Serat Optik Sepanjang 6000 Km Siap Membentang Menyatukan Kawasan Timur Indonesia

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 01 June 2013
Naskah: Sahrudi/Cucun Hendriana, Foto : Fikar Azmy, Dok. Pribadi

Oesman Sapta Odang (OSO) adalah satu dari sekian banyak tokoh nasional yang memiliki semangat untuk membangun daerah dan menempatkan daerah sejajar dengan pusat. Ia memiliki cita-cita besar dalam membawa petani dan nelayan di daerahmenjadi sejahtera, sebagaimana ia juga concern untuk memajukan para pengusaha di daerah. Tak heran jika ia diminta aktif berkiprah di berbagai organisasi.


Lahirnya Fraksi Utusan Daerah MPR RI di masa lalu tak lepas dari peran OSO dan sejumlah tokoh daerah yang duduk di parlemen yang berjuang keras untuk mengegolkan anggota Utusan Daerah (UD) MPR menjadi fraksi. Perjuangan OSO dan kawan-kawan memang tidak sia-sia karena akhirnya Fraksi UD MPR RI pun terwujud dan OSO menjadi ketua fraksi, kemudian menjadi Wakil Ketua MPR unsur Utusan Daerah.

Ketika itu OSO berharap dengan adanya Fraksi utusan Daerah maka keberadaan daerah tak termarginalkan dan para tokoh yang berada didalamnya memiliki peran yang luas dan kuat dalam memperjuangkan aspirasi masyarakat di daerah. Namun, ketika Indonesia menganut sistem bikameral pada Pemilu 2004, maka praktis keberadaan Fraksi Utusan Daerah di MPR dihapus dan diganti Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Fraksi utusan Daerah bisa dihapus tapi semangat OSO untuk berjuang bagi masyarakat di daerah tak pernah pupus. Karena itulah ia bersama sejumlah tokoh daerah mendirikan Partai persatuan Daerah (PPD) yang memilih platform memperjuangkan pelaksanaan otomoni daerah.

Eksistensi partai ini memang tak berumur panjang sekalipun kemudian berubah menjadi Partai Persatuan Nasional (PPN) yang tidak lolos verifikasi Komisi Pemilihan Umum (KPU). Tapi lagi-lagi, semangatnya untuk terus memajukan daerah tak pernah punah. Ia tak mau menyerahkan partainya untuk bergabung dengan partai lain jika tujuannya adalah untuk kepentingan pragmatis. Tawaran dari partai lain yang mengajaknya untuk bergabung, terpaksa tidak dipenuhi OSO karena sikap konsistennya itu.