Oleh: -

Siap Meningkatkan Industri Pertahanan Nasional Masuk 50 Besar Dunia

Naskah: Sahrudi Foto: Sutanto

Sejak awal berkiprah dalam pekerjaan, alumnus Universitas Airlangga ini sudah berkutat dengan soal keuangan. Beberapa kali ia menduduki posisi penting di bidang keuangan di sejumlah perusahaan nasional ternama seperti PT Semen Gresik, PT Semen Indonesia, PT Dirgantara Indonesia, dan lainnya. Pengalamannya mulai dari menjual semen hingga menjual pesawat terbang menjadikannya paham betul bagaimana manajemen keuangan perusahaan.

Ahyanizzaman kini dipercaya sebagai Direktur Keuangan, Manajemen Risiko dan SDM, PT Dahana. Ia sudah mempersiapkan diri untuk menjadi bagian dalam membawa industri pertahanan Indonesia menjadi 50 terbesar di dunia, kala industri pertahanan nasional masih berada di urutan 90-an saat ini.

“Dalam perjalanannya selama 20 tahun, kira-kira sampai 2011 saya malang melintang di bidang keuangan, meski ada juga di manajemen projek maupun juga di direksi anak usaha,” Ahyani membuka percakapan seraya menambahkan bahwa pada bulan Agustus 2021 ia dipindah tugaskan oleh Kementrian BUMN ke PT Dahana sampai dengan saat ini. Kurang lebih setahun di PT Dahana, Ahyani menggunakan networking yang dimilikinya dalam mendukung Divisi penjualan menggaet pelanggan pelanggan besar yang membutuhkan jasa PT Dahana untuk drilling dan blasting seperti industri semen dan pertambangan. “Alhamdulillah, Semen Indonesia tempat saya yang lama dengan hubungan yang baik telah menjadi pelanggan besar kami juga saat ini. Begitu juga beberapa perusahaan semen lainnya. Walaupun jabatan direktur keuangan tapi harus bisa memanfaatkan jaringan yang ada,” tegasnya.

Seperti diketahui, PT Dahana merupakan salah satu perusahaan dalam Holding BUMN Industri Pertahanan yang memiliki kompetensi portfolio bisnis dengan menyediakan jasa layanan dan bahan peledak terpadu yang prima untuk komersial, seperti sektor Migas, Pertambangan Umum, Kuari dan Konstruksi serta sektor pertahanan seperti pembuatan bom pesawat tempur dan roket. Untuk bidang pertahanan PT Dahana terkenal dengan produk Bom P-100, P-250, dan P-500, juga R-Han 122B dan R-Han 450. Sementara untuk sektor pertahanan, lanjut Ahyani, saat ini pihaknya sedang mengembangkan proses untuk pengadaan mesin produksi propelan. Dukungan pemerintah diperlukan agar bangsa ini bisa mandiri dalam hal kebutuhan propelan yang menjadi bahan utama bagi pembuatan bom dan peluru yang saat ini diakui Ahyani masih impor.

Kini, dengan terintegrasinya industri pertahanan menjadi Holding, ia optimis hal itu akan menjadi titik monumental bagi kemajuan industri pertahanan. “Sehingga kami harapkan dengan terbentuknya holding ini, mampu meningkatkan kemampuan kinerja korporasi anggotanya, yaitu PT Len Industri sebagai induk holding, kemudian PT PAL Indonesia, PT Pindad, PT Dirgantara Indonesia dan PT Dahana,” urainya sembari menambahkan bahwa penyatuan BUMN pertahanan ini juga bisa memperluas pasar industri pertahanan karena produk yang dipasarkan bisa di-bundling produknya dengan anggota holding yang lain.

“Holding industri pertahanan ini nilai manfaatnya tidak hanya bagi industri pertahanan secara nasional, tetapi dari anggota-anggota industri pertahanan itu sendiri yang nanti akan bisa meningkatkan kapabilitas dari sisi keuangan, antara lain untuk akses pendanaan, sinergi antar anggota dalam operasional dan R&D, kemudian juga meningkatkan pasar baik regional maupun internasional. Sehingga kemudian bisa berkembang berkelanjutan. Hal yang paling penting, menunjang program pemerintah dalam kemandirian alutsista pertahanan yang TKD-nya direncanakan akan ditingkatkan menjadi 50% pada tahun 2024,” ucapnya. Ahyani optimis industri pertahanan di Indonesia akan menjadi kekuatan industri pertahanan 50 terbesar di dunia. “Saat ini kita masih di 90-an,” imbuhnya.

Menyinggung performa kinerja PT Dahana, Ahyani menjelaskan bahwa kondisi PT Dahana di tahun 2021 sudah mulai ada recovery dari sisi pasar. “Peningkatan nilai penjualan terjadi sekitar hampir 16,5% dari tahun lalu, namun memang situasi yang berat bagi PT Dahana di tahun 2021 adalah penurunan laba. Pendapatannya naik tapi laba usahanya turun hampir 20%. Penyebab terbesarnya antara lain kenaikan biaya material yang luar biasa hampir 300%, seperti amonium nitrat,” terangnya. Tetapi PT Dahana sudah bisa mengomunikasikan hal ini kepada para customer dengan memberi pemahaman bahwa mau tidak mau harus ada penyesuaian. Data menyebutkan pada triwulan pertama tahun 2022 kinerja keuangan PT Dahana sudah mulai positif setelah sebelumnya sempat minus. Di sisi lain, kinerja tim di PT Dahana diakui Ahyani sangat solid dan penuh kekeluargaan. Terbukti ketika kondisi pandemi Covid-19, semua pimpinan dan staf PT Dahana bahu membahu menunjukkan kekompakan, sehingga seluruh tim bisa bekerja bersama-sama menghadapi tantangan kondisi Covid-19. 

Tidak Sekadar Administratif

Sebagai direktur yang mengurusi masalah keuangan, ia selalu menekankan bahwa divisi keuangan dalam sebuah perusahaan pada era sekarang tidak selalu bersifat administratif, tapi juga bisa menjadi business partner, sehingga harus turut berperan menjalankan kerja sama bisnis. “Saya memberikan pengertian pada tim, sebagai tim keuangan kita tidak boleh memikirkan hanya satu sektor, yakni keuangan saja. Namun, bukan berarti kita ikut campur dengan sektor lain. Justru karena kita partner maka harus bisa aware dan care dalam menjalankan bisnis. Semua perlu digerakkan dengan koordinasi dan komunikasi baik antar fungsi demi menjaga agar kita bisa menuju kinerja unggul,” paparnya.

Kinerja unggul itu, beber Ahyani, tujuannya tidak hanya menjaga kinerja grup perusahaan berjalan baik dengan terus menerus, tapi lebih dari itu harus mampu untuk terus berkembang berkelanjutan. Sementara di sisi lain, pengembangan sumber daya manusia atau SDM diakui Ahyani menjadi tantangan utama. “Karena kami sudah melakukan arahan dari kementerian BUMN, yaitu penguatan budaya AKHLAK yang terkait Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif. Perlu dilakukan penguatan agar bisa saling support dan menjadi motor penggerak SDM dalam menghadapi persaingan usaha dan kondisi pandemi maupun ketidakpastian yang terjadi saat ini,” tandasnya.