Prof. Zudan Arif Fakrulloh (Kepala Badan Kepegawaian Negara) - Memimpin Transformasi BKN

Naskah:Gia Putri Foto:Dok. OMG
Di tangan Prof. Dr. ZudanArif Fakrulloh, S.H., M.H., transformasi birokrasi bukan lagi sekadar mimpi panjang yang tertunda. Ia hadir dengan ketegasan visi, kecermatan data,dan sentuhan manusiawi, membuktikan bahwa perubahan bukan hanya mungkin, tapi mutlak dilakukan. Dengan pendekatan yang menyentuh hingga lapisan paling bawah, ia membangkitkan semangat baru di tubuh Badan Kepegawaian Negara (BKN).
BKN sebagai pusat manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN), telah lama menjadi pilar birokrasi Indonesia. Namun di tengah tuntutan zaman yang bergerak cepat, lembaga ini memerlukan arah baru. Ketika Prof. Zudan resmi dilantik pada 7 Januari 2025, ia tidak hanya menerima amanah, tapi juga warisan tantangan besar: mentransformasi birokrasi kepegawaian menjadi lebih lincah, adaptif, dan berorientasi kinerja.
Tidak butuh waktu lama untuk melihat perubahannya. Dalam tujuh bulan pertamanya, fondasi reformasi mulai terasa nyata, sistem internal dibenahi, layanan publik dimodernisasi, dan semangat meritokrasi ditegakkan tanpa kompromi. Semua dilakukan dengan prinsip kolaborasi dan tata kelola efektif efisien yang menjadi ruh baru BKN.
Gerak Cepat, Kolaborasi, dan Evaluasi
Sejak hari pertama menjabat, Prof. Zudan meyakini bahwa membangun birokrasi tidak bisa dilakukan sendiri. Ia menanamkan semangat sinergi lintas sektor sebagai langkah awal perubahan.
“Karena yang kita tuju sama, maka kita berjalan bersama-sama,” ucapnya dalam pidato pelantikannya, kalimat yang kini menjadi semacam mantra bagi gerak cepat BKN. Reformasi, baginya, bukan sekadar soal struktur dan alur kerja, melainkan perubahan cara berpikir. Ia memperkenalkan pola kerja berbasis Plan-Do-Check, agar setiap unit tidak hanya menyelesaikan tugas, tapi juga mampu mengevaluasi dan menyesuaikan proses kerja secara berkelanjutan. Di saat yang sama, kolaborasi dan kinerja menjadi budaya. Rencana kerja dibuat detil, implementasi program, pelaporan kinerja dibuat konkret, dan sistem kerja hybrid dengan satu hari boleh bekerja dimanapun (work from anywhere) diterapkan untuk meningkatkan produktivitas para ASN.
Digitalisasi Total, Kepastian Layanan
Salah satu lompatan paling revolusioner di bawah kepemimpinan Prof. Zudan adalah transformasi digital menyeluruh. Tak ada lagi tumpukan berkas atau surat menyurat fisik di ruang-ruang BKN.
“Kami tidak lagi menerima kiriman berkas fisik. Semua proses promosi, mutasi, dan rotasi jabatan ASN dan semua pelayanan di BKN sekarang berbasis sistem digital,” tegasnya.
Namun bukan sekadar digitalisasi, sistem ini juga menjanjikan kecepatan. BKN kini menetapkan standar pelayanan maksimal lima hari kerja. Jika permintaan promosi atau mutasi belum juga diproses dalam lima hari, maka sistem akan mengesahkannya secara otomatis. Tidak ada lagi ruang untuk lambat dan berbelit.
Platform ASN Digital kini mencakup seluruh siklus kepegawaian dari rekrutmen hingga pensiun dan telah digunakan oleh lebih dari 4,8 juta ASN. Untuk melindungi data yang semakin besar dan bernilai strategis, BKN menerapkan sistem Multi-Factor Authentication (MFA), memastikan bahwa keamanan data menjadi tanggung jawab bersama.
Talenta ASN Dikelola, Dikembangkan, Dipercepat
Transformasi BKN tidak hanya soal sistem dan teknologi, tetapi juga manusia yang menggerakkannya. Prof. Zudan membawa satu gagasan besar, membangun sistem kepegawaian berbasis kompetensi dengan memperhatikan potensinya. Perpaduan antara kompetensi dan potensi akan menjadi warna baru dalam pengembangan ASN di Indonesia.
“Manajemen talenta ASN merupakan instrumen strategis yang mendukung tercapainya Asta Cita Presiden dan Wakil Presiden. Melalui pemetaan potensi dan kinerja ASN, pemerintah dapat menempatkan individu yang tepat di posisi yang tepat,” jelasnya.
ASN kini dikelompokkan berdasarkan keahlian, lalu dikembangkan melalui pelatihan, pendampingan, dan penugasan strategis. Lima kebijakan baru yang pro ASN pun diluncurkan yaitu: kemudahan pencantuman gelar, peningkatan frekuensi uji kompetensi, pencantuman gelar profesi/sertifikasi, serta relaksasi kenaikan pangkat dan penerapan manajemen talenta yang lebih adaptif. Semuanya dirancang untuk mempercepat mobilitas dan menciptakan ASN unggul.
BKN yang Hadir dan Menyapa
Prof. Zudan juga memastikan bahwa transformasi tak berhenti di pusat. Ia aktif turun ke daerah, membina para Kepala BKD/BPKSDM melalui program “BKN Menyapa”.
Dalam berbagai forum, termasuk retret kepala daerah, ia menegaskan bahwa pejabat kepegawaian daerah harus aktif memantau pelaksanaan visimisi daerah. “Kepala BKD harus terus mengecek apakah visi-misi kepala daerah sudah dikerjakan oleh OPD,” ujarnya.
Dengan pendekatan ini, ASN tidak lagi sekadar pelaksana kebijakan, tetapi juga penggerak perubahan.
Menyongsong Indonesia Emas 2045
Apa yang dibangun Prof. Zudan bukanlah perubahan sesaat. Ia sedang menyiapkan landasan jangka panjang bagi birokrasi yang lebih gesit, melayani, dan relevan dengan zaman.
Dalam peringatan HUT ke-77 BKN, ia berkata, “Kita ibarat menempati bangunan ke-77 dalam perjalanan panjang pembangunan birokrasi. Namun, kita tidak boleh melupakan bangunan ke-1 hingga ke-76.”
Sebuah pengingat, bahwa setiap langkah maju harus berdiri di atas kesinambungan. Dan semua perubahan yang dilakukan dari efisiensi, digitalisasi, hingga penguatan sistem merit merupakan kontribusi nyata BKN dalam menyiapkan ASN unggul menyongsong Indonesia Emas 2045.
Baca selengkapnya di majalah Men's Obsession Edisi 267