7 Pelajaran Branding dari Subiakto untuk UMKM yang Ingin Membangun Merek Kuat

Oleh: Angie (Editor) - 23 June 2025

Membangun brand kerap jadi tantangan tersendiri, terutama bagi pelaku UMKM yang baru merintis usaha. Banyak yang masih salah kaprah mengira brand itu yang terpenting hanya membuat logo atau kemasan yang menarik. Subiakto Priosoedarsono, praktisi branding yang sudah berpengalaman, membagikan pandangan yang lebih dalam dan praktis. Dalam sesi 15 Steps Magnet Branding, ia menekankan pentingnya memahami esensi brand agar bisa benar-benar melekat di benak konsumen dan punya daya tarik emosional. Berikut ini rangkuman pelajaran pentingnya.

 

1. Brand Tak Sebatas Logo dan Tampilan Visual

Masih banyak pelaku usaha yang terjebak pada pemikiran bahwa brand hanyalah soal desain logo atau kemasan produk. Padahal, menurut Subiakto, brand adalah kumpulan persepsi, makna, dan reputasi yang sudah tertanam di kepala konsumen. Dengan kata lain, brand muncul dari bagaimana orang merasa dan memandang produk atau jasa Anda, bukan hanya dari apa yang mereka lihat secara fisik. Jadi, fokus membangun brand harus lebih luas daripada sekadar visual.

 

2. Pahami Nilai dan Ajakan Bertindak

Brand yang kuat selalu berakar pada dua hal penting yaitu nilai (value) dan call to action (ajakan bertindak). Nilai ini adalah manfaat utama yang membuat konsumen merasa produk Anda layak dibayar lebih, seperti kenyamanan, keunikan, atau bahkan pengalaman emosional. Sementara ajakan bertindak berfungsi mendorong konsumen agar mau membeli, mencoba, atau bahkan merekomendasikan produk Anda kepada orang lain. Tanpa kedua elemen ini, brand sulit punya kekuatan dan relevansi di pasar.

 

 

3. Kenali Konsumen Lebih dari Sekadar Data Demografis

Menentukan siapa target pasar bukan sekadar berdasarkan usia atau lokasi, tapi lebih pada kebiasaan dan perilaku mereka sehari-hari. Subiakto menjelaskan bahwa segmentasi yang efektif memperhatikan apa yang konsumen lakukan dan bagaimana mereka berinteraksi dengan produk, bukan hanya siapa mereka secara umum. Pendekatan ini membantu Anda merancang strategi komunikasi yang lebih tepat sasaran dan membuat brand lebih mudah diterima oleh pasar yang memang ingin Anda tuju.

 

4. Positioning yang Jelas Jadi Kunci

Produk mungkin terlihat mirip satu sama lain, tetapi posisi yang ditempati di benak konsumen harus berbeda. Contohnya, Indomie tidak jadi mie instan biasa, tapi berhasil menempatkan dirinya sebagai “selera Indonesia” yang akrab dan dekat dengan konsumen. Menemukan posisi seperti ini membutuhkan pemahaman mendalam tentang keunggulan dan segmen pasar Anda, sekaligus konsistensi dalam menyampaikan pesan tersebut.

 

5. Masuk ke Kebiasaan Konsumen Bukan Dilihat Sekilas

Salah satu cara agar brand terus diingat adalah dengan menjadi bagian dari rutinitas harian konsumen. Contohnya Kopiko yang tidak hanya menjual rasa kopi, tapi juga mengikat dirinya dengan budaya ngopi kapan saja dan di mana saja. Ketika produk sudah menjadi kebiasaan, konsumen cenderung lebih loyal dan sulit berpaling ke merek lain. Ini yang membuat brand lebih dari sekadar sekadar produk, melainkan juga gaya hidup.

 

 

6. Mulai dari Nama Merek Sebagai Titik Awal Cerita

Nama brand yang tepat bisa menjadi alat komunikasi paling awal dan efektif. Nama yang menarik dan sesuai dengan nilai atau gaya hidup yang ingin dibangun mampu mengirim pesan langsung ke konsumen tanpa perlu penjelasan panjang. Ini menjadi modal awal agar brand mudah dikenali dan diingat. Sebaliknya, nama yang kurang pas bisa membuat pesan brand menjadi kabur dan kurang berkesan.

 

7. Belajar dari Praktisi Berpengalaman 

Subiakto menegaskan bahwa ilmu branding bisa didapatkan dengan lebih cepat dan efektif melalui bimbingan dari yang sudah berpengalaman. Mengikuti workshop, kelas, atau mentoring dari pelaku brand sukses bisa menghindarkan dari berbagai kesalahan yang merugikan dan mempercepat pertumbuhan bisnis. Branding bukan soal bakat semata, tapi juga hasil pembelajaran dan praktik yang terus-menerus. “Kalau mau naik level, jangan malu belajar. Branding itu ilmu, bukan bakat,” ujarnya.

 

Inti Ilmu Branding Singkat untuk Pemula

Secara sederhana, brand yang kuat lahir dari pemahaman mendasar tentang nilai yang ditawarkan dan ajakan yang menggerakkan. Sebuah brand perlu memiliki posisi yang jelas, dimulai dari pemilihan nama yang mencerminkan cerita dan karakter produknya. Masuk ke kebiasaan konsumen dan belajar dari pengalaman para praktisi akan memperkuat fondasi brand. Branding tidak berhenti pada tampilan luar, tapi perlu menyentuh makna yang tumbuh dan tinggal di benak konsumen.