Ternyata Tak Boros, Populix Bongkar Fakta Menarik Kebiasaan Menabung Gen Z dan Milenial

Stereotip bahwa anak muda cenderung boros dan tidak gemar menabung dipatahkan oleh hasil survei terbaru Populix bertajuk Millennials & Gen Z Report: Navigating Youth Financial Habits in the Digital Age. Dalam laporan tersebut, tujuh dari sepuluh responden milenial dan gen-Z mengaku rutin menabung setiap bulan, meskipun nominalnya tidak selalu tetap.
“Sebagian besar memang tidak menentukan nominal, tapi tetap ada kesadaran untuk menyisihkan uang, bahkan bagi yang tidak rutin sekalipun,” ujar Indah Tanip, VP of Research Populix. Dari 1.100 responden, 77% menyatakan diri sebagai penabung aktif. Sebanyak 23% menabung dengan nominal tetap per bulan, 46% menabung meski jumlahnya fleksibel, dan 8% memilih ritme mingguan. Sementara sisanya hanya menabung jika ada sisa dana, atau ketika memiliki tujuan spesifik seperti membeli barang atau liburan.
Soal pengelolaan keuangan, separuh responden mengaku langsung mengalokasikan pemasukan untuk kebutuhan dan tabungan. Milenial cenderung menggunakan sistem alokasi terstruktur, sedangkan gen-Z lebih suka menabung dulu lalu membelanjakan sisanya. Namun, sepertiga dari total responden belum memiliki perencanaan keuangan yang jelas.
Dari sisi media penyimpanan, 45% responden, mayoritas milenial, menyimpan uang mereka di rekening bank konvensional. Sementara 41% yang didominasi gen-Z lebih memilih e-wallet, dan 15% lainnya menggunakan bank digital. Uniknya, 34% masih menyimpan uang tunai di rumah. Untuk bentuk tabungan lain, 14% memilih instrumen investasi seperti saham, reksadana, atau kripto, sedangkan 12% menyimpan dalam bentuk aset fisik seperti emas dan properti.
“Ini menunjukkan adanya perilaku finansial yang unik, terutama dari kalangan muda yang mungkin masih mengutamakan akses cepat dan rasa aman,” kata Indah.
Untuk bentuk simpanan lain, sekitar 14% responden memilih instrumen investasi seperti saham, reksadana, dan kripto, terutama dari kelompok gen-Z. Sementara 12% lainnya menyimpan dalam bentuk fisik seperti emas dan properti.
Survei ini dilakukan terhadap responden dari kalangan pekerja muda di perkotaan, mayoritas berdomisili di Jawa, berasal dari kelas ekonomi menengah ke atas, dan memiliki latar belakang pendidikan tinggi.
Indah menambahkan, “Setiap generasi memiliki pendekatannya sendiri dalam mengelola pendapatan. Tapi temuan ini cukup untuk membantah anggapan bahwa anak muda tak peduli pada tabungan.”