Oleh: -

STIH ADHYAKSA, Dedikasi untuk Dunia Hukum Indonesia

Totalitas Burhanuddin dalam pembangunan bidang hukum di Indonesia juga diperlihatkan dengan kepeduliannya dalam meningkatkan kualitas pendidikan hukum melalui Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) ADHYAKSA. Sebagai lembaga pendidikan yang bernaung pada Yayasan dibawah Kejaksaan Agung RI, STIH ADHYAKSA bertekad meningkatkan sumberdaya manusia generasi muda khususnya di bidang hukum. “Karena STIH Adhyaksa kami dirikan sebagai bentuk dedikasi dari keluarga besar Yayasan Adhyaksa yang ingin ikut serta meningkatkan mutu pendidikan dan membangun peradaban di Indonesia melalui ilmu hukum. Kami berharap agar STIH Adyaksa dapat memberikan sumbangsih dalam penegakan hukum yang berhati nurani di Indonesia dalam mencapai tujuan hukum berupa keadilan, kepastian, dan kemanfaatan hukum,” papar Burhanuddin.

Burhanuddin berharap pula, dalam jangka pendek STIH Adhyaksa dapat segera ditingkatkan menjadi Universitas, dengan menambah beberapa program studi. Satu di antaranya, lanjut Burhanuddin, adalah program studi kesehatan. “Hal ini penting karena Kejaksaan telah diamanatkan untuk melaksanakan penyelenggaraan kesehatan yustisial kejaksaan sebagaimana diatur dalam Pasal 30C huruf a Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2021 tentang Kejaksaan,” urainya. Kemudian, dalam jangka panjang pada tahun 2031 ia bertekad STIH Adhyaksa akan menjadi pendidikan tinggi yang lulusannya dapat menjadi pembawa kemajuan dalam menegakkan keadilan dan hukum di Indonesia, serta menjadi pemimpin di segala sektor kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kerap Diprotes Cucu

Sebagai seorang Jaksa Agung, Burhanuddin telah merelakan waktu yang dimilikinya untuk kepentingan tugas negara. Ia harus total dalam melaksanakan tugasnya. “Amanah sebagai Jaksa Agung yang saya emban ini nantinya akan saya pertanggungjawabkan sebagai pribadi kepada Tuhan, keluarga, bangsa, dan negara. Untuk itu saya akan melaksanakan amanah ini dengan sebaik-baiknya, meskipun dalam pelaksanaanya memang harus mengorbankan waktu untuk keluarga. Bahkan beberapa kali cucu saya protes ke saya, dia bilang, kenapa jarang menghabiskan waktu lagi bersama. Saya tertawa, tapi itulah risiko yang harus saya terima, insya Allah menjadi pahala,” ia menceritakan.

Tapi kebiasaannya membaca buku tak pernah dia lewati. “Dalam waktu senggang, saya biasanya menjalankan hobi saya membaca, ya bisa membaca apa saja, buku, novel, majalah, apa saja. Manusia ibarat rumah yang memiliki banyak jendela, apabila jendela-jendela itu hanya dibiarkan tertutup setiap harinya maka fungsi dari jendela itu akan hilang. Nah, dengan membaca akan membuka jendela cakrawala kehidupan manusia," katanya. Selain membaca, olahraga sepak bola dan menembak juga masih ia lakoni di waktu kosong. “Namun karena keterbatasan waktu, sudah jarang saya lakukan, sehingga dalam mengisi waktu, ya saya membaca” pungkasnya.