Oleh: -

Naskah: Gia Putri/Sahrudi Foto: Sutanto/Istimewa

Meski baru dilantik pada 1 Desember 2023 sebagai Direktur Utama Perum BULOG, Bayu Krisnamurthi mampu berakselerasi dengan cepat terhadap tugas tugas BULOG sebagai penjaga rantai pasok pangan dalam negeri. Maklum, karena Bayu bukanlah orang baru di BULOG. Pria yang lahir di Manado, Sulawesi Utara pada 18 Oktober 1964, ini tercatat pernah menduduki sejumlah jabatan di BULOG.

Bayu yang menyelesaikan pendidikan S-1 hingga S-3 di Institut Pertanian Bogor (IPB), ini mengawali karir di BULOG pada 2007, saat ia ditunjuk sebagai Anggota Dewan Pengawas Perum BULOG dan menjabat sampai 2012. Pada 4 Juli 2023 lalu ditunjuk kembali sebagai Dewan Pengawas Perum Bulog. Sebelumnya Bayu memang dikenal aktif di lingkungan almamaternya di IPB. Mulai sebagai dosen pada 1998, kemudian diangkat sebagai Direktur Eksekutif Pusat Studi Pembangunan IPB pada 2000. Kemudian di tahun 2002 ia diangkat menjadi Direktur Pusat Studi Pembangunan IPB dan pada 2005 menjadi Direktur Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan IPB.

Tak selang lama, pada 2005-2008, Bayu diangkat sebagai Staf Ahli Menteri Koordinator Perekonomian Bidang Penanggulangan Kemiskinan sekaligus sebagai Pelaksana Harian Deputi Menteri Koordinator Perekonomian Bidang Pertanian dan Kelautan.

Saat pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Bayu ditunjuk sebagai Wakil Menteri Pertanian di tahun 2010. Selanjutnya pada 2011, Bayu ditunjuk sebagai Wakil Menteri Perdagangan. Pada 2015-2017, Bayu ditunjuk sebagai Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit. Ia lantas mendapat kepercayaan untuk menjadi Komisaris Utama di PT Rajawali Nusantara Indonesia pada 2021 yang juga merupakan BUMN terkait logistik dan pangan. Karenanya, meski belum genap setahun memimpin lembaga yang sudah lebih dari 50 tahun menata pasokan pangan di dalam negeri ia telah melakukan penguatan sejumlah penataan antara lain memperkuat transformasi BULOG. “Ya, saya kira banyak yang sudah kita capai dan saya harus memberikan apresiasi dan penghargaan kepada seluruh pimpinan pimpinan dan karyawaan BULOG di seluruh Indonesia,” katanya dalam wawancara dengan Giatri Fachbrilian dari Men’s Obsession.

Dalam wawancara tersebut, Bayu mengakui bahwa sebagai penerus kepemimpinan di BULOG ia bangga karena saat ini keberadaan BULOG sudah mencapai seluruh pelosok di Tanah Air. Saat ini saja sudah kurang lebih 1.500 gudang BULOG ada di seluruh Indonesia ditambah 26 kantor wilayah juga 136 kantor cabang untuk mendukung kurang lebih 19.000 mitra yang bekerjasama dengan BULOG untuk memasok pangan pokok bagi rakyat Indonesia.

Untuk saat ini, Bayu merasa kinerja BULOG sudah sesuai dengan harapan. “Ya, Alhamdulillah kita sudah dilihat dari semua indikator kinerja, sekarang posisinya sangat baik, semuanya sinyalnya positif, kalau pakai lampu itu semuanya hijau,” jelasnya. Tapi ia merasa bahwa BULOG bisa lebih baik lagi dan bisa lebih bermanfaat lagi bagi masyarakat karena potensi dan peluang yang tersedia bagi BULOG untuk bisa menjadi besar dan semakin memberikan manfaat masih sangat terbuka. Suatu saat ia optimis target itu akan tercapai.

Transformasi di Separuh Abad

Sejak lahir 57 tahun lalu, setidaknya BULOG telah melakukan dua kali tranformasi penting dalam perjalanan sejarahnya. “Ya kalau saya lihat mungkin dalam sejarah 57 tahun itu mungkin ada paling tidak dua transformasi besar yang dilakukan oleh BULOG. Yang pertama adalah pada saat kita bertransformasi dari tadinya hanya beras menjadi tidak hanya beras. Itu terjadi di kira-kira di sekitar tahun 1990-an, itu terjadi perubahan.

Kemudian di tahun 2000, awal abad 21 kira-kira tahun 2003 sampai dengan 2004-2005 itu berubah dari Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) menjadi Perum sebagai BUMN. Itu transformasi kedua yang besar,” tuturnya. Dan yang ketiga sekarang, Bayu melanjutkan, pihaknya sedang dalam masa transisi dari transformasi yang semula hanya logistik BULOG berkembang menjadi rantai pasok. 

berkembang menjadi rantai pasok. “Tadinya hanya melihat bahwa PSO, Public Service Obligation dengan Komersial itu sebagai dua hal yang kadang-kadang suka bertentangan. Kita melihatnya sekarang sebagai dua yang berpasangan, yaitu saling mendukung. Sebelumnya mungkin kita lebih banyak bekerja hanya dengan petani untuk pengadaan, sekarang kita masuk ke retail. Kita juga sekarang ingin melihat hilirisasi sekaligus hulunisasi. Jadi perubahan-perubahan strategis semacam itu merupakan bagian yang inti dari transformasi yang sekarang ini kita lakukan,” bebernya.

Tapi dia akui bahwa tantangan BULOG dalam bertransformasi justru datang dalam diri BULOG sendiri. “Kekuatan BULOG bisa juga sekaligus menjadi tantangan terbesarnya. Jadi ibaratnya kapal induk yang besar gitu ya. Jadi sama seperti itu, dia kalau suruh belok, suruh mudah, lincah bergerak menjadi sulit. Jadi untuk beloknya pelan pelan, kapalnya besar, pelan-pelan. Ini apa namanya, tantangan yang menurut saya paling berat. Harus kita ikuti itu, karena kalau tidak, kalau kita paksakan nanti malah justru menjadi disintegrasi,” ungkapnya.

Karena itulah, Bayu sering mengatakan ke semua staf BULOG bahwa we need to build the ship while sailing it. We need to rebuild the ship while sailing it. Kita harus membangun kembali kapal BULOG yang besar ini, menjadi lebih modern, lebih efisien, lebih terpercaya, lebih adaptif, tapi sambil berlayar. Itu yang menurut Bayu sebagai tantangan terbesar.