Cover Story: Maman Abdurrahman, Politisi “Hidrokarbon”

Oleh: Syulianita (Editor) - 25 September 2020

Hitam adalah Hitam, Putih adalah Putih

Maman dikenal sebagai tipe orang yang berpendirian hitam adalah hitam, putih adalah putih. Ia selalu menjadi orang yang tegas dalam bersikap, tetapi lentur dalam bergerak. Ia tidak peduli meski banyak yang menentang sepanjang yang ia yakini dan jalani benar dan demi kepentingan orang banyak. Dalam wawancara bersama Men’s Obsession, ia blak-blakan mengenai banyak hal mulai dari bagaimana membenahi carut marut di dunia pertambangan, langkah nyata yang dilakukan di daerah konstituennya, hingga obsesi terbesar dalam hidup. Berikut petikannya.

Diamanahi sebagai Kapoksi VII Partai Golkar, apa saja permasalahan paling krusial yang harus dibenahi?

Pada awal periodeisasi ini Komisi VII bertekad RUU Minerba harus beres dan Alhamdulillah kemarin sudah disahkan. Seperti yang kita tahu, RUU ini banyak sekali penolakan. Kami dibilang tidak pro sama masyarakat. Tapi, kenapa RUU ini harus segera disahkan. Pertama, kepastian hukum kepada para investor harus jelas.

Kedua, ada isu besar sekitar 7 perusahaan PKP2B (Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara) membutuhkan kepastian keberlanjutan kontrak karena ada puluhan ribu karyawan yang bekerja di sana, mereka memasok kebutuhan produksi tenaga listrik. Banyak Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di seluruh Indonesia yang salah satu bahan bakunya adalah batu bara kalau tidak ada ketidakpastian hukum dan akhirnya berhenti kontrak mereka, kita produksi listrik dari mana? Ujung-ujungnya kita malah impor lagi. Karenanya ketika ada fitnah bermacam- macam, kami jalan saja.

Biarkan pada akhirnya waktu yang akan menjawab apakah kami benar- benar bekerja dan berpihak untuk kepentingan masyarakat. Jangan sampai langkah atau kebijakan yang kami ambil terdistorsi oleh omongan kanan-kiri atau hanya mengikuti tekanan publik.

 

Bagaimana pandangan Bapak terkait wacana pembangunan fasilitas pemurnian mineral (smelter) tembaga oleh PT Freeport Indonesia?

Kewajiban pembangunan smelter mutlak dijalankan sebagaimana amanat UU No. 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. Tetapi, khusus untuk tembaga beda. Selama ini, bijih tembaga sudah diolah menjadi konsentrat dengan nilai tambah mencapai 95%. Sedangkan, pembangunan smelter hanya memurnikan konsentrat itu menjadi 99- 100% berupa katoda tembaga.

Sementara, investasi smelter sangat besar dan tak sebanding dengan kadar peningkatan nilai tambah. Apalagi katoda tembaga yang dihasilkan smelter tembaga selama ini pun minim penyerapannya di dalam negeri. Ini menjadi tidak ekonomis hanya meningkatkan 5%.

PT Freeport Indonesia yang membangun smelter tembaga kini sudah mayoritas dimiliki oleh Indonesia. Artinya, untung ruginya Freeport berdampak terhadap Indonesia. Kalau ingin Freeport maju, mau tidak mau harus hati-hati berinvestasi. Kita harus dorong di forum khusus karena harus detil melihat isu-isunya.

Lalu apa saja langkah yang telah Bapak lakukan di daerah konstituen?

Pertama, banyak masyarakat Kalbar yang belum tersentuh oleh listrik. Total kurang lebih ada 300 desa. Salah satu fungsi saya adalah mendorong peningkatan anggaran pembangunan listrik desa. Alhamdulillah melalui PLN akan segera dibangun listrik desa yang awalnya alokasi anggarannya hanya 1 tahun misalnya untuk 15 desa, sekarang bisa sampai 50 desa. Saya punya target sampai tahun 2024 minimal 200-an desa kita sudah dialiri listrik.

