Prof. DR. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, MA (Rektor UIN Jakarta)

Oleh: Syulianita (Editor) - 02 August 2021

Internasionalisasi Kampus dan Menjaga Islam Pluralistik

Naskah: Imam F. Foto: Dok. Pribadi

Memimpin Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta bukanlah perkara mudah. Perguruan tinggi Islam yang dulu bernama Institut Agama Islam Negeri (IAIN) ini memiliki tradisi keilmuan yang sangat kuat dengan madzhab pemikiran yang khas, Madzhab Ciputat.

Ya, UIN Jakarta merupakan gudangnya para pemikir dan cendekiawan Muslim. Dari “Kampus Pembaharuan Pemikiran Islam” ini lahir tokoh-tokoh Islam nasional yang pemikirannya sangat mewarnai dinamika umat Islam di Tanah Air bahkan dunia, seperti Prof. Harun Nasution, Prof. Nurcholish Madjid atau Cak Nur, Prof. Quraish Shihab, Prof. Azyumardi Azra, Prof. Hj. Zakiah Daradjat, Prof Huzaemah Tahido Yanggo, Prof. Nasaruddin Umar, dan ulama-ulama lainnya yang telah melahirkan karyakarya genuine dari beragam bidang keilmuan Islam.

Saat ini, amanah terbesar menjaga tradisi keilmuan tersebut ada di bahu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, MA. Guru Besar Hukum Tata Negara UIN Jakarta ini secara resmi memangku jabatan Rektor UIN Jakarta usai dilantik Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin pada Senin, 7 Januari 2019.

Di awal kepemimpinannya, perempuan kelahiran Kairo, 22 Desember 1963 ini sudah memancangkan visi-misi UIN Jakarta yang menitikberatkan pentingnya peningkatan mutu lulusan UIN Jakarta, di samping penguatan rekognisi nasional-global. Selain kemampuan akademik, ia ingin meningkatkan kepuasan user atas lulusan UIN Jakarta, menjadikan mereka mendapatkan pekerjaan sesuai bidang ilmunya.

UIN Jakarta pun berkomitmen untuk meningkatkan mutu akademik jenjang magister dan doktor serta program akademik dalam upaya melaksanakan rencana strategis internasionalisasi kampus. “Upaya untuk lainnya adalah peningkatan jumlah mahasiswa internasional, serta kemampuan bahasa asing bagi sivitas. Kita juga akan terus meningkatkan rekognisi global kampus,” ujar Prof. Amany.

Komitmen terkait internasionalisasi kampus tersebut menjadi satu dari enam bidang pokok rencana strategis (renstra) 2021 yang hendak diwujudkan Prof. Amany. Lima lainnya adalah peningkatan publikasi dan hak kekayaan intelektual, optimalisasi aset dan pengembangan bisnis, transformasi sistem informasi, optimalisasi peran mahasiswa dan alumni, serta pengembangan sumber daya manusia.

Jalan untuk mewujudkan renstra itu terbuka luas, mengingat UIN Jakarta memiliki sumber daya dan fasilitas yang mendukung, di samping memiliki tradisi intelektual yang kuat. Meski diakuinya bahwa ada sejumlah tantangan, seperti masih tingginya prosentase dosen UIN Jakarta dengan kualifikasi pendidikan magister, di mana prosentasenya mencapai kisaran 70 persen. Hingga akhir 2020 jumlah dosen tetap UIN Jakarta mencapai 1.103 orang, di mana 386 dosen berpendidikan doktor dan 717 dosen berpendidikan magister.

Tantangan lainnya adalah masih minimnya jumlah publikasi internasional terindeks Scopus, kualitas layanan terhadap mahasiswa belum mencapai level maksimal, dan belum meratanya distribusi penelitian dengan jumlah dosen yang ada, serta belum maksimalnya integrasi sistem informasi e-Campus. “Untuk itu kebersamaan antar sektor, loyalitas kelembagaan, dan profesionalitas kinerja harus ditingkatkan. Insya Allah kita bisa laksanakan bersamasama. Kita sudah punya potensi, punya modal, kapital,” papar Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pusat Bidang Perempuan (2015-2020) ini.

