9 Jalan Kematian Tragis para Pemimpin

Oleh: content (Administrator) - 01 January 2013

Naskah: Andi Nursaiful   Foto: Dok. MO

Sejarah adalah cermin paling jernih. Para calon pemimpin seharusnya bercermin pada sejarah, bahwa kekuasaan adalah salah satu hal yang paling sulit dikelola. Sejarah mencatat, tak sedikit penguasa yang bernasib naas di akhir kekuasaannya.

Di sejumlah peradaban, terdapat penguasa-penguasa yang menemui akhir hidup yang tragis. Mulai dari Julius Caesar yang tewas di ujung belati anggota senat Marcus Junius Brutus, hingga Ratu Mary dari Skotlandia yang dieksekusi penggal kepala. Bahkan pemimpin agama, seperti, Joseph Smith pun meninggal dieksekusi.Type the text here

1. Revolusi Sosial


Ada revolusi yang berjalan damai namun ada yang berlangsung berdarah-darah. Ada yang terjadi secara alami, tetapi tak sedikit revolusi di sebuah negara, didukung, diintervensi, bahkan ditunggangi oleh kekuatan negara-negara adidaya untuk kepentingan tertentu.

Terlepas dari itu, revolusi sosial politik selalu meminta korban jiwa, dan tak sedikit di antaranya adalah para pemimpin setingkat presiden dan perdana menteri yang sebelumnya berkuasa mutlak. Benito Amilcare Andrea Mussolini, atau lebih populer dengan nama Benito Mussolini adalah contoh gamblang seorang pemimpin yang menapak puncak kekuasaan mutlak melalui revolusi, namun kemudian hidupnya berakhir tragis juga di ujung revolusi.

Mussolini dikenal sebagai seorang sosialis pemuja Karl Marx, namun kemudian membentuk dan menyebarkan gerakan fasisme. Paham ini lahir di saat perekonomian Italia memburuk akibat perang dan pengangguran. Pada Maret 1919, fasisme menjadi suatu gerakan politik ketika ia membentuk Kelompok untuk Bertempur yang dikenal sebagai baju hitam, yakni kumpulan penjahat, kriminal, dan preman yang bertindak sebagai tukang pukul para cukong. Kaum fasis menolak parlemen dan mengedepankan kekerasan fisik. Anarki pecah di mana-mana tanpa mampu dikendalikan oleh pemerintah liberal, hingga akhirnya Raja Italia, Vittorio Emanuele III, memberikan kekuasaan untuk membentuk pemerintahan baru, Republik Sosialis Italia, pada 1943.

Di bawah kendalinya, Italia menjelma menjadi negara yang sangat ditakuti. Terlebih karena Mussolini juga bersahabat dengan Adolf Hitler. Mereka beraliansi dan terjun ke Perang Dunia II pada 1940. Setelah Jerman dan Italia kalah di Perang Dunia II, Mussolini diturunkan dari jabatannya oleh raja Victor Emmanuel III dan ditahan di Campo Imperatore, sebuah resor pegunungan terpencil di Abruzzo. Pasukan khusus Jerman berhasil membebaskan dan mengembalikannya berkuasa di Italia Utara.

Tetapi, pada praktiknya ia memerintah sebagai pemimpin boneka, karena yang sebenarnya berkuasa adalah orang-orang Nazi Jerman. kontroversi di Italia saat itu. Setelah berhasil ditemukan, kerangka itu disimpan selama 10 tahun sebelum dikuburkan di Predappio, Emilia-Romagna, tempat kelahirannya.

Tewas mengenaskan dan mayatnya dipertontonkan di depan umum, juga dialami oleh Mohammad Najibullah Ahmadzai. Mantan presiden Afghanistan dari 1987-1992, ini, tewas ditangan kaum Taliban yang berhasil menguasai negeri itu lewat jalan revolusi. Najibullah dijemput paksa oleh tentara Taliban saat berlindung di markas PBB di Afghanistan, pada 27 September 1996. Ia lantas dikebiri sebelum diseret dengan truk di jalan raya hingga tewas. Mayatnya lalu digantung di tiang lampu pengatur lalu lintas sebagai pertanda bahwa era baru Afghanistan sudah dimulai.

