Oleh: -
Sosok bankir wanita satu ini termasuk langka di dunia perbankan Tanah Air. Datang dari latar belakang ilmu biologi, Ani Murdiati mampu mensejajarkan dirinya di barisan bankir top.

Berbagai prestasi telah diperolehnya, termasuk mengangkat citra bank tempatnya bekerja, Bank Mega Syariah. Ani bahkan menjadi satu-satunya wanita yang duduk di jajaran direksi bank tersebut, dengan jabatan Direktur Bisnis.


Bank Mega Syariah yang didirikan pada Agustus 2004,  semula hanya memiliki aset Rp300 miliar. Pada Maret 2008, membengkak menjadi Rp2,5 triliun. Perkembangan yang begitu pesat berkat strategi bisnis yang tepat.

“Kami masuk di dalam segmen usaha yang kami kuasai, dan segmen itu tidak diambil oleh orang lain. Kami mempunyai produk yang bervariasi dan menarik dijual,” ungkapnya, seraya menjelaskan produk-produk andalan Bank Mega Syariah, seperti, tabungan mudarabah (bagi hasil), tabungan pendidikan, dan tabungan investasi.

Saat ini Bank Mega Syariah memiliki 16 cabang yang tersebar di kawasan Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi.

Bank ini menargetkan mendirikan 20 cabang tiap tahun. Meski berlandaskan hukum Islam, bank ini diperuntukkan bagi semua kalangan. Di Surabaya, misalnya, 90% nasabahnya adalah warga keturunan. Bahkan kepala cabangnya pun warga keturunan. “Kami menciptakan bank ini untuk semua kalangan,” tegas Ani.

Ani merintis karier di Bank Mega sejak 1999. Semula ia dipercaya memimpin Kantor Cabang Pembantu Bank Mega Melawai, Jakarta Selatan. Ketika Bank Mega Syariah didirikan pada 2004, Ani diangkat menjadi direktur bisnis. Dia berhasil membawa Bank Mega Syariah meraih penghargaan sebagai Bank Syariah Terbaik 2007, dengan pertumbuhan terbaik dan market server terbaik.

Berkat kiprahnya di dunia perbankan yang menonjol, pemakai busana muslimah ini memperoleh penghargaan Kartini Award 2007. Prestasi lainnya adalah terpilih sebagai pemimpin muslimah yang patut dicontoh dalam acara Sentuhan Qalbu yang ditayangkan Trans TV pada 2007. Di tahun itu pula wajahnya nan ayu menjadi sampul majalah Nur. Belum lama ini, ia mendapat penghargaan sebagai bankir berprestasi di bank syariah. 

Kariernya di dunia perbankan dirintis dari bawah di Jayabank selama sembilan tahun (1989-1999). Wanita kelahiran Kudus, Jawa Tengah, 8 Juli 1962, ini, mula-mula bekerja sebagai teller, lalu dipercaya menjadi kepala cabang. Ia pernah memimpin kepala cabang Jayabank Bumi Serpong Damai (BSD), Jatinegara, Pondok Indah, Blok M Melawai, dan Semarang.

Saat memimpin Cabang Pondok Indah, Ani terpilih menjadi kepala cabang terbaik (1992-1993). Di bawah kepemimpinannya Jayabank Pondok Indah terpilih menjadi cabang terbagus, paling cepat memperoleh keuntungan, tertinggi mengumpulkan dana dari pihak ketiga, dan berhasil menjalin kerja sama dengan PT Telkom.

Prestasi seperti itu rupanya diraih lewat kiat yang sederhana namun sangat substansial, yakni bekerja ekstrakeras demi menghasilkan sesuatu yang bagus. Di samping itu, tak lupa berdoa. Baginya, ikhtiar harus selalu dibarengi doa. Sebab, bekerja adalah sebuah ibadah.

Uniknya, meski sukses sebagai bankir ternama, Ani sama sekali tak berlatar belakang pendidikan perbankan. Ia adalah sarjana biologi lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) tahun 1988. Namun dengan kemauan belajar secara otodidak, Ani berhasil menjadi bankir profesional. “Gender tidak jadi kendala lagi,” imbuhnya.