Perlahan, pelaksanaan renstra dimaksud mulai menunjukkan hasil. Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), misalnya mengakui Laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran UIN Jakarta sebagai salah satu laboratorium dengan jejaring pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) Covid-19 terbaik. Pengakuan ini didasarkan pada hasil penilaian lembaga penjaminan mutu WHO terhadap sekitar 600 Lab Covid-19 di Indonesia.

Prestasi juga diraih dua tim (Baca dan Kaki Keenam) dari Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UIN Jakarta ketika masuk dalam Top 15 Final Capstone Project pada Program Bangkit, Kemendikbudristek di awal Juli 2021 ini. Bangkit merupakan program pengembangan kompetensi mahasiswa untuk berkarir di dunia teknologi yang didesain melalui kemitraan Dirjen Pendidikan Tinggi Kemendikbud, Google, Gojek, Tokopedia, Traveloka, dan mitra perguruan tinggi. Program ini ditawarkan melalui Kampus Merdeka. Ini tentu sebuah prestasi membanggakan bagi kampus berbasis Islam yang mengintegrasikan ilmu agama dengan ilmu pengetahuan umum.

Sebagai lembaga pendidikan tinggi Islam, UIN Jakarta juga memiliki banyak tanggungjawab besar yang perlu terus dijaga di bidang pengembangan keilmuan, kontribusi kemanusiaan, dan keislaman. Oleh karenanya Prof. Amany menyepakati empat ranah pembaruan pendidikan Islam yang pluralistik di Indonesia, yakni pembaruan kebijakan ke arah Pendidikan Agama Islam yang inklusif, pembaruan pendekatan pembelajaran ke arah yang lebih mindful, meaningful, dan joyful, pembaruan kurikulum dengan menerapkan lifelong learning dan growth mind, serta pembaharuan sistem penilaian. “Untuk itu bersikap toleransi, menghormati dan mengakomodasi pendapat orang lain, bekerja sama dan membangun kehidupan masyarakat yang rukun dan damai di tengah pluralitas budaya, suku, agama haruslah atas dasar nilai-nilai keagamaan yang luhur,” ujarnya.

Pe-er Prof. Amany tentu perlu mendapat dukungan luas dari para alumninya. Dalam konteks internasionalisasi kampus dan pluralisme Islam, Ketua Umum Ikatan Alumni UIN (IKALUIN) Jakarta DR. Tb. Ace Hasan Syadzaly, MA menegaskan bahwa untuk mewujudkannya, UIN Syahid harus fokus dalam integrasi pengetahuan keislaman dengan ilmu pengetahun lainnya.

“UIN Jakarta memiliki potensi ini. Karena setelah menjadi universitas, UIN Jakarta tidak hanya menyediakan pengajaran terkait agama, tetapi juga ilmu umum seperti kedokteran, sosial, politik, science dan teknologi, psikologi, serta cabang-cabang ilmu yang lain.

Oleh karenanya setiap mahasiswa UIN Jakarta dituntut memiliki wawasan keagamaan dan umum yang luas dengan tetap berpijak pada nilai-nilai keislaman,” ungkap politisi muda Partai Golkar yang kini menjabat Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI ini.

Tb. Ace menilai, luasnya pemahaman keilmuan yang diajarkan UIN Jakarta, sesungguhnya menunjukkan bahwa Islam sebagai sebuah ajaran seharusnya memiliki kesesuaian atau compatibility dengan ilmu pengetahuan. Karena di manapun, sebuah peradaban besar berpijak pada ilmu pengetahuan. Melalui upaya ini UIN Jakarta telah memiliki lulusan-lulusan yang mempengaruhi perkembangan keilmuan di tingkat nasional maupun internasional.

“Semangat yang dibangun memang berbasis pengetahuan keagamaan. Tetapi itu menjadi basis bagi lahirnya pengetahuan teknologi dan inovasiinovasi yang dibutuhkan kehidupan manusia,” ujar lelaki kelahiran Pandeglang, 19 September 1976 ini.