Saddam Hussein di Irak dan Moammar dengan tuduhan Saddam mengembangkan senjata biologi. Setelah berhasil ditangkap, Saddam dinyatakan bersalah atas kejahatan kemanusiaan, dan dijatuhi hukuman gantung pada 30 Desember 2006. Nasib lebih tragis dialami Khaddafi di Libya, Afrika. Muammar Muhammad Abu Minyar al-Gaddafi, nama lengkapnya, naik ke puncak kekuasaan lewat jalan revolusi, tepatnya kudeta militer menyingkirkan Raja Idris pada 1969. Sahabat karib diktator Uganda, Idi Amin, ini, pada 2008 dinobatkan sebagai “Raja Segala Raja Afrika” oleh 200 raja dan pemimpin tradisional di Afrika.

Berbeda dengan Idi Amin yang melarikan diri setelah terdesak, Khaddafi tetap bertahan dalam suasana perang saudara yang memakan korban ribuan rakyat Libya hanya dalam tempo kurang dari setahun. Khaddafi berkuasa dengan tangan besi Ketika fasisme akhirnya runtuh pada 1945, Mussolini bersama istri dan tiga orang pendukung setianya ditangkap dan ditembak mati oleh kelompok perlawanan Italia dari kelompok komunis di sebuah desa bernama Giulino di Mezzegra. Mayat mereka digantung terbalik dan dipertontonkan kepada publik di pompa bensin di Piazza Loreto, Milan. Sebelum digantung, mayat mereka ditembaki berkalikali, diludahi, dilempari batu, dan ditendangi oleh rakyat yang marah terhadap sepak terjang Mussolini dan partai fasisnya.

Mayat Mussolini dikuburkan di makam tak bertanda di Mussoco. Setahun kemudian, sisa-sisa pendukungnya menggali kuburnya dan menyembunyikan kerangkanya di suatu tempat bernama Certosa de Pavia, dekat Milan. Kerangka Mussolini sempat menjadi Khaddafi di Libya adalah contoh pemimpin bernasib tragis lainnya menyusul sebuah revolusi. Hanya saja, keduanya berbeda dari Mussolini dan Najibullah. Saddam dan Khaddafi tewas mengenaskan dalam sebuah revolusi yang dimotori dan ditunggangi oleh kekuataan adidaya, terutama AS.

Saddam yang sangat berkuasa akhirnya kalah dalam perang melawan kekuatan multinasional yang dipimpin AS. Setelah berminggu minggu dikejar-kejar oleh rakyatnya sendiri, ia tertangkap dalam sebuah lubang persembunyian. Saddam Abd al-Majid al-Tikriti, yang memimpin Irak sejak tahun 1979 dengan tangan besi, akhirnya harus berhadapan dengan AS dan sekutunya dalam dua kali perang.

Pada Perang Teluk kedua tahun 2003, AS dan sekutunya menyerang Irak selama hampir 42 tahun, dan sangat represif terhadap lawan-lawan politiknya. Ia juga sekaligus menjadi salah satu ikon perlawanan terhadap negara-negara Barat yang dipimpin AS. Namun tentara revolusioner yang didukung NATO, akhirnya berhasil menggulingkan pemerintahan Khaddafi. Pada 20 Oktober 2011, hidupnya berakhir sangat tragis di tangan tentara revolusioner.

Stasiun televisi Al Jazeera menayangkan rekaman Khadafi yang terkulai di tanah, terluka, dan diinjak-injak. Setelah disiksa sedemikian rupa, ia ditembak tepat di kepala. Mayatnya kemudian diseret ke sebuah masjid di Misrata dalam keadaan bertelanjang dada dengan bagian muka yang berlumuran darah, serta dipertontonkan dan dicemooh oleh rakyatnya sendiri.

2. Kudeta

Pemimpin negara yang tewas mengenaskan dengan jalan kudeta memiliki daftar panjang. Salah satu yang paling diingat dalam sejarah adalah Zulfikar Ali Bhutto, Presiden Pakistan periode 1971 - 1973, dan Perdana Menteri Pakistan 1973-1977, yang digulingkan dalam sebuah kudeta militer oleh Jenderal Muhammad Zia-ul-Haq, kemudian dihukum gantung pada 4 April 1979.