Menjadi seorang bankir juga tak pernah terlintas dalam benaknya saat kuliah. Ani semula ingin berprofesi sebagai dokter, seperti diinginkan kedua orang tuanya. Namun, ia tak diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS), Solo, tahun 1982. Ia justru diterima di Fakultas Biologi Jurusan Mikrobiologi UGM, dan merampungkan kuliahnya pada 1988.

Anak ketujuh dari sebelas bersaudara ini datang dari keluarga sederhana. Kedua orang tuanya hanya pegawai negeri dan petani di sebuah desa kecil bernama Jekulo di Kudus. Ayahnya, Adnan Jamsuksin, bekerja di Kantor Departemen Penerangan Kudus,  sedangkan ibunya, Sunarti, berasal dari Solo dan seorang guru SD. Sepulang kantor,  kedua orang tuanya bekerja di sawah. Namun mereka membekali anak-anaknya dengan pendidikan. Hebatnya, dengan keterbatasan ekonomi mereka dapat membiayai kesebelas anaknya kuliah di UGM.

“Saya bangga punya orang tua yang membekali saya dan saudara-saudara saya dengan ilmu. Pelajaran terpenting yang saya peroleh dari orang tua adalah, pertama hidup itu harus jujur, bersih, menyatu antara pemikiran, ucapan, dan tindakan. Kedua, harus bekerja keras. Ketiga, belajar. Dan keempat, harus menyayangi satu sama lain,” tuturnya. 

Sejak kecil Ani sudah berprestasi. Dialah pelajar teladan sejak SD, SMP, dan SMA, dengan nilai selalu di atas 8. Kalau tak dapat nilai di atas 8, ia tak diberi uang saku oleh orang tuanya. Sewaktu duduk di bangku SMA Ani aktif dalam berbagai kegiatan, misalnya menjadi anggota tim inti basket, mayoret marching band dan anggota Paskibraka Jawa Tengah.

Dia juga pernah menjadi juara lomba atletik (lari 1.000 meter, loncat tinggi, lompat jauh, dan tolak peluru) antar pelajar SMA se-Kabupaten Kudus. Di bangku kuliah, IP-nya mendekati poin 4.

Perempuan ramah nan murah senyum ini menikah dengan Sofyan Pane pada 1988. Suaminya pernah bekerja di sebuah bank, dan kini menjadi pengusaha elpiji. Ani dikaruniai tiga anak, yakni Andamari, Ahmad Zaki, dan Khusnul. Andamari kuliah di Singapura, Zaki kelas 1 SMP di Jakarta, dan Khusnul kelas 5 SD di Jakarta. Untuk menjaga kesehatan Ani rajin berolah raga fitnes dan berenang di Kuningan, Jakarta Selatan.

Anigrafi
Nama lengkap Ani Murdiati Lahir Kudus, Jawa Tengah, 8 Juli 1962 Pendidikan Fakultas Biologi Jurusan Mikrobiologi UGM, Yogyakarta (1988) Profesi/Jabatan Direktur Bisnis Bank Mega Syariah (sejak 2004-2012) Karier Jayabank (1989-1998), Kepala Kantor Cabang Pembantu Bank Mega Melawai, Jakarta Selatan (1999-2003) Prestasi/penghargaan Kepala Cabang Jayabank terbaik (1992-1993), Penerima Kartini Award 2007, Bankir berprestasi di bank syariah (2008) Keluarga Sofyan Pane (suami), Andamari, Ahmad Zaki, Khusnul (putra-putri)


Artikel ini dimuat pada majalah Men’s Obsession edisi April 2008

Update

Sejak 1 April 2013 Ani Murdiati dipercaya memimpin Bank Victoria Syariah sebagai Direktur Utama. Satu tahun di bawah kepemimpinannya, laba bank ini melesat 32,27% menjadi Rp 7,05 miliar.

Ini terjadi akibat melonjaknya pembiayaan hingga Rp 860 miliar, atau 80,67% dibandingkan tahun 2012. Bank Victoria Syariah pun berhasil menghimpun DPK sebesar Rp 1,015 triliun atau tumbuh 57,12%. "Tahun ini kami fokus meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM)," ujar Ani.