Opera Ular Putih, Eksistensi Siluman dan Manusia

Oleh: Giatri (Editor) - 23 April 2015
Naskah : Gia, Foto : Sutanto
Teater Koma yang didukung oleh Djarum Apresiasi Budaya mempersembahkan lakon terbarunya berjudul “Opera Ular Putih” yang dipentaskan di atas panggung Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki (TIM) dari 3 hingga 19 April 2015.

Pada produksi ke-139 ini, sang penyadur naskah dan sutradara pementasan ini, N Riantiarno, mengupas kisah nonrealis tentang siluman Ular Putih yang ingin menjadi manusia, ia rela bertapa selama 1700 tahun. Karena usaha dan kebaikan yang ada dalam dirinya, para dewa mengabulkan permintaannya.

Setelah turun ke bumi, ia pun menjelma menjadi gadis manis, lembut bertutur sapa, memiliki cinta, dan rasa yang peka terhadap orang lain bernama Pehtinio. Tinio tidak sendiri. Adiknya, Si Ular Hijau juga setia menjelma menjadi manusia bernama Siocing. Berbeda dengan Tinio, Siocing berwatak keras, suka meletup-letup, dan gampang naik pitam. Kehadiran dua gadis itu ke bumi memberikan sebuah peruntungan. Di sisi lain, penduduk mengalami penderitaan akibat penyakit.

Kemudian, Tinio bertemu pemuda bernama Kohanbun yang merupakan reinkarnasi dari petani miskin yang pernah menolong Ular Putih ratusan tahun yang lalu, untuk membalas kebaikan hati petani itu, Tinio pun bertekad untuk menjadi istri dari Kohanbun.

Segala cara pun dilakukan Tinio untuk menarik perhatian Konhanbun, tentunya dibantu oleh Siocing. Hal unik disajikan saat Kohanbun menyambangi rumah Tinio. Dalang hadir sebagai juru cerita. Ia mengisahkan percintaan antara Tinio dan Kohanbun.

Pada bagian ini, Teater Koma menghadirkan tiga wayang berukuran raksasa, sekitar 3,5 meter. Permainan menggunakan wayang raksasa terkesan seperti ondel-ondel ala Betawi itu, ternyata ampuh mengundang tawa penonton. Gaya wayang potehi raksasa terasa kocak dan lucu.

“Selamat datang. Silakan minum tehnya,“ ujar Tinio, manja. “Iya, nyonya,“ ucap Kohanbun.

Terjadi pembicaraan akrab. Itu membuat hati Kohanbun berdetak seperti genderang hendak pecah.

Kohanbun merasakan getaran cinta yang belum pernah ia rasakan. Tentu saja, Tinio telah menyihir Kohanbun.

Setelah menikah, suami istri itu termasyur sebagai tabib yang mampu menyembuhkan berbagai penyakit aneh. Namun, kedamaian mereka terusik saat Kohanbun yang sedang menuu kelenteng bertemu Gowi, seorang peramal yang memberitahu bahwa istrinya dan adik iparnya adalah siluman ular jahat, tidak peduli segala kebaikan yang dilakukan Tinio.