Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D., AAK. (Direktur Utama BPJS Kesehatan RI) - Menyongsong Indonesia Emas Dengan Pelayanan Semakin Berkelas

Editor Oleh: Redaktur - 10 August 2025

Naskah: Arfiah Ramadhanti Foto: Sutanto

Di negara sebesar Indonesia, menjamin hak kesehatan ratusan juta warga ibarat menjahit tambal sulam di tengah angin badai. Namun di tangan BPJS Kesehatan, yang dinakhodai Prof. Ghufron, perubahan mulai terasa dan bertransformasi menjadi sistem yang terukur dan terus berkembang dengan pelayanan yang semakin bermutu.

Menuju visi Indonesia Emas 2045, kiranya terdapat satu prasyarat mutlak dan tak bisa ditawar, yaitu mendapatkan hak sehat yang merata dan berkeadilan bagi seluruh masyarakat. Dan di tengah upaya besar itulah, BPJS Kesehatan hadir bukan sekadar sebagai lembaga pengelola jaminan sosial, tetapi sebagai pilar penting dalam membentuk ekosistem kesehatan nasional. Sejak digulirkan tahun 2014, program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah menjelma sebagai sistem jaminan kesehatan sosial terbesar di dunia, yang tertunya tidak lahir begitu saja.

Salah satu aktor strategis di balik kemajuan ini adalah Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D., AAK., yang dipercaya menjabat Direktur Utama BPJS Kesehatan sejak tahun 2021. Dalam masa kepemimpinannya, BPJS Kesehatan mencatatkan berbagai transformasi signifikan, mulai dari perluasan cakupan peserta hingga inovasi digital yang menyentuh seluruh lapisan masyarakat. “Tujuan utama kami sederhana namun fundamental, yakni bagaimana agar seluruh rakyat Indonesia bisa mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa diskriminasi dan tanpa beban finansial berlebih,” ujar pria yang akrab disapa Prof. Ali Ghufron, dalam wawancara eksklusif bersama Men’s Obsession.

Berbicara mengenai cakupan peserta, saat ini lebih dari 280 juta jiwa penduduk Indonesia tercatat menjadi peserta JKN. Hal yang membanggakan, pencapaian Indonesia ini ternyata melampaui negara-negara maju. “Indonesia tercepat dalam mencapai cakupan semesta. Dalam waktu kurang dari 10 tahun. Sementara, Jerman membutuhkan 127 tahun untuk mencapai 85% penduduknya, Brasil memerlukan lebih dari 100 tahun, Jepang 36 tahun, Korea Selatan 12 tahun. Indonesia bahkan lebih cepat daripada Korea Selatan,” jelasnya dengan penuh semangat.

Diakuinya, tingkat kepercayaan masyarakat pun terus meningkat. “Setiap hari terdapat lebih dari 1,9 juta transaksi pemanfaatan layanan kesehatan melalui BPJS. Ini menunjukkan tingkat kepercayaan masyarakat yang semakin meningkat, dan seluruh transaksi tersebut tercatat sebagai data riil oleh BPJS Kesehatan. Dengan cakupan lebih dari 98% penduduk Indonesia sudah menjadi peserta JKN, capaian seperti ini sangat jarang ditemukan di negara lain,” ungkapnya. Namun bagi Prof. Ghufron, angka besar bukanlah akhir dari perjalanan, transformasi layanan juga menjadi prioritas. Karena itu, BPJS Kesehatan kini tengah bertransformasi dari sekadar sistem pembayaran menuju orkestrator ekosistem kesehatan yang berorientasi pada mutu. 

Transformasi Layanan Menuju Akses Setara
Beberapa program transformasi mutu layanan hadir dengan pendekatan baru berbasis people centric, seperti antrean online, simplifikasi administrasi, integrasi layanan rujukan, dan fitur antrean digital di Mobile JKN. Inisiatif ini sejalan dengan prinsip “mudah, cepat, dan setara”, yang menjadi komitmen jangka panjang BPJS Kesehatan dalam memberikan pelayanan berkualitas bagi peserta dari Sabang hingga Merauke.

