun (1997 – 2023) diminta untuk dibatalkan tanpa adanya kompensasi, karena menurut penggugat, PKS tersebut tidak sah dan karenanya dianggap tidak ada. Dampak dari pembatalan PKS ini (kemudian dilanjutkan dengan upaya banding oleh Aetra selaku pihak tergugat), menyebabkan kesulitan dalam usaha mencari tambahan pendanaan untuk investasi karena pihak perbankan menunggu keputusan yang berkekuatan hukum tetap. “Pemerintah mendukung kita, dan sekarang kita sedang melakukan banding. Kita lihat mudah-mudahan yang kuasa berpihak pada kita,” ucap Selim.        


Dikatakan Selim, kejadian tersebut tak hanya mengejutkan dirinya, namun juga ribuan karyawan yang bergantung pada Aetra dan sempat menimbulkan gejolak. Pada kondisi itulah tak henti-hentinya Selim dan jajaran Direksi lainnya, memberikan motivasi pada seluruh karyawan hingga akhirnya mereka semangat kembali dalam bekerja. “Kita terus melakukan sosialisasi apa yang sebetulnya terjadi. Percayalah bahwa kita akan selalu melakukan yang terbaik untuk perusahaan dan untuk karyawan. Kita terus sosialisasi dengan jujur, juga sosialisasi dan pendekatan kepada pemerintah pusat,” Selim memaparkan langkah-langkah yang dilakukan saat menghadapi situasi sulit itu.  
Dalam meningkatkan pelayanan dan kepuasan pelanggan, Aetra membuat inovasi-inovasi yang bertujuan memudahkan pelanggan, antara lain, Aetra Sedetik yaitu pembacaan meter dengan android dan GPS, billing system dan online sistem dengan Pihak Bank, Pos Indonesia, Indomaret dan Alfamart.  

 
Aetra juga melengkapi sarana operasionalnya dengan dua teknologi canggih yang konon baru dimiliki Aetra, yakni workshop meter, sebuah bengkel meter untuk meneliti kondisi meter, dan menentukan meter dalam kondisi layak/standar untuk bisa digunakan. Kemudian Decanter, suatu alat produksi ramah lingkungan, yang mampu mempertahankan agar buangan pabrik tidak mencemari lingkungan.


Ke depan, Aetra akan terus meningkatkan pelayanan pelanggan dengan langkah-langkah strategis yang akan dilakukan, seperti, meletakkan beberapa pompa agar tekanan air ke pelanggan semakin bagus. Dan yang tak kalah penting, Aetra juga akan menjalankan proyek ‘bedol desa’, yaitu penggantian semua jaringan perpipaan yang akan dilakukan di beberapa daerah di Jakarta. “Ini sudah kita lakukan di dua tempat di kawasan Utara, dan berhasil. Tingkat pelayanannya naik, NRW turun, tingkat kebocoran turun, dan pelanggan pun puas,” ia menutup pembicaraan.