Bambang Hendroyono Sang Inspirator

Oleh: Iqbal Ramdani () - 01 February 2019

Saat disambangi Men’s Obsession di ruang kerjanya pukul 11.00 WIB, Minggu (20/1/19), penerima anugerah “Top 9 Penghargaan Pejabat Pimpinan Tinggi Madya Tingkat Nasional Tahun 2017” dari Kementerian PAN-RB ini mau berbagi cerita secara panjang lebar mengenai karir dan keinginannya untuk berbagi inspirasi demi kebaikan kepada semua orang. Selamat membaca.

 

Bukan rahasia lagi jika sosok Sekretaris Jenderal Kementerian LHK Bambang Hendroyono dikenal ramah. Di temui di ruang kerjanya, pria murah senyum itu menyambut Men’s Obsession dengan hangat. Sebelum memulai wawancara, ia berkata, “Saya berbagi cerita, niatnya bukan untuk apa-apa, saya tidak ingin diwawancara untuk, maaf ya ‘mempopulerkan’ saya. Namun, kalau memang saya dipilih untuk menjadi contoh birokrat dan saya bisa berbicara secara jujur demi perbaikan birokrat kedepan, saya akan dengan senang hati berbagi,” tuturnya serius dan kami mengamini. Berikut petikan wawancaranya:

 

Ketika Bapak meraih “Top 9 Penghargaan Pejabat Pimpinan Tinggi Madya Tingkat Nasional Tahun 2017” dari Menteri PAN-RB, Bapak pernah mengatakan akan mensosialisasikan semangat ‘Melayani Sepenuh Hati’ kepada para aparatur negara. Lalu langkah apa saja yang dilakukan dalam mensosialisasikannya?

Ya, saya tentu terus menggemakan keteladanan, bagaimana cara meningkatkan kinerja pemerintah, kita harus berada di depan dalam menjalankan perubahan yang lebih baik. Kalau saya ditanya, ingin apa Pak Sekjen? Saya akan menjawab, menjalankan amanat melayani sepenuh hati. Jadi, konsepnya kita sosialisasikan melayani sepenuh hati seperti apa. Zaman milenial itu serba cepat dan ilmu pengetahuan teknologi (Iptek) berkembang pesat, tetapi tidak boleh lepas dari etika aparatur sipil negara yang berbudaya dan bernilai. Harus!


Maksudnya, Pak ?

Ya, jangan sampai teknologi atau Iptek itu mengubah norma dan nilai. Kata norma dan nilai tidak boleh dilepaskan, tapi percepatannya harus diikuti/dilakukan.


Lalu upaya apa saja yang Bapak lakukan untuk menyukseskan program ‘Reformasi Birokrasi’?

Ternyata revolusi mental yang digerakan oleh pemerintah itu merupakan awal dari reformasi birokrasi, kan kita melakukan suatu perubahan, meninggalkan yang kurang baik, serta menciptakan melalui yang baik-baik, melalui apa? di Kementerian LHK ada 3 besar revolusi mental, yaitu integritas moral, etos kerja, dan gotong royong. Integritas moral adalah modal bagi aparatur sipil negara untuk bekerja dengan ikhlas, jujur dalam segala hal, dan tanggung jawab atas pelaksanan tugas. Integritas adalah komitmen satu kata, satu perbuatan. Satu kata itu akan keluar jika memang diawali sebuah integrasi keikhlasan dan tidak ada pamrih apapun dalam bekerja, kemudian berpikiran positif, seimbang antara otak kiri-kanan sehingga akan keluar tutur kata yang memiliki nilai. Ketika marah, jangan keluarkan kata-kata kasar, statement yang menjatuhkan, mengadu domba. Namun, kalau kita dihadapkan dengan permasalahan itu, jangan takut menghadapinya. Selama kita melaksanakan prinsip integritas tadi, kita akan kokoh walaupun dihadang oleh badai (tantangan).

 

Kalau batasan etos kerja di Kementerian LHK sendiri bagaimana?

Etos kerja itu dua nilai yang kami kemas di Kementerian LHK, yang pertama disiplin. Pelayan publik harus disiplin waktu. Kata kunci ke-2 adalah profesional. Itu menguasai bidang, substansi, dan regulasi, serta melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien dengan menggunakan kecerdasan spiritual dan emosional. Harus mendorong diri kita untuk belajar, membaca, memiliki pengalaman, cepat menguasai, hingga diskusi dengan staf secara profesional. Point terakhir gotong royong, ini yang sekarang mau didorong ke depan, bagaimana presiden kita mengarahkan untuk kerja bersama, artinya kerja terintegrasi antar instansi. Pembangunan nasional harus dilakukan secara terpadu. Antar kementerian/lembaga saling bersinergi dan berkesinambungan. Kalau sudah saling bekerja sama, penanganan masalah lebih cepat. Itu yang penting.

