Bau Nyale Merayakan Pengorbanan Putri Mandalika

Oleh: Syulianita (Editor) - 31 October 2019

Indonesia yang memiliki ribuan pulau, terkenal dengan kekayaan budaya dan adat istiadat. Banyak tradisi yang menarik untuk disaksikan dari Sabang sampai Merauke. Di antaranya adalah Festival Bau Nyale di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Keunikannya menyita banyak perhatian para wisatawan, baik dari dalam maupun luar negeri.

 

 Orang-orang dari berbagai latar belakang, usia, baik lelaki maupun perempuan menuju pantai untuk berlomba-lomba mendapatkan nyale

 

Bau Nyale yang artinya menangkap nyale dalam Bahasa Sasak adalah tradisi kultural yang diperkirakan berasal dari abad ke-16. Nyale adalah sejenis cacing laut yang ditemukan di perairan tropis di tempat-tempat tertentu, seperti Lombok. Setahun sekali, nyale akan muncul di pantai-pantai untuk berkembang biak, dan selama beberapa hari, lautan akan dipenuhi cacing laut berwarna-warni.

 

Diadakan setiap tanggal 20 bulan kesepuluh kalender Sasak atau sekitar bulan Februari-Maret, Bau Nyale kini telah menjadi acara nasional yang dipusatkan di Pantai Seger. Tak hanya mencari nyale, ada pula parade budaya, festival musik modern, pacuan kuda, atraksi gendang beleq, dan tak ketinggalan pemilihan Putri Mandalika.

 

 

Biasanya masyarakat Lombok akan memenuhi pantai untuk berburu nyale yang dipercaya merupakan penjelmaan Putri Mandalika. Legenda yang diceritakan turun-temurun mengatakan bahwa sang putri begitu cantik jelita dan berbudi luhur. Banyak pangeran dari kerajaan di Lombok ingin mempersuntingnya. Namun, karena khawatir akan terjadinya peperangan, sang putri memilih mengorbankan dirinya dengan terjun ke laut. Orang-orang berusaha mencarinya, tetapi tanpa hasil. Ketika mereka telah berputus asa, muncullah cacing-cacing laut yang diduga merupakan reinkarnasi sang putri.

 

Mitos lain mengatakan bahwa nyale merupakan rambut sang putri yang tenggelam dibawa gelombang. Terlepas apakah folklor tersebut benar atau tidak, legenda itu terus dirayakan. Salah satunya sebagai pengingat bagi masyarakat akan pengorbanan demi kebaikan bersama. Pada malam sebelum dilaksanakannya Bau Nyale, masyarakat akan melakukan ritual memotong ayam dan memasak ketupat di rumah masing-masing.

 

Nyale adalah sejenis cacing laut yang ditemukan di perairan tropis di tempat-tempat tertentu, seperti Lombok

 

Orang-orang dari berbagai latar belakang, usia, baik lelaki maupun perempuan akan menuju pantai untuk berlomba-lomba mendapatkan nyale. Tidak ada yang tahu kapan nyale akan muncul, jadi antisipasi saat menantikan kehadirannya juga memberikan keasyikan tersendiri. Seorang dukun akan berjalan menuju laut untuk mengamati kemunculan pertama nyale. Setelah sang dukun memberikan tanda, masyarakat pun dengan semangat memulai perburuan.

 

Nyale sering diasosiasikan dengan kesuburan, sehingga tangkapan yang banyak diyakini menandakan panenan akan berlimpah. Nyale biasanya akan disebarkan di saluran irigasi dan sawah untuk menambah kesuburan lahan. Sebagian masyarakat ada yang langsung menyantap nyale di pinggir pantai. Dimasak dengan cara dipepes dengan santan dan rempah-rempah kian terasa nikmat saat dimakan bersama keluarga. Nyale memiliki kandungan protein yang tinggi dan dipercaya mampu meningkatkan stamina.

 

Festival Bau Nyale Lombok makin meriah dengan pertunjukan Peresean. Sebuah pertarungan adu nyali antar suku Sasak dengan menggunakan tongkat rotan yang bagian ujungnya dilapisi balutan aspal dan pecahan beling halus. Peresean merupakan simbol keberanian, ketangkasan, dan ketangguhan laki-laki Sasak.Tertarik untuk melihat tradisi lain di Lombok, temukan infonya melalui pesona.travel. (Nur A | Foto: Dok. OMG)