Mengawali 2022, BRI Buktikan Kebangkitan Kinerja

Oleh: Ali Akbar Usman (Administrator) - 26 April 2022

Foto : Dirut BRI Sunarso dalam konfrensi persnya pada Senin (25/04/2022)

Prediksi sejumlah kalangan pengamat ekonomi bahwa kinerja bank-bank yang tergabung dalam Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) bakal kembali bersinar tahun 2022, ini terbukti. Setidaknya, itu yang ditorehkan  PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., yang mampu membuka kuartal pertama tahun 2022 dengan performa yang luar biasa.  Betapa tidak, di tengah kondisi ekonomi yang terus bangkit dan beranjak pulih dari pandemi,  pada kuartal pertama tahun 2022, bank pelat merah ini  berhasil  menorehkan laba Rp.12,22 triliun alias tumbuh  78,13%  secara year on year (yoy).  Di sisi lain,  pada akhir Maret 2022 aset BRI Group tumbuh 8,99 persen yoy menjadi Rp.1.650,28 triliun.

Harus diakui bahwa pencapaian laba yang signifikan ini  karena sudah mulai pulihnya perekonomian nasional serta menggeliatnya aktivitas pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang merupakan core business BRI.

“Kondisi UMKM yang mulai pulih saat ini mendorong penyaluran kredit BRI tumbuh 7,43% yoy menjadi sebesar Rp.1.075,93 triliun. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi di bandingkan dengan penyaluran kredit perbankan nasional di kuartal I 2022 sebesar 6,65%,”  ungkap Direktur Utama BRI Sunarso.

Sedangkan jika ditilik secara umum, portofolio kredit UMKM BRI tercatat tumbuh sebesar 9,24%  yoy dari Rp.826,85 triliun di akhir Maret 2021 menjadi Rp.903,29 triliun di akhir Maret 2022. Dengan kondisi positif tersebut proporsi kredit UMKM dibandingkan total kredit BRI terus merangkak naik menjadi sebesar 83,95%.

Penyaluran kredit kepada seluruh segmen UMKM tercatat tumbuh positif, dengan penopang utama yakni segmen mikro yang tumbuh 13,55%, segmen consumer tumbuh 4,56% dan segmen kecil serta menengah tumbuh 3,96%.

“Keberhasilan BRI dalam menyalurkan kredit diatas rata rata industri perbankan nasional diiringi dengan manajemen risiko yang baik,” ujar Sunarso lebih lanjut. Hal itu bisa dilihat dari rasio NPL BRI secara konsolidasian yang tercatat sebesar 3,09% pada akhir Maret 2022. Angka ini  menurun apabila dibandingkan dengan NPL pada periode yang sama tahun lalu yakni sebesar 3,30%.

“Selain itu, kualitas kredit yang membaik tersebut juga disebabkan oleh restrukturisasi kredit terdampak covid yang saat ini terus menurun secara gradual. Hingga akhir kuartal I 2022 tercatat restrukturisasi kredit terdampak Covid sebesar Rp 144,27 triliun, atau telah turun sebesar Rp.103,75 triliun apabila dibandingkan dengan total akumulasi restrukturisasi yang mencapai Rp 248,02 triliun” paparnya.

Tak kalah penting adalah BRI juga menyediakan pencadangan yang cukup untuk mengantisipasi risiko kedepan dengan NPL Coverage sebesar 276,0%. Angka ini meningkat dibandingkan dengan NPL Coverage pada akhir Maret 2021 sebesar 231,17%.

 

Lebih jauh Sunarso mengemukakan, alasan BRI menyiapkan pencadangan yang sangat memadai tersebut dilakukan untuk mengantisipasi risiko ketidakpastian kondisi perekonomian kedepan, karena adanya perang Rusia – Ukraina, inflasi, serta potensi kenaikan suku bunga yang akan terus dilanjutkan oleh The Fed.

Dalam hal penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) BRI juga berhasil mencatatkan kinerja positif. Tercatat hingga akhir Kuartal I 2022, DPK BRI Group tercatat tumbuh 7,39%. Pendorong utama pertumbuhan DPK BRI adalah Dana murah (CASA) dimana secara year on year meningkat sebesar 15,99%.

“Apabila dirinci, Giro tercatat tumbuh 30,86% dan Tabungan tumbuh 10,17%. Secara umum, saat ini proporsi CASA BRI tercatat 63,63%, meningkat dibandingkan dengan CASA pada Kuartal I tahun lalu yakni sebesar 58,91%,” terang Sunarso lagi.

Ia menambahkan, kemampuan BRI untuk meningkatkan proporsi dana murah tersebut berdampak positif bagi bisnis perseroan yang semakin efisien.

Sebagai bagian dari Transformasi Struktur Liabilitas, sambung Sunarso,  BRI akan terus mendorong peningkatan proporsi CASA untuk mendukung bisnis yang  berkelanjutan, diantaranya melalui transaction based product and services di segmen wholesale serta penguatan fitur dan transaksi keuangan melalui BRImo.

Dipaparkan lagi oleh Sunarso bahwa  kemampuan BRI dalam menyalurkan kredit dan pembiayaan juga didukung dengan likuiditas memadai dan permodalan yang kuat. “Hal ini terlihat dari LDR bank secara konsolidasian yang tercatat sebesar 86,96%, dengan CAR 24,61%,” imbuhnya.

BRI juga mampu mencatatkan rasio efisiensi yang terus membaik, dimana BOPO BRI pada akhir Maret 2022 tercatat sebesar 69,34 persen atau lebih rendah dibandingkan dengan BOPO periode yang sama tahun lalu sebesar 78,41 persen. “Menurunnya BOPO ini tak lepas dari semangat efisiensi yang dilakukan oleh BRI, diantaranya melalui keberhasilan transformasi digital, membaiknya rasio kredit bermasalah, serta semakin meningkatnya proporsi CASA atau dana murah pada tubuh perseroan”, ungkapnya.

Dikemukakan Sunarso, dengan kinerja BRI yang positif dan fundamental perseroan yang semakin sehat, serta strategic response yang tepat diiringi dengan manajemen risiko yang baik dalam menghadapi ketidakpastian kondisi perekonomian global, BRI optimistis kinerja di tahun ini akan dapat melampaui kinerja sebelum masa pandemi, serta dapat menjaga sustainability kinerja kedepan.

Pencapaian yang diraih BRI tentu saja membantah pesimisme sejumlah kalangan yang mempertanyakan akan kinerja kiprah BRI sebagai salah satu anggota Himbara dalam pemulihan ekonomi nasional. (rud)