Art Jakarta 2025: 75 Galeri, 16 Negara, dan Denyut Baru Seni Rupa Asia

Jakarta kembali bersiap menjadi panggung pertemuan seni rupa dunia. Pada awal Oktober mendatang, JIExpo Kemayoran akan bertransformasi menjadi ruang besar yang penuh warna, di mana lukisan, instalasi, patung, hingga karya lintas medium dari berbagai penjuru dunia akan berdialog. Inilah Art Jakarta 2025, bursa seni rupa kontemporer terbesar di Indonesia, yang tahun ini hadir lebih meriah dengan menghadirkan 75 galeri dari 16 negara.
“Art Jakarta 2025 kami harapkan dapat memantik optimisme dan kegairahan bagi pasar seni rupa di Indonesia maupun Asia Tenggara. Kami bangga mendapatkan kepercayaan dari sejumlah galeri penting dunia yang akan hadir tahun ini," tutur Enin Supriyanto, sang Artistic Director, penuh semangat.
Galeri Penting, Nama Besar
Daftar peserta tahun ini memang mencuri perhatian. Dari Berlin, hadir Esther Schipper, galeri prestisius dengan jaringan di Paris, New York, hingga Seoul. Dari Jepang, Kaikai Kiki, lembaga seni yang didirikan maestro Takashi Murakami, siap membawa energi khasnya. Dari Taipei, Tina Keng Gallery, institusi yang dikenal konsisten mengangkat nama besar perupa Taiwan dan Cina ke kancah global, turut meramaikan.
Partisipasi galeri-galeri terkemuka itu menjadi penanda jelas, posisi Art Jakarta kian penting, bukan hanya di Asia Tenggara, melainkan juga dalam lanskap seni rupa internasional.
Lebih dari Sekadar Pameran
Namun Art Jakarta tidak hanya soal karya di dinding atau lantai pameran. Seperti edisi sebelumnya, program-program kolaboratif kembali menjadi magnet. Julius Baer menghadirkan VIP Lounge dengan karya kontemporer pilihan, termasuk seri “Postcards from the Alps” karya Eddie Hara. Bibit membawa karya monumental Agus Suwage, Potret Diri dan Panggung Sandiwara. Treasury menggandeng Azizi Almajid dan Nuri Fatimah dengan instalasi khusus, sementara BCA menampilkan karya Muklay bersama Palette Studio.
SUPERMUSIC, iForte Energy, dan TACO juga akan menambahkan lapisan pengalaman baru dari instalasi musik, eksplorasi energi, hingga kolaborasi desain. Semua ini menjadikan Art Jakarta bukan hanya bursa seni, melainkan festival kreatif dengan ekosistem yang luas.
Program Andalan yang Ditunggu
Selain kolaborasi mitra, Art Jakarta tetap mempertahankan ciri khasnya, yaitu SPOT, ruang instalasi terkurasi; SCENE, platform kolektif seniman untuk menggalang dana; serta AJX, kanal bagi lembaga dan perusahaan swasta untuk berkontribusi pada seni.
Menariknya ada pula Art Jakarta Papers 2026, sebuah konsep yang khusus mengeksplorasi medium kertas dari gambar, cetak, patung, hingga instalasi. Program ini akan diperkenalkan lebih awal di Art Jakarta 2025, memberi ruang segar bagi wacana seni rupa berbasis kertas di Indonesia.
Panggung Bagi Denyut Seni Asia
Art Jakarta bukan hanya soal jual-beli karya seni. Ia adalah cermin semangat, kegigihan, sekaligus optimismenya sendiri bahwa seni rupa Asia Tenggara, dengan Indonesia sebagai episentrum, punya suara yang layak didengar dunia.
“Keikutsertaan galeri-galeri internasional ini menunjukkan bahwa Art Jakarta dan Indonesia makin mengukuhkan posisinya di kawasan,” tegas Enin.
Tiket sudah tersedia sejak 9 September melalui situs resmi artjakarta.com. Sementara kalender menandai tanggal 3–5 Oktober 2025, banyak mata kini tertuju ke Kemayoran. Di sanalah, selama tiga hari, seni rupa akan berdenyut kencang, menghubungkan seniman, kolektor, galeri, dan penikmat seni dalam satu perayaan besar. Gia Putri | Dok. Art Jakarta