Fair Hiring Jadi Sorotan di Hari Lahir Pancasila, Rekrutmen Tanpa Diskriminasi Usia Mulai Diupayakan

Oleh: Angie (Editor) - 05 June 2025

 

Peringatan Hari Lahir Pancasila tahun ini menjadi momen penting bagi dunia ketenagakerjaan Indonesia. Lewat Kementerian Ketenagakerjaan, pemerintah mulai mengambil langkah konkret untuk mendorong sistem rekrutmen yang lebih adil dan mencerminkan keberagaman. Salah satu rencana kebijakan yang tengah disiapkan adalah pelarangan diskriminasi usia dalam proses perekrutan.

Sinyal positif ini sejalan dengan laporan terbaru dari Jobstreet by SEEK berjudul Hiring, Compensation & Benefits (HCB) 2025, yang menunjukkan mulai tumbuhnya kesadaran perusahaan terhadap praktik rekrutmen tanpa bias. Sebanyak 44% perusahaan di Indonesia kini sudah menerapkan blind resume screening, yaitu metode seleksi yang menyembunyikan informasi pribadi seperti nama, usia, hingga gender agar prosesnya lebih objektif. Sebanyak 43% perusahaan juga melibatkan panel rekrutmen dari latar belakang yang beragam, dan 41% mulai menetapkan indikator Diversity, Equity, dan Inclusion (DEI) dalam evaluasi kandidat.

 

Masih Jauh dari Merata, Tapi Ada Pergerakan

Namun, implementasi menyeluruh masih jauh dari ideal. Baru 34% perusahaan yang rutin memberikan pelatihan tentang unconscious bias, dan hanya 27% yang melatih tim rekrutmen secara khusus untuk menghindari bias saat seleksi kandidat. Sementara itu, pemanfaatan teknologi berbasis AI untuk membantu proses seleksi yang lebih adil masih minim, baru dilakukan oleh 16% perusahaan.

Di sisi lain, 73% perusahaan sudah mulai mengevaluasi ulang kata-kata dalam lowongan kerja untuk memastikan tidak ada muatan bias. Sayangnya, konsistensi penerapan belum merata. Hanya 41% yang rutin memakai panel wawancara dengan komposisi beragam, dan 34% yang benar-benar menyediakan pelatihan anti-bias secara menyeluruh.

 

Langkah Strategis Menuju Rekrutmen yang Lebih Adil

Jobstreet by SEEK sebagai mitra strategis ketenagakerjaan menyarankan sejumlah langkah agar perusahaan dapat membangun proses rekrutmen yang lebih setara dan terbuka:

 

  • Menjadikan DEI Sebagai Bagian dari Target SDM

Indikator seperti representasi gender, latar belakang sosial, dan kelompok disabilitas bisa dimasukkan ke dalam Key Performance Indicator (KPI) rekrutmen agar keberagaman jadi bagian dari strategi, bukan hanya formalitas

  • Pelatihan Rutin untuk Menghindari Bias Tak Disadari

Tim HR dan perekrut perlu dibekali pelatihan yang konsisten agar mereka mampu menilai kandidat secara objektif dan adil, tanpa dipengaruhi prasangka yang tidak disadari.

  • Revisi Bahasa Lowongan Kerja Secara Berkala

Pemilihan kata dalam deskripsi lowongan sebaiknya netral, fokus pada kompetensi, dan tidak menyisihkan kelompok tertentu. Bahasa yang inklusif menjadi kunci.

  • Menciptakan Budaya Kerja yang Transparan dan Inklusif

Pendekatan menyeluruh dari proses seleksi, komunikasi, hingga jenjang karier dapat membantu menciptakan ruang kerja yang sehat dan mendukung semua kalangan.

 

Fair hiring membuka peluang yang lebih luas bagi semua kandidat, sekaligus menghilangkan hambatan akibat bias yang tidak disadari. Selain menciptakan suasana kerja yang inklusif dan membangun kepercayaan, praktik ini juga memberi nilai tambah kompetitif bagi perusahaan,” jelas Sawitri Soedarno, Country Head Marketing Indonesia, Jobstreet by SEEK.

Ia menambahkan, “Kami mengajak perusahaan melihat fair hiring bukan semata-mata karena aturan, tapi sebagai strategi bisnis jangka panjang.”

 

Mewujudkan Semangat Pancasila Lewat Dunia Kerja

Momentum Hari Lahir Pancasila seharusnya tidak berhenti pada peringatan simbolik. Inilah saat yang tepat untuk menerjemahkan nilai-nilai kebangsaan ke dalam tindakan nyata, termasuk dalam cara kita merekrut tenaga kerja. Dengan mendorong sistem rekrutmen yang bebas diskriminasi dan inklusif, Indonesia tengah membentuk ekosistem kerja yang lebih adil. Dan untuk itu, semua pihak—pemerintah, perusahaan, hingga individu—punya peran penting