KETIKA KEMATIAN Membuat Penasaran

Oleh: Syulianita (Editor) - 07 January 2020

Di Indonesia ada tempat unik untuk memenuhi rasa penasaran Anda yang ingin tahu tentang segala hal kematian, namanya Museum Etnografi dan Pusat Kajian Kematian atau biasa disebut Museum Kematian yang letaknya di dalam kawasan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Jawa Timur. Di museum yang dikelola oleh Departemen Antropologi Unair ini ada berbagai bentuk replika makam yang ada di Indonesia, mulai dari makam Islam, Belanda, Tionghoa, Nasrani, Sulawesi Utara, Bali, dan Toraja. Termasuk tradisi pemakaman itu sendiri. Disetting dengan suasana horror seperti lampu temaram, aroma dupa terbakar dan suara jangkrik di malam hari membuat museum ini bisa membuat bulu kuduk berdiri bahkan ada kerangka asli yang dipinjamkan langsung dari pihak kepolisian.

 

Museum yang didirikan pada tahun 2006 ini berawal dari koleksi para mahasiswa yang melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ke berbagai daerah. Ternyata salah satu aspek yang paling banyak ditemukan adalah adanya perbedaan tradisi memakamkan jenazah. Berangkat dari itulah Departemen Antropologi merasa perlu merangkum berbagai tradisi tersebut dan memamerkannya dalam museum. Awalnya hanya satu ruangan men-display koleksi. Museum ini melakukan renovasi setelah memperoleh dana hibah dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sehingga dapat mendirikan museum yang ada sekarang ini.

 

Dengan museum ini, untuk mempelajari dua macam peminatan ilmu yang dipelajari, yaitu antropologi sosial budaya dan antropologi ragawi. Kalau tentang sosial budaya itu untuk mempelajari manusia secara kebudayaan dan sosialnya. Sementara, kalau yang ragawi adalah untuk mempelajari khusus tubuh manusia.  Akhirnya dipilihlah tema kematian karena kematian itu bisa dilihat dari budaya dan bisa dilihat dari segi tubuh manusia itu sendiri karena setelah mati manusia akan dikubur dan diproses dalam pembusukan.

 

Koleksi museum ini didominasi kerangka manusia sebagai ‘koleksi paling berharga’ di museum ini. Sisa-sisa terutama kerangka manusia tentu sangat dihormati karena mereka juga pernah hidup. Untuk perawatan, tulangbelulang itu disimpan di dalam kotak kayu agar tidak dimakan rayap. Sedangkan, sebagian tulang lain yang masih bisa digunakan untuk uji forensik diletakkan di dalam lemari kaca.

 

Selain replika, ada pula koleksi yang diambil langsung dari tempat asalnya semisal guci yang berisi abu hasil pembakaran jenazah hingga suvenir khas kematian seperti waruga. Dengan adanya museum ini, mahasiswa bisa memahami bagaimana tubuh manusia saat meninggal nanti. Sebab, kematian bukanlah sesuatu yang harus ditakuti.

 

Namun jika dipelajari, kematian bisa dihadapi dengan lebih santai. Jadi, museum ini juga mengingatkan mahasiswa khususnya dan pengunjung pada umumnya tentang kematian. Bagaimana tubuhnya nanti dan diharapkan bisa menghadapi kematian dengan lebih enjoy.