Tika Yoso, Menjadi Lawyer Profesi Mulia

Oleh: Syulianita (Editor) - 26 July 2021

Naskah: Suci Yulianita Foto: Sutanto

Buah jatuh tak jauh dari pohonnya! Ungkapan tersebut rasanya tepat sekali ditujukan pada wanita yang bernama lengkap S. Kartika Putri Yosodiningrat ini. Sedari kecil Tika terbiasa melihat profesi sang Ayah, Henry Yosodiningrat sebagai lawyer ternama di Tanah Air. Hal itu membuatnya turut merasakan dan tertanam dalam hati betapa mulianya pekerjaan tersebut, lantaran bisa membantu banyak orang.

Awalnya Tika sempat ragu akan keputusan tersebut, ia bahkan sempat terpikirkan untuk melanjutkan kuliah jurusan Ekonomi saat itu. Namun jiwanya tak bisa dibohongi, hatinya tetap bersikeras untuk melanjutkan pendidikan di bidang Hukum.

“Saat lulus SMA, awalnya saya sempat terpikirkan untuk melanjutkan pendidikan Ekonomi. Tapi ganti pilihan ke hukum, karena saya ingin menjadi ahli hukum seperti ayah. Mungkin karena dari background keluarga ayah. Dan dari dulu, sewaktu saya kecil, saya melihatnya kok asyik juga yah hukum, pekerjaan mulia karena bisa membantu orang. Ya sudah dari situ saya mantap meneruskan pendidikan di ilmu hukum,” Tika mengenang masa-masa itu. Ia pun serius mendalami ilmu hukum hingga menamatkan pendidikan Master Hukum di salah satu Universitas di Inggris. 

Namun setelah itu, ia tak langsung berkarier di bidang hukum lantaran harus mengurus rumah tangga yang saat itu baru menjadi seorang ibu bagi buah hatinya. Ia pun fokus mengurus keluarga. Dua tahun berselang, dirasa sang buah hati sudah lebih besar, Tika pun mencoba menerima tantangan sang ayah untuk berkarier di bidang hukum dengan bergabung bersama kantor hukum milik ayahnya.

Namun Tika tak bisa seenaknya, bukan karena ia seorang putri dari pemilik perusahaan, lantas ia bisa bekerja semaunya. “Ya, dari awal bergabung, ayah sudah menegaskan jangan mentangmentang saya anaknya terus jadi bekerja seenaknya. Saya juga harus bekerja profesional sama seperti karyawan yang lain, tidak ada perbedaan!” tegasnya.

Dari situlah kemudian kariernya sebagai seorang lawyer terus berjalan hingga saat ini. Ibarat sudah tertanam dalam jiwa dan sudah mendarah daging, Tika kini begitu mencintai profesinya tersebut. Bukan sekadar materi yang dicari! Namun, lebih kepada kepuasan batin manakala ia bisa membantu orang lain. Apalagi ia menyadari bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.

Untuk itu, seperti apa yang juga diajarkan sang ayah, dalam berkarier ia memegang teguh prinsip “Tidak memutihkan yang Hitam!” Dalam menerima klien, terlebih dahulu ia harus menggali lebih dalam latar belakang kasusnya.

“Prinsip saya Tidak memutihkan yang Hitam. Kita selalu ditekankan oleh ayah sebelum kita membela klien, kita harus yakini dasar hukumnya itu tepat, ini orang memang harus dibela. Jadi dari awal menerima klien, kita harus gali dulu latar belakang kasusnya. Jadi lawyer harus tahu betul kasusnya seperti apa, harus jujur memberikan pendapat hukum. Jadi ya itu dia, apa yang benar kita bela. Namun, bukan berarti yang nyata melakukan kesalahan selalu ditolak. Apabila kita handle kasus tersebut bukan semata-mata bertujuan agar klien dibebaskan atau yang salah dijadikan benar. Jangan berusaha untuk menegakan benang basah! Tapi semata-mata untuk menjamin dan melindungi hak-hak serta kepentingan hukum si klien agar tidak dilanggar,” ujarnya sembari tersenyum manis.

Selama berkarier sebagai seorang lawyer banyak tantangan dan lika-liku yang harus dihadapi. Namun sebisa mungkin, Tika menghadapinya dengan kepala dingin. Apalagi posisinya sebagai seorang wanita yang tentunya dituntut untuk bisa menghadapi situasi apapun dengan lemah lembut. “Banyak yang bilang dunia lawyer itu keras! Nah di sinilah peran kita sebagai seorang wanita, kita jangan ikut-ikutan. Nggak perlu keras untuk bisa bersuara,” ungkap Tika.

Satu pengalaman berkesan baginya adalah manakala ia berhasil menangani pembatalan gugatan perceraian dan menyatukan klien kembali dalam ikatan pernikahan. Sebagai seorang wanita, Tika tentu turut merasakan emosional yang dialami klien wanita yang digugat suaminya itu. Hati nuraninya pun tak tinggal diam. Untuk itu Tika berjuang bagaimana bisa membantu kliennya itu.

“Saat itu usia beliau sudah 70- an, saya terus mendampingi beliau. Alhamdulillah perceraiannya tidak jadi. Itu satu kepuasan buat saya karena berhasil tidak memisahkan mereka. Sampai akhir hayatnya mereka masih bersama-sama. Mungkin karena perempuan yah, jadi sampai sekarang masih keingat, masih membekas,” ucap Tika dengan penuh haru.

Work Life Balance

Sebagai seorang wanita, Tika menyadari betul bahwa keluarga adalah segalanya di samping karier. Untuk itu, ia berusaha sebisa mungkin untuk bisa menyeimbangkan kehidupan karier dan keluarga. Itu pula yang menjadi targetnya ke depan, tak muluk muluk, yaitu bagaimana bisa sukses menyeimbangkan semuanya. Work life balance!

“Bisa sukses di semuanya yah, di pekerjaan sukses, dan di keluarga juga sukses, jadi nggak hanya di satu bidang saja. Balance semua, pekerjaan, rumah tangga, anak-anak, semuanya balance. Dan yang juga penting, selalu bersyukur dengan yang sudah ada,” ia berkata bijak.

Selain mengurus keluarga, di tengah waktu luangnya, Tika juga gemar bersepeda. Baginya, selain menjaga kebugaran, bersepeda juga menjadi kegiatan yang menyenangkan. “Saya suka bersepeda! Seru seperti tamasya, bisa jalan-jalan, masuk ke gang-gang kecil, dan saya menikmatinya,” ia menutup pembicaan.