Oleh: -
Naskah : Giatri Fachbrilian

Setiap benda antik memiliki keunikan dan memiliki nilai historisnya masing-masing. Hal ini menimbulkan perasaan yang mengikat antara saya dengan benda-benda nostalgia tersebut. Contohnya peninggalan dari keluarga besar yang bagi saya memorable, sehingga dirawat tanpa meninggalkan originalitasnya.

Hal itu diungkapkan Director of Sales Marketing Hotel Ciputra Jakarta, Thea S. Gunardhi, yang kerap dipanggil Thea. Ihwal Thea mengoleksi furniture antik berawal pada 1997. Waktu itu, Thea menemukan kursi putar peninggalan keluarga besarnya yang terbuat dari kayu jati. Saatb itu kondisinya kurang bagus, sandarannya pecah dan besi girnya berkarat. Timbulah keinginan untuk merestorasinya, ujar penyuka warna orange tersebut.

Dibuatlah gir baru untuk putaran kursi sehingga kursi tersebut bisa berfungsi seperti sedia kala. Tantangan untuk memperbaiki dan rasa puas yang didapat ketika melihat hasil, baginya memunculkan keinginan untuk memelihara dan melengkapi furniture antik secara keseluruhan dalam atmosfer sama, meskipun budget yang dikeluarkan bisa lebih besar dari pembelian produk baru, aku wanita kelahiran 18 April ini.

Kecintaannya terhadap benda antik kian bertambah ketika bertemu calon suaminya,Karena kami memiliki minat yang sama, akhirnya perlengkapan dan furniture rumah semua bertema vintage, tuturnya.

Benda-benda vintage touch tersebut Thea peroleh dari pasar-pasar tradisional di Jakarta hingga di berbagai wilayah Indonesia. Selain dari dalam negeri, ia juga kerap membelinya di luar negeri.
Pernak-pernik rumah ada yang didapat dari Stanley Market (Hong Kong), piring dan mangkuk enamel lama ditemukan di pasar lokal Kuching, Malaysia, sementara plat dinding enamel berlukiskan Audrey Hepburn, dan juga jam retro, saya temukan di Dubai Mall, paparnya.