Perankan Ismail Marzuki, Lukman Sardi Unjuk Kebolehan Main Biola

Oleh: Giatri (Editor) - 02 July 2022

Aktor Lukman Sardi sukses perankan sosok Ismail Marzuki dalam pertunjukan “Ismail Marzuki: Senandung di Ujung Revolusi. Bahkan, dalam monolog berdurasi 1 jam tersebut, putra maestro biola Idris Sardi ini unjuk kebolehan memainkan biola juga bernyanyi.

Bagi Lukman Sardi, memerankan sosok Ismail Marzuki merupakan suatu kegembiraan personal, “Saya senang sekali diminta berperan sebagai Ismail Marzuki, rasanya itu seperti diminta oleh ayah saya (Idris Sardi) untuk bermain biola lagi,” ungkap Lukman seraya tertawa usai pertunjukan di Teater Kecil Ismail Marzuki, Jakarta, belum lama ini.

Lukman melanjutkan, “Ismail Marzuki adalah seorang komponis dan pemusik yang tak tergantikan. Ia sosok yang menyampaikan nilai-nilai perjuangan, imajinasi, dan harapan tentang Indonesia dari sisi yang berbeda. Keindahan lagu-lagu yang diciptakan Ismail Marzuki seperti puisi yang melampaui zaman. Lirik dan melodi dalam berbagai nuansa musik melayu, jazz dan keroncong begitu lembut, namun menyiratkan banyak cinta dan kasih sayang kepada negeri ini. Bagi saya, Ismail Marzuki itu nasionalis romantik”.

Lukman mengaku ada tantangan yang ia hadapi, yakni ia dituntut untuk memainkan biola dan membawakan lagu.

“Saya sudah lama tidak bermain biola, tapi bukan berarti tidak bisa sama sekali. Dulu, saya lumayan diajar keras oleh ayah, terutama belajar dasarnya, yakni nada panjang. Pukul 5 pagi, saya sudah dibagunkan. Sampai semua senar hampir putus, hahaha,” kenangnya.

Namun, itulah yang membantunya saat ia sudah lama tak menggesek biola.

“Kekuatan di tangan dan tone masih ada, tinggal diperdalam lagi. Jujur dulu pernah marah-marah, kenapa diajari biola hanya berkutat pada nada panjang saja, ternyata ada pembalajaran yang luar biasa, itu kan dasar. Kalau soal bernyanyi sebenarnya jarang, tapi saya coba, karena ini adalah bagian dari pertunjukan,” papar pria kelahiran Jakarta, 14 Juli 1971ini.

Selain Lukman, putra sulungnya, Akiva Dishan Ranu Sardi juga turut tampil di pertunjukan keempat serial monolog Di Tepi Sejarah musim ke dua ini sebagai Ismail Marzuki kecil.

“Hal ini bukan kali pertama buat Kiva, sebelumnya dia juga pentas di teater Banda Neira. Tapi, di kesempatan kali ini ia juga memainkan biola, mungkin kalau kakeknya ada di sini, dia akan bangga melihatnya,” ujarnya.

Ditulis bersama oleh Putu Fajar Arcana dan Agus Noor, naskah Ismail Marzuki: Senandung di Ujung Revolusi, mengisahkan momen-momen perjalanan hidup dan kreativitas Ismail Marzuki.

Ia tak pernah memanggul bedil, apalagi terlibat perang fisik melawan penjajah. Sejak berusia sangat muda, ia memilih memeluk musik sebagai jalannya untuk turut berjuang mempertahankan kemerdekaan.

Baca juga

Lakon Tamu Agung Sentil Elit Pemburu Kursi Kabinet

 

Agus Noor yang juga menyutradarai pentas ini menyampaikan, keping-keping narasi yang mengikuti proses kreatif dalam lagu-lagu itu dijahit satu per satu untuk membentuk sosok Ismail yang berperan besar dalam kancah revolusi Indonesia.

Ismail ibarat terus-menerus bersenandung untuk mengantarkan Indonesia menuju rel yang benar dalam mengisi kemerdekaan.

Lagu-lagunya hadir di ujung revolusi, justru untuk menandai Indonesia sedang memasuki era baru sebagai bangsa yang berdaulat. Karena jasanya itu, pemerintah Indonesia memberinya gelar pahlawan nasional tahun 2004.

“Dengan adanya pertunjukan ini, saya berharap anak-anak muda lebih mengenal sosok pahlawan Ismail Marzuki. Selain itu, Ismail adalah potret besar seniman di negeri ini. Tapi, royaltinya tidak jelas. Semoga pemerintah bisa lebih memberi perhatian pada hak cipta lagu-lagu Ismail,” ia menegaskan.

Ismail Marzuki: Senandung di Ujung Revolusi digelar oleh Titimangsa dan KawanKawan Media bekerja sama dengan Direktorat Perfilman, Musik dan Media Kemendikbudristek di Teater Kecil Ismail Marzuki pada 29 – 30 2022.

Nantinya akan ditayangkan secara daring pada Agustus 2022 di kanal Youtube “Budaya Saya” dan saluran televisi “Indosiana TV”.

 

Foto: Fikar Azmy