Hukuman itu dikeluarkan oleh Mahkamah Agung di bawah undang-undang darurat atas tuduhan memberikan wewenang atas pembunuhan terhadap seorang lawan politik tahun 1974. Tuduhan ini memang tak terungkap jelas hingga kini. Selain itu, Zulfikar juga dijatuhi hukuman atas lima tuduhan kriminal lainnya. Penangkapan Zulfikar terbilang tragis. Di pagi buta tanggal 17 September 1977, kediamannya diserbu oleh sejumlah tentara.

Dia diseret keluar rumah dan dijebloskan ke dalam penjara yang sempit. Sang pemimpin itu meringkuk tak berdaya di sel, padahal dua bulan sebelumnya ia masih memimpin Pakistan sebelum didongkel oleh kelompok militer pimpinan Jendral Zia-ul-Haq pada 5 Juli 1977. Zia-ul-Haq menggulingkan Zulfikar karena menganggapnya gagal menyelamatkan negara dari krisis.

Menurut Zia-ul-Haq dalam pidatonya setelah peristiwa kudeta tersebut, “Adalah suatu dosa besar apabila angkatan bersenjata diam saja seperti penonton ketika melihat para pemimpin politik gagal menyelamatkan negara dari krisis.” Bagi mereka yang percaya akan karma, nasib tragis Samuel Kanyon Doe dari Liberia bisa menjadi pembenar. Berhasil berkuasa melalui jalan kudeta, dengan membunuh Presiden William Richard Tolbert, Jr. pada 12 April 1980, Doe mengalami nasib sama setelah memerintah selama 10 tahun.

Pada 9 September 1990, Doe ditangkap di Monrovia oleh pemimpin fraksi pemberontak, Prince Johnson, dan tak lama kemudian dieksekusi. Eksekusinya yang brutal difilmkan dan rekaman videonya beredar secara luas. Presiden William Tolbert, Jr. sendiri tewas dieksekusi di istananya dalam sebuah serbuan militer yang dipimpin langsung oleh Samuel Kanyon Doe. Mayat Tolbert ditumpuk bersama 27 pengikutnya di sebuah liang kubur. Sebelum kuburan massal itu ditutup tanah, kerumunan massa mencaci maki sembari melempari mayat-mayat itu dengan batu.

3. Pembunuhan Politik
Daftar pemimpin yang tewas melalui pembunuhan politik tak kalah panjangnya. Mulai dari Boutros Ghali di Mesir, Laurent Kabila di Republik Kongo, Zia Ulhaq dan Benazir Bhutto di Pakistan, keluarga Gandhi (Indira dan Rajiv Gandhi) di India, hingga John F. Kennedy dan saudaranya Robert F. Kennedy di AS. Boutros Ghali adalah kakek dari mantan Sekjen PBB Boutros Boutros-Ghali. Boutros- Ghali sendiri adalah Perdana Menteri Mesir dalam periode singkat, yakni antara 1908 hingga 1910.

Ia membuat marah kaum nasionalis karena terlalu dekat dengan pemerintah Inggris. Ia tewas dibunuh oleh seorang nasionalis bernama Ibrahim Nassif al-Wardani, sarjana farmasi yang baru saja menamatkan kuliahnya di Inggris. Masih di Afrika, Laurent-Désiré Kabila menjabat Presiden Republik Demokratik Kongo sejak Mei 1997 dan mengganti nama negara itu dari sebelumnya bernama Zaire. Kabila tewas di tangan seorang tentara remaja yang pernah menjadi pengawal pribadinya.

Pemerintahannya mulai hancur ketika ia mengambil langkah aneh dengan meninggalkan mitra-mitra ADFL-nya dan menyokong musuh Hutu mereka. Hal ini  memancing perang saudara yang melibatkan pasukan Zimbabwe, Angola, dan Namibia, hingga akhirnya menyebabkan kematiannya sendiri pada ...