YKAN Umumkan Pemenang Kontes Foto Suara Alam Nusantara, Para Juri Ingatkan Tanggung Jawab Konservasi

Editor Oleh: Redaktur - 05 December 2025

Di tengah perubahan ekologis yang makin terasa di berbagai penjuru negeri, ribuan karya foto dan video kembali mengalir ke ajang Suara Alam Nusantara yang digelar Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN). Momentum ini tidak hanya memperlihatkan bagaimana publik memandang alam Indonesia, tetapi juga bagaimana lensa kamera bisa menjadi ruang refleksi atas hubungan manusia dengan lingkungan yang terus berkembang.

Pengumuman pemenang berlangsung di Gramedia Jalma, Jakarta, bertepatan dengan Hari Konservasi Kehidupan Liar Sedunia. Anggota Dewan Pengawas YKAN Jimmi Chayadi menyampaikan bahwa ajang ini menjadi bagian dari komitmen kolektif menjaga lingkungan. “Acara ini bukan hanya tentang mengumumkan pemenang, tetapi tentang merawat komitmen kita untuk menjaga alam Indonesia. Di tengah tantangan yang semakin besar, setiap langkah kecil tetap bisa memberi dampak,” ujarnya. Baginya, lebih dari tiga ribu karya yang masuk memperlihatkan ragam karakter alam Indonesia yang jarang disaksikan publik.

Besarnya jumlah karya turut memengaruhi kompleksitas penjurian. Lebih dari dua ribu foto dari berbagai penjuru Indonesia masuk tahun ini, menampilkan lanskap, satwa, hingga kehidupan masyarakat adat. Dengan keragaman sebesar itu, para juri menghadapi proses penilaian yang intens karena setiap karya membawa pesan dan karakter visual yang berbeda.

“Lomba foto ini bukan kali pertama YKAN mengadakan. Sudah beberapa kali dilakukan, dan tahun ini kami kembali menggelarnya karena YKAN ingin terus mengajak publik peduli pada alam. Kami ingin semakin banyak orang mencintai dan menjaga alam lewat karya visual foto maupun video, yang bisa membuat kita sadar betapa kayanya Indonesia," ujar Direktur Komunikasi YKAN, Priscilla Christy.

Ia mengatakan banyak foto yang tahun ini membawa sudut pandang baru. Ia menyebut sejumlah karya menampilkan warna serta kehidupan yang membuat para juri terkejut. Priscilla juga menjelaskan bahwa kompetisi tahun ini terinspirasi dari album rekaman Suara Alam Nusantara yang dirilis YKAN pada 2024 dan tersedia di layanan musik digital. Album tersebut menjadi dasar untuk menyajikan pengalaman yang lebih utuh antara audio dan visual.

Dalam proses penjurian, fotografer profesional Marrysa Tunjung Sari menyebut diskusi berlangsung panjang karena setiap karya membawa bobot pesan yang berbeda. “Penilaian tidak hanya melihat visual, tetapi juga apakah foto mampu menyuarakan alam dan biodiversitas,” ujarnya.

Aktor dan pegiat alam Ramon Tungka memperluas catatan etika visual terutama dalam kategori Masyarakat Adat Indonesia. Ia menilai proses pemotretan tidak bisa dilakukan secara instan. “Untuk memotret satu orang saja, saya membiasakan diri bisa tiga minggu di tempat itu. Ada pendekatan, ada ngobrol dulu,” ujarnya. Ramon menyoroti praktik sejumlah content creator yang datang hanya untuk mengambil foto demi monetisasi tanpa memberi manfaat bagi komunitas adat. “Kita semua adalah manusia adat, dan masyarakat adat seharusnya dilibatkan dalam setiap pengambilan keputusan,” tambahnya.

Musisi Monita Tahalea melihat hubungan emosional antara manusia dan alam sebagai unsur penting dalam foto. Ia menyebut banyak lirik yang ia tulis merupakan refleksi dari alam. “Alam ini membuka hati. Kita cuma bagian dari alam, bukan pemiliknya,” ungkapnya. Ia terkesan dengan karya yang menangkap momen kepedulian, seperti rekaman tukik kembali ke laut. Menurutnya, karya seperti itu memperlihatkan rasa hormat fotografer terhadap lingkungan.

Di sisi kuratorial, fotografer senior alam liar Riza Marlon atau Mas Caca menerapkan standar ketat terutama untuk kategori satwa. Ia menolak karya yang mengandung unsur animal abuse dan rekayasa visual yang kerap dilakukan bounty hunter demi estetika. “Banyak sekali bounty hunter. Mereka bikin foto dengan segala cara agar cantik, estetik. Padahal itu menyiksa. Itu yang kita hindari,” tegasnya. Ia mengeliminasi sejumlah foto karena berasal dari studio atau tidak masuk akal secara biologi. Penilaian difokuskan pada keaslian, kekuatan pesan, dan kedalaman visual untuk memastikan karya benar-benar mewakili biodiversitas Indonesia yang termasuk terkaya di dunia.

Tahun ini, delapan kategori foto melahirkan masing-masing pemenang, Lanskap Laut termasuk bawah laut, Makhluk Laut, Lanskap Drone, Lanskap Non-Drone, Tumbuhan dan Jamur Liar, Satwa Liar, Burung, serta Masyarakat Adat Indonesia. Untuk kategori video, dua pemenang dipilih untuk kategori Lanskap dan Potret, lengkap dengan satu video favorit TikTok.

Kompetisi Suara Alam Nusantara melanjutkan upaya YKAN memperkenalkan kekayaan alam Indonesia kepada publik melalui medium yang mudah dijangkau. Setelah rekaman suara alam dari Papua, Wakatobi, hingga Kalimantan dirilis dan tersedia di Spotify, kini visual foto dan video diharapkan memperkuat pesan tentang pentingnya menjaga lingkungan bagi generasi mendatang. (Angie)

 

 
 
 
View this post on Instagram

A post shared by YKAN (@ykan_id)