Kedua, di Kalbar orang melihat lampu merupakan sesuatu yang sangat mewah. Saya pun mencetuskan program Penerangan Jalan Umum (PJU) Tenaga Surya untuk ke kampung-kampung.

Selain itu, saya tengah mendorong program tabung listrik (talis) untuk di Kalbar. Talis adalah program Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk melistriki desa- desa yang berada di wilayah terluar, terdepan, dan tertinggal (3T).

Ketiga, masalah kelangkaan LPG 3 kg di daerah pedalaman. Ini adalah problematika yang tidak sederhana. Kemarin, karena kebetulan saya juga di Banggar, alokasi kuota LPG 3 kg yang semula hanya 7 juta metrik ton per tahun, kami coba dorong menjadi 7,5 juta metrik ton per tahun.

Saya juga berencana untuk menarik pengelolaan gas di Kepulauan Riau nantinya dilakukan di wilayah Kabupaten Sambas. Jika ini teralisasi, potensi penyerapan tenaga kerja di Kalbar akan meningkat. Ini isu besar yang akan terus kita angkat, jika tidak kita dorong, siapa lagi!

Tentunya banyak hal lain yang saya upayakan dengan bersinergi dengan teman-teman di komisi lainnya, misalnya mengatasi masalah kesehatan dan pendidikan.

 

Menurut Bapak, peran riset teknologi nasional dalam mendukung pembangunan nasional itu apa?

Kalau bicara soal riset pertama dari political will terlebih dahulu, yakni diukur berdasarkan peningkatan alokasi anggaran riset. Harus diakui, keberpihakan dan keseriusan kita terhadap riset masih lemah karena anggaran kita masih minim sekali. Karenanya, kami terus mendorong peningkatan alokasi anggaran untuk mendukung riset dan teknologi nasional.

Alhamdulillah, pemerintah bersama DPR sudah mengesahkan UU No. 11 tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (UU Sisnas Iptek). Kehadiran UU ini diharap dapat membuka peluang yang lebih besar untuk memajukan ilmu pengetahuan di Indonesia, dan penerapannya dalam teknologi dan inovasi.

Salah satu poin dari UU Sisnas Iptek adalah pembentukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan ini sudah terlaksana. Dengan adanya BRIN diharapkan semua lembaga penelitian baik dari kementerian, nonkementerian, perguruan tinggi maupun swasta harus bersinergi. Selama ini banyak sekali talenta di bidang penelitian yang ada di berbagai organisasi di Indonesia. Tentunya kami ingin agar Indonesia mempunyai inovasi yang bermanfaat buat masyarakat dan juga bisa menembus pasar.

Dengan adanya BRIN, talenta yang bertebaran itu para peneliti baik secara individu maupun lembaga bisa melakukan sinergi dan harmonisasi sehingga bisa melahirkan produk- produk unggul. Contohnya, rumput laut kalau dijual begitu saja kan harganya tidak seberapa. Namun, dengan inovasi dapat menjadi produk yang lebih memiliki nilai.

 

Bagaimana dengan progres Vaksin Merah Putih?

Pemerintah Indonesia sedang melakukan penelitian untuk menemukan vaksin Covid-19 buatan dalam negeri yang diberi nama vaksin Merah Putih. Alhamdulillah Menristek/ Ka. BRIN Bambang Brodjonegoro ditunjuk sebagai Ketua Tim Vaksin Merah Putih. Dan, kami juga sudah mendorong alokasi anggaran agar dinaikkan karena kami berpikir untuk apa menunggu vaksin dari luar dan belinya juga mahal, kenapa kita tidak produksi vaksin sendiri. Kita punya Kemenristek, BRIN, BPPT, LIPI, dan banyak orang cerdas.

Progres vaksin ini di antaranya adalah pengembangan Bibit Vaksin Merah Putih sudah 50%, pada 2021 pemerintah mengalokasikan anggaran Rp280 miliar untuk penelitian Vaksin Merah Putih. Vaksin ini baru diproduksi massal pada akhir tahun 2021.