Sosok yang dikenal membawa pendekatan berbasis bukti dan riset ke dalam kebijakan pelayanan publik ini menegaskan, bahwa pendekatan sustainability menjadi kunci keberlanjutan JKN. “Program JKN tidak hanya soal menjamin biaya pengobatan, tetapi memastikan sistem tetap hidup, berkeadilan, dan mampu beradaptasi terhadap tantangan zaman,” tegasnya.

Pandangannya ini telah terbukti dalam pendekatan BPJS Kesehatan saat menghadapi tantangan pasca-pandemi. Ketika pembiayaan melonjak dan jumlah klaim naik drastis, BPJS Kesehatan justru mampu mempertahankan kondisi keuangan tetap sehat.

Di balik beragam kesuksesan, tak sedikit pula tantangan yang dihadapi BPJS Kesehatan. mulai dari resistensi terhadap digitalisasi, hingga persepsi negatif dari sebagian masyarakat. Namun Prof. Ghufron menanggapinya dengan strategi yang konsisten, yaitu memperbaiki sistem dari dalam, meningkatkan transparansi, dan memperkuat akuntabilitas.

Terbukti, kini BPJS Kesehatan tidak hanya menjangkau kota besar, tetapi juga hadir di pelosok, di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar), memastikan tidak ada satu pun rakyat Indonesia yang tertinggal dari akses kesehatan. 

Satukan Visi, Bukan Atur Operasi
Berbeda dari kebanyakan birokrat lainnya, dalam menjalankan tugas, Prof. Ghufron tidak hanya menunggu laporan. Ia diketahui kerap terjun langsung, mengunjungi fasilitas kesehatan di daerah terpencil, berbincang dengan tenaga medis di lapangan, dan berdialog dengan peserta JKN dari berbagai lapisan. Tak hanya itu, ia juga membawa pendekatan humanistik dan nilai kolaborasi dalam kepemimpinan publik. Di masa kepemimpinannya, BPJS Kesehatan memperkuat kemitraan dengan pemerintah daerah, lembaga legislatif, kementerian lain, serta masyarakat sipil.

Integrasi data dan upaya memudahkan pembayaran iuran bagi peserta mandiri, hingga teknologi Face Recognition yang sudah diimplementasikan secara bertahap mencerminkan visi besar: membuat sistem jaminan kesehatan nasional yang inklusif, efisien, dan berkelanjutan. “Keberhasilan BPJS Kesehatan bukan hanya kerja satu orang atau satu institusi. Ini adalah hasil kolaborasi seluruh ekosistem, yakni pemerintah pusat, pemda, fasilitas kesehatan, akademisi, swasta, hingga masyarakat sipil,” ujar pria asal Blitar itu.

Tidak hanya sebagai sosok pemimpin yang visioner, tetapi ia juga memiliki hobi menciptakan lagu. Kecintaannya pada musik dimanfaatkannya sebagai media sosialisasi yang unik dan kreatif. Lirik lagu ciptaannya banyak mengandung pesan penting terkait nilai-nilai BPJS Kesehatan, maupun isuisu Program JKN yang hangat beredar di masyarakat. Ghufron optimis, lagu-lagu ciptaannya mampu menyentuh seluruh lapisan masyarakat, serta menjadikan musik sebagai sarana komunikasi yang efektif dan inspiratif.

Melalui langkah-langkahnya, Prof. Ghufron telah menorehkan babak baru dalam perjalanan kesehatan nasional. Ia bukan hanya saksi dari sejarah transformasi sistem jaminan sosial, tetapi juga aktor utama yang menulis ulang arahnya. Sehingga, Indonesia yang sehat bukan hanya impian, melainkan keniscayaan, selama ada pemimpin yang menempatkan rakyat sebagai prioritas. 

 

Baca selengkapnya di majalah Men's Obsession Edisi 267