Obsession Awards 2020; Rising Stars

Oleh: Syulianita (Editor) - 17 April 2020

Naskah: Subchan Husaen Foto: Istimewa

 

“Buah jatuh tak jauh dari pohonnya,” itulah kalimat yang tepat untuk menggambarkan sosok politisi muda Prananda Surya Paloh. Nalurinya untuk menjadi seorang politisi yang hebat rupanya menurun dari ayahnya Surya Paloh. Melalui bendera Partai NasDem, ia turut serta mendirikan dan membesarkan partai ini, sampai kemudian ia mampu terpilih sebagai anggota DPR RI selama dua periode dari sejak Partai NasDem ikut Pemilu pada 2014 lalu.

 

Pria kelahiran Singapura, 21 September 1988 ini terpilih sebagai anggota DPR dari daerah pemilihan Sumut 1 melingkupi Kota Medan, Kota Tebing Tinggi, Kabupaten Deli Serdang, dan Kabupaten Serdang Bedagai. Di dewan saat ini, ia ditempatkan pada komisi strategis yang membidangi pertahanan, intelijen, luar negeri, komunikasi, dan informasi, yakni Komisi I. Selain itu, ia juga di tempatkan di Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP).

 

Banyak yang menilai keberhasilan Prananda sebagai anggota DPR tidak lepas dari nama besar ayahnya. Menurutnya, pendapat itu tidak sepenuhnya benar. Meski diakui ayahnya adalah seorang politisi papan atas, namun bukan berarti keberhasilannya duduk di DPR tanpa ada kerja nyata.

 

Di NasDem sendiri ia juga memulai kariernya dari bawah, ia punya ide mendirikan Liga Mahasiswa NasDem. Sebagai dekalator, Prananda terus menyuarakan kepada mahasiswa agar tidak anti parpol. Menyuarakan aspirasi tidak harus selalu di jalanan, tapi parpol juga punya wadah yang sama untuk menyuarakan aspirasi.

 

Sebagai anak muda, Prananda hadir dengan gebrakannya di dunia politik kemahasiswaan dengan menjabat Ketua Koordinasi Bidang Pemenangan Pemilu Partai NasDem 2019-2024. Ia terus menjaring para lulusan mahasiswa untuk mau bergabung dengan parpol. Karena sebagai Ketua Umum Garda Pemuda NasDem, ia percaya untuk membangun bangsa dan negara dibutuhkan kerja keras dan ide pemikiran dari anak-anak muda. Prananda pun memposisikan dirinya sebagai kaum milenial yang siap selalu untuk bekerja.

 

Bagi Prananda, kesadaran politik serta keberanian memikul tanggung jawab sebagai pemimpin harus dipikul sedari masih muda. Ia begitu mahfum bahwa generasi muda adalah wajah masa depan suatu bangsa. Oleh karenanya, kehadiran Prananda di DPR-RI sebagai ajakan dan contoh bagi generasi muda untuk mau terjun dalam segala bidang kehidupan berbangsa. Keberadaan generasi muda adalah untuk berbuat, membuktikan kata-katanya dengan perbuatan yang berguna.

 

Dengan fokus dan kemampuan diplomasi serta komunikasi yang piawai, Prananda memang sejak awal ingin mengabdikan diri di Komisi I, bidang Pertahanan, Intelijen, Luar Negeri, Komunikasi, dan Informatika. Semangat kepemudaan dan keberanian yang patriotik merupakan prinsip yang dibawa Prananda di dalam tugasnya di komisi tersebut. Karena di bidang ini pula, patriotisme dan idealisme semakin sering diuji dan harus dibuktikan.

 

Ia sangat memegang teguh kata-kata Tan Malaka, yang menyuratkan bahwa kemewahan bagi pemuda adalah idealismenya. Dan sejak awal masa tugasnya, Prananda kerap menyuarakan pandangannya tentang kedaulatan dan martabat negara. Hal ini juga sejalan dengan generasi muda Indonesia pada umumnya. Misalnya sebagai anggota Komisi I, ia menegaskan bahwa negara tidak boleh berkompromi dengan siapa pun jika itu menyangkut persoalan kedaulatan negara, seperti konflik di Natuna. Ia meminta negara hadir melindungi rakyat Natuna dan menjaga kedaulatan laut Indonesia, apapun caranya. Jangan sampai kata dia, martabat bangsa hilang karena tidak punya sikap yang tegas.

 

Ia menyatakan, tindakan tegas pemerintah dan TNI sangat diperlukan agar tidak ada lagi sikap meremehkan atau merendahkan yang dilakukan negara lain terhadap Indonesia. Bukan hanya untuk persoalan di laut Natuna. Namun juga persoalan lain yang menyangkut kedaulatan dan martabat bangsa. Menurutnya, bela negara itu dimulai dari mental masyarakatnya, mental pemerintah, pejabat, dan aparatnya. Jika mental semangatnya bagus punya karakter untuk mengabdi, maka ia percaya Indonesia bisa menjadi negara yang besar dan dihormati bangsa lain.

 

Berkaitan dengan martabat bangsa, Prananda juga terus menyuarakan perlindungan kepada para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri. Termasuk perlindungan bagi mereka yang terkena kasus hukum. Seperti Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Rita Kristiadi (27) yang menghadapi hukuman gantung di Malaysia, ia menegaskan, bagaimana pun caranya, secara prinsip negara harus melindungi setiap warganya, baik di dalam maupun di luar, baik ia keliru maupun tidak.

 

Menurutnya, meski berat upaya membebaskannya, namun dia tetap meminta kepada Kementerian Luar Negeri dan Konjen RI untuk melakukan lobi, meminta pengampunan hukuman mati wajib dilakukan apapun nanti hasilnya. Usaha membebaskan TKI bukan semata tugas Kemenlu, tetapi beban semua pemimpin. Dia mencontohkan Australia, mulai dari Kemenlu, Perdana Menteri, hingga anggota parlemennya melakukan lobi mengupayakan pengampunan hukuman mati. Indonesia juga perlu melakukan hal yang sama. Ia pun bersyukur banyak WNI yang selamat dari hukuman mati di luar negeri. Inilah pentingnya diplomasi.

 

Perlu diketahui bahwa dalam berpolitik Prananda ini adalah orang yang sudah selesai dengan dirinya. Karena itu, jabatannya sebagai anggota DPR bukan untuk mencari kekayaan. Malahan, gajinya sebagai anggota DPR ia sumbangkan untuk di daerah pemilihan. Terutama untuk kegiatan sosial, membantu masyarakat yang miskin, untuk pendirian gedung sekolah, atau taman baca, dan juga bantuan kebencanaan. Bagi dia kebahagiaan itu bisa dirasakan ketika seseorang itu mampu berbagi dengan yang lain.