Mengejar Laba di Lapangan Bola

Oleh: Syulianita (Editor) - 04 December 2024

Mendongkrak Popularitas

Tak hanya miliarder dunia yang tertarik mengejar laba di lapangan bola, sejumlah taipan Indonesia juga tertarik. Ya, animo tinggi masyarakat global terhadap dunia sepak bola telah menjadi pemantik bagi para pengusaha nasional untuk ikut berkecimpung di bisnis olahraga tersebut. Dengan menjadi pemilik klub, maka merek atau produk yang terafiliasi dengan sang pengusaha dapat dipromosikan dalam setiap pertandingan. Wajarlah kalau kemudian konglomerat Indonesia pun mulai menancapkan kukunya dengan menjadi investor dan pemilik klub sepak bola mancanegara.

Mulai dari Hartono Bersaudara dengan Grup Djarum yang menjadi pemilik klub asal Italia, Como 1907. Orang terkaya di Indonesia ini mengakuisisi Como pada April 2019 senilai 850.000 euro atau setara Rp 15 miliar.

Sebagai pemilik klub, Grup Djarum menjalankan operasional Como dengan model bisnis yang pragmatis. Como memiliki kebijakan tidak jor-joran membeli pemain demi menjaga neraca keuangan klub. “Kami menjaga rasio gaji maksimal 65% dari total pemasukan,” imbuh Mirwan.

Dengan cara seperti itu, Hartono Bersaudara mampu mengangkat prestasi Como secara bertahap. Terbaru, Como berhasil promosi ke Serie A untuk pertama kalinya sejak musim 2002/2003. Pelan-pelan, nama keluarga Hartono dan Indonesia juga mulai dikenal oleh masyarakat Como yang notabene berlokasi di sisi utara Italia.

Selain Hartono, ada Grup Bakrie melalui Anindya Bakrie yang menjadi pemilik Oxford United bersama dengan Erick Thohir, Ketua PSSI sekaligus Menteri BUMN saat ini. Pada musim 2023/2024, Oxford United bermain di divisi League One dan tengah mengikuti play off promosi ke ke divisi Championship yang merupakan kompetisi kasta kedua Inggris. Grup Bakrie juga menjadi pemilik klub asal Australia, Brisbane Roar.

Pertengahan 2022, Alvin Sariaatmadja, konglomerat yang juga merupakan pemilik EMTEK (PT Elang Mahkota Teknologi Tbk) membeli sekitar 10 persen saham Lecce, menjadikannya pemilik saham minoritas di klub tersebut. Alvin tidak sendiri, ia bergabung dengan konsorsium yang terdiri dari Boris Francesco Jean Collardi (bankir asal Italia-Swiss) and which consists of pebisnis lokal Pascal Picci.

Kemudian, muncul Batavia Sports Group (BSG) yang menambah deretan pengusaha Indonesia sebagai pemilik klub luar negeri, melalui kerja sama ASIO dengan Batavia Pictures melalui bendera BSG pada tahun 2020. Dengan begitu, Batavia Sports Group menjadi pemilik sah Polillas Ceuta dengan saham mayoritas dan menguasai seluruh elemen klub, termasuk skuad U-18. Polillas Ceuta adalah tim kasta keempat Liga Spanyol. Memang terlihat semenjana. Namun, klub yang berada di ujung utara Pulau Afrika ini punya skuad U-18 yang kompetitif.

Lebih lanjut ada Sihar Sitorus yang menjadi pemilik klub asal Belgia, FCV Dender. Musim ini FCV Dender bertengger di posisi dua Divisi 2 Liga Belgia dan berhak promosi Liga Pro Belgia musim depan.

Konglomerat lainnya Keluarga Wanandi, pemilik Santini Group, juga berinvestasi di bisnis sepak bola dengan menjadi pemilik saham minoritas klub League Two Inggris, Tranmere Rovers.

Ada pula Alvin W. Sariaatmadja, Direktur Utama PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK), yang membeli 10% saham klub Italia US Lecce pada 2022 silam. Alvin berinvestasi di Lecce bersama dengan konsorsium yang dipimpin Boris Francesco Jean Collardi, seorang bankir Italia-Swiss. Musim ini Lecce bermain di Serie A dan menjadi penghuni papan tengah klasemen liga tersebut.