Dr. Dhaniswara K. Harjono, S.H., M.H., M.B.A. (Rektor Universitas Kristen Indonesia)

Oleh: Syulianita (Editor) - 16 June 2020

 Hadapi Ancaman Covid-19 dengan Digitalisasi

Naskah: Hasan Pessy Foto: Sutanto

 

Akibat wabah Covid – 19, beberapa kampus di Indonesia menerapkan kebijakan perkuliahan jarak jauh. Begitu pula dengan Universitas Kristen Indonesia (UKI) yang telah melaksanakan perkuliahan dengan metode online learning sejak 16 Maret 2020. Menurut Rektor UKI, Dr. Dhaniswara K. Harjono, S.H., M.H., M.B.A., kebijakan diam di rumah dan kesiapan masyarakat beradaptasi menggunakan teknologi digital bisa menjadi solusi menyiasati ancaman Covid-19.

Pendidikan tidak terhenti begitu saja saat pandemi Covid-19 merebak, saat ini seluruh perguruan tinggi menerapkan kuliah online. Hal ini tidak masalah bagi UKI yang sudah memiliki sistem akademik berbasis daring. “Akhir tahun 2019 kami sudah canangkan tahun 2020 ini sebagai tahun digitalisasi dan Internasionalisasi UKI. Jadi, kami sudah persiapkan semuanya. Pada saat terjadi pandemi Covid-19, tanggal 16 Maret kami mulai Study from Home dan Work from Home juga dan akhirnya segala kemampuan di bidang digital kami manfaatkan,” ujar Dhaniswara.

Digitalisasi kampus ditunjukkansalah satunya dengan proses pembelajaran digital serta berbagai program untuk mempermudah proses kelangsungan perkuliahan dan administrasi akademik maupun non akademik, ditambah lagi penggunaan smart card dan e-certificate kegiatan mahasiswa, misalnya.

Sedangkan Kantor Urusan Internasional (KUI) Universitas Kristen Indonesia membantu mengurus internasionalisasi dan sudah bekerja sama dengan beberapa negara, khususnya negara-negara ASEAN, dalam program pertukaran pelajar atau dosen, misalnya. “Nah, seluruh fasilitas ini dapat dimanfaatkan oleh adik-adik mahasiswa dan juga rekan-rekan pengajar. Tapi, kalaupun misalnya masih ada beberapa rekan dosen senior yang memerlukan bantuan, kami menyiapkan help desk yang selalu siap setiap saat, yaitu anak- anak muda, anak-anak milenial yang siap juga membantu mereka supaya pembelajaran secara online ini bisa berlangsung dengan baik dan lancar,” kata Dhaniswara.

Ada delapan fakultas di UKI, yakni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas Sastra, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Hukum, Fakultas Teknik, Fakultas Kedokteran, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, dan Fakultas Vokasi. Meski demikian, tidak semua fakultas menjalankan kegiatan perkuliahan menggunakan sistem online sepenuhnya sekarang ini. "Sebenarnya kita diperkenankan untuk melaksanakan blended learning artinya maksimal 49% secara online dan 51% tatap muka. Dalam masa pandemi ini, bila PSBB telah dicabut, pembelajaran online tetap dapat berjalan kecuali beberapa program studi yang harus melakukan praktik misalnya Fakultas Kedokteran atau Vokasi. Untuk itu, protokol kesehatan yang ketat, seperti jaga jarak, penggunaan alat pelindung diri yang baik bila diperlukan, terutama di kelas atau di laboratorium akan diterapkan. Jadi, buat saya tidak ada masalah, kita sukseskan program pemerintah agar Covid-19 ini segera lenyap dari bumi pertiwi,” tukasnya.

 

Salurkan Energi Positif

Dhaniswara mengakui perekonomian Indonesia sekarang unpredictable akibat terkena hantaman Covid-19. Bila kondisi ini terus terjadi maka krisis bisa menjadi sebuah keniscayaan. Ia mengatakan, Indonesia bahkan dunia pernah mengalami tiga krisis besar beberapa dekade belakangan ini.

Pertama terkait krisis tahun 1998, kedua resesi ekonomi tahun 2008 karena lemahnya manajemen risiko sehingga terjadi resesi ekonomi yang cukup parah. Kemudian, yang ketiga terkait dengan ancaman virus Corona.

Ia prihatin dengan situasi ini di mana paparan korban terus bertambah dari hari ke hari. Namun demikian menurutnya, semua elemen bangsa harus memberikan energi positif agar mata rantai penyebaran Covid-19 dapat dihentikan. “Bencana yang sudah ditetapkan pemerintah sebagai suatu bencana nasional ini harus kita hadapi, harus kita lawan dan harus kita lewati. Dan, kami dari UKI berusaha semaksimal mungkin untuk melawan dan mengantisipasi segala kemungkinan penyebaran Covid-19 ini berikut juga dampak-dampaknya,” katanya.

Energi positif yang pertama, yakni mengikuti apa yang menjadi anjuran pemerintah terkait upaya-upaya pencegahan. Kedua kerja sama antara masyarakat sipil dengan pemerintah dalam penanganan Covid-19. “Saya yakin bahwa pemerintah tidak bisa berjalan sendiri sehingga kita harus bantu. Misalnya anak-anak mahasiswa, kemudian seluruh sivitas akademika UKI kita upayakan bebas dari virus Corona, bagaimana caranya artinya mereka supaya tetap sehat, gizi cukup, vitamin cukup, kemudian juga tetap hidup yang sehat. Dengan demikian, kita membantu suatu upaya pemerintah,” ulasnya.

Selain itu, UKI juga membantu mahasiswa yang orang tuanya menjadi korban PHK atau usahanya bangkrut. Akibat pandemi Covid-19 banyak di antara mahasiswa yang kesulitan keuangan karena orang tuanya tidak lagi mengirimkan uang untuk keperluan di kampus. Oleh karena itu, UKI membantu mahasiswa dengan mendirikan dapur umum yang menyediakan makan gratis, maupun sahur bagi yang beragama Islam. Kemudian untuk mendukung kegiatan perkuliahan online, pihak kampus juga menyediakan kuota bagi mahasiswanya. Sebagai salah satu Perguruan Tinggi swasta tertua di Indonesia, UKI juga konsisten menerapkan protokol kesehatan.

Manajemen UKI menjalankan SOP dengan sungguh-sungguh, misalnya wajib menggunakan masker di lingkungan kampus, menjaga jarak (social distancing), mengukur suhu tubuh, menyediakan sarana untuk cuci tangan menggunakan air dan sabun, hand sanitizer, disinfektan dan Alat Pelindung Diri (APD).

“Semaksimal mungkin kita lakukan supaya keberadaan kita UKI ini ada manfaatnya bagi orang banyak dan kita bisa turut serta membantu program pemerintah untuk melawan virus Corona ini,” pungkas dia.