Bapak juga memperjuangkan ingin membangun pembangkit listrik tenaga nuklir di Kalbar, bagaimana progresnya?

Kami Komisi VII sedang memasukkan RUU Energi Baru Terbarukan di Prolegnas. Salah satunya adalah nuklir. Secara geografis, Kalbar cukup memenuhi syarat. Di Kabupaten Melawi mempunyai potensi uranium. Jadi, sudah saatnya mendorong pemerintah pusat membangun PLTN. PLTN merupakan proyek prestisisus yang cukup tepat untuk menyelesaikan permasalahan kelangkaan listrik yang selama ini tak kunjung selesai, nuklir adalah energi yang ramah lingkungan dan satu butir produk nuklir bisa bermanfaat sejuta kali.

 

Sekarang, kita sudah masuk ke pertanyaan yang lebih personal. Mohon dibagikan tips sukses dari Bapak untuk generasi muda?

Ya, pada prinsipnya saya berpikir bahwa dalam hidup, gampang dan susah itu tidak ada. Kalau semua hanya berani dengan yang gampang dan takut dengan yang susah maka kita tidak akan bisa maju. Parameter gampang atau susah bagi setiap manusia itu berbeda- beda. Gampang menurut saya, belum tentu gampang menurut orang lain. Begitupun susah. Yang membedakan cuma satu, keyakinan diri kita.

Pesan saya buat anak muda di seluruh Indonesia, jangan pernah takut gagal, jangan pernah takut untuk mencoba, dan jangan pernah takut untuk menjalankan sesuatu yang diyakini benar. Karena pada akhirnya berhasil atau tidak berhasil itu bukan urusan kita, melainkan Tuhan Yang Maha Kuasa. Yang penting kita berusaha sebaik mungkin. 

 

Pada 10 September 2020 lalu, Bapak menginjak usia ke-40 tahun. Apa harapan Bapak?

Ada yang bilang life begin at fourty. Orang berpikir di usia saya ke-40 tahun ini, hidup saya lengkap. Memiliki istri, dua orang anak, dan menjadi pejabat negara.

Namun, bagi saya kurang lengkap rasanya kalau apa yang saya miliki saat ini tidak mempunyai azas kemanfaatan buat orang banyak. Kadang begini, orang semakin bertambah tingkat kesejahteraannya, biasanya semakin takut kehilangan.

Padahal semua ini adalah titipan dari Allah karena pada akhirnya semua akan kembali kepada-Nya. Di usia sekarang ini saya diberi kepercayaan memegang dua posisi adalah sebuah tantangan untuk saya agar tidak boleh merasa puas dan nyaman.

Saya harus bisa menunjukkan bahwa saya anak muda yang awalnya bukan siapa- siapa saat diberikan amanah besar, saya mampu membawa atau mensukseskan partainya menjadi lebih besar.

 

Obsesi terbesar Bapak?

Sebagai Ketua Bappilu saya berharap Partai Golkar semakin dicintai banyak orang sehingga dapat menjadi partai pemenang Pemilu 2024 dan ada kader partai ini bisa memimpin negara kita, baik itu RI 1 ataupun RI 2. Saya juga ingin partai ini bisa lebih banyak menghasilkan kader yang memiliki terobosan, memberikan solusi untuk masyarakat, dan menunjukkan langkah- langkah konkret dalam menyelesaikan permasalahan bangsa ini. Itulah doktrin partai Golkar, yaitu kekaryaan.

 

Dalam berpenampilan Bapak selalu tampil nyentrik dan santai dibanding kebanyakan pejabat. Apakah ada filosofi tersendiri?

Saya ini bukanlah orang yang formal. Saya besar di dunia lapangan dan latar belakang orang perminyakan membentuk karateristik dan jati diri, akhirnya gaya saya sangat santai. Apa yang saya kenakan adalah yang membuat saya nyaman. Misalnya, saat di DPR saya kerap memadukan batik dengan celana jeans. Namun, kalau di acara formal seperti rapat paripurna saya mengikuti protokoler untuk memakai jas.