 

Menurut Bapak masih adakah PR pemerintah yang harus dituntaskan?

PR besar pemerintahan kita dengan kementrian dan lembaga, yakni program prioritas nasional. Di tahun 2019, Pemerintah memasang 5 prioritas nasional dan 24 program pemerintah dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2019. 5 prioritas nasional tersebut, meliputi 1) Pembangunan manusia melalui pengurangan kemiskinan dan peningkatan pelayanan dasar, 2) Pengurangan kesenjangan antarwilayah melalui penguatan konektivitas dan kemaritiman, 3) Peningkatan nilai tambah ekonomi dan penciptaan lapangan kerja melalui pertanian, industri, pariwisata, dan jasa produktif lainnya, 4) Pemantapan ketahanan energi, pangan, dan sumber daya air, serta 5) Stabilitas keamanan nasional dan kesuksesan pemilu. Presiden RI Joko Widodo menyampaikan arahan kepada jajarannya untuk pandai menentukan fokus dalam bekerja. Kebiasaan dan rutinitas yang selama ini dilakukan hendaknya untuk diubah dan menentukan prioritas yang jelas. Selain itu, juga memperkuat koordinasi antar pemerintah pusat, provinsi, hingga kabupaten kota. Sinergi ini harus terus terbangun kuat dan saling berintegrasi. “Berilah prioritas apa yang ingin dikerjakan dan jangan banyakbanyak.

 

Jangan semuanya menjadi prioritas,” ujar Presiden RI Joko Widodo. Sehingga, seperti yang sudah saya katakan, kita harus tentukan bagaimana tematik dan holistiknya agar kita bekerja terintegrasi dengan spasial yang jelas sesuai dengan arahan presiden. Misalnya, kawasan konservasi taman nasional yang sekarang menjadi issue ketika sektor pariwisata menjadi prioritas nasional. Kementerian Pariwisata akan turut bekerja. Lalu Kementerian PUPR juga akan turut bekerja untuk fasilitasi jalan. Kementerian LHK, otomatis sebagai penanggung jawab program konservasi. Begitu pun dengan pemerintah kabupaten, kota, provinsi, Kementrian Desa dan PDTT, Kementerian UMKM, hingga masyarakat. Jadi, agar sumber daya alam hutan konservasi itu kami kelola dengan baik, dan tidak mengganggu kelestarian tumbuhan dan satwa yang ada. Kami harus punya integritas, kalau tidak kekayaan alam kita akan habis!

 

Bagaimana Bapak membangun sistem birokrasi yang baik?

Pertama, fungsi birokrasi itu menguasai administrasi. Ketika memimpin sebuah unit kerja, harus membangun komunikasi yang bagus, baik dengan pimpinan tingkat yang paling bawah, lalu ke menteri. Kedua birokrasi itu harus bisa memberikan masukan kepada pimpinan dari fungsi administrasi tadi. Jadi advice to minister. Namun, ketika kita memberikan saran kebijakan, jangan asal-asalan, melainkan sudah ada kerangka konseptual dengan tahapan administrasi. Lalu, bagaimana membuat sebuah peraturan perundangan-undangan melalui konsultasi publik dan menyampaikan sebuah draft kebijakan untuk menjadi Undang - Undang, Peraturan Pemerintah, itu artinya kita telah memberikan advice to minister. Setelah memberikan advice to minister, yang ketiga adalah melakukan artikulasi kebijakan, yaitu bagaimana ketika bicara di Komisi DPR, di lingkungan pemerintahan, dengan LSM, swasta, kita jadi simpul negosiasi. Kita berada di sisi pemerintah karena kita adalah pembantu presiden. Good governance, kita yang mengatur, mengendalikan, merancang, melakukan kebijakan dengan mempertimbangkan masukan stakeholder. 

 

Artikulasi, kepentingan, kita sebagai eksekutif sudah jelas perannya demikian juga dengan legislatif dan yudikatif. Sebagai pengambil kebijakan, kita tidak akan meninggalkan akademisi/para pakar, inilah stakeholder best. Mereka yang akan berpikir untuk melakukan penelitian tentang kebijakan yang akan kita buat. Stakeholder yang lain adalah civil society, yakni masyarakat yang diwakili oleh LSM. Juga TNI dan POLRI, mereka juga punya peranan dalam prespektif keamananya. Mereka yang akan memfasilitasi kami kalau berhadapan dengan masyarakat/swasta agar tidak terjadi kekerasan. Supaya tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, ASN harus menguasai artikulasinya dalam menyelesaikan permasalahan. Harus bisa menjadi jembatan emas untuk mereka ketika berkomunikasi, keputusan terbaiknya seperti apa, harus win win solution, itu yang harus dipegang.

 

Obsesi Bapak ke depan?

Sebagai seorang ASN yang sudah meniatkan diri untuk mengabdi pada Negara dari tahun 1987 hingga sekarang sudah masuk 32 tahun, tentunya jelas, obsesi saya harus lebih baik dari yang sebelumnya. Saya juga berharap yang meneruskan kami bisa menjadi ASN berkelas dunia. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 itu kan jelas menegaskan untuk menjamin kualitas PNS, pengadaan PNS dilakukan secara nasional dengan prinsip akuntabilitas dan transparan melalui sistem online. Semoga yang melanjutkan tongkat estafet kami-kami ini siap membaktikan jiwa dan raganya kepada pemerintah. Membangun nilai-nilai Pancasila dan harus melaksanakan tujuan pembangunan nasional sebagaimana alinea ke-4 pembukaan UUD 1945. ASN ini memiliki tiga fungsi, yaitu melaksanakan kebijakan publik yang ditetapkan oleh pemerintah sesuai peraturan perundangan, melaksanakan pelayanan publik kepada masyarakat dengan penuh tanggung jawab, serta menjadi perekat dan pemersatu bangsa. Itu bekal bagi ASN untuk menuju kelas dunia. ASN juga tidak boleh melupakan nilai dasar, kode etik, dan kode perilaku. Kalau nilai dasar itu kaitannya dengan revolusi mental, yakni integritas moral, etos kerja, dan gotong royong.

 

Adakah Hobi yang Bapak lakukan untuk melepas penat?

Hobi saya yang pertama adalah silaturahmi. Dengan silaturahmi kita bisa saling mengoreksi, menasehati, dan menjaga hubungan tetap baik. Karena hobi saya ini, sejak staff saya aktif mengikuti organisasi. Saat ini, saya menjadi Ketua Bidang Kehutanan Persatuan Insinyur Indonesia, Ketua Umum KORPRI Kementerian LHK, Ketua Umum Ikatan Alumni Diklatpim Tingkat Nasional Administrasi Negara, dan Ketua Umum DKM Pengurus Masjid Nurul A’Jam Kementerian LHK, serta Ketua Umum Pramuka Satuan Karya Wanabakti dan Saka Kalpataru Tingkat Nasional. Saya juga pernah menjadi Ketua Umum Himpunan Alumni Institut Pertanian Bogor (HA-IPB) 2013 -2017, dan lainnya. Kedua, saya gemar olahraga tenis meja karena saya suka adanya tantangan bola kecil yang cepat datang lalu bagaimana kita harus sigap membalikan bola. Jadi, strategi kita harus lebih cepat lagi. Tenis meja itu serangannya sangat kencang dan langsung berhadapan dengan lawan. Saat kita marah, lawan bisa lihat kita. Ini adalah permainan melatih emosi, ketelitian, ketekunan, dan penuh daya juang.

 

3 kalimat yang menggambarkan Bapak?

Pertama, kalau kata teman-teman saya selalu senyum. Jadi, enggak ketahuan sedang marah atau enggak. Kedua, saya selalu berjuang untuk beramal shaleh karena amal shaleh yang akan kita bawa saat kembali kepangkuan-Nya. Ketiga, hidup ini sebagai jembatan menuju hidup yang akhir. Ada kehidupan lagi di akhirat nanti maka kita harus mempersiapkan bekal untuk mempertangungjawabkannya di hadapan Allah SWT.

 

Tips sukses Bapak dalam berkarier?

Dalam bekerja, kita harus mengetahui banyak hal dengan cara banyak belajar. Kemudian, harus dapat merasakan dan menganalisis permasalahan dan mencari solusinya. Terakhir adalah mulai bergerak untuk bekerja melakukan perubahan yang lebih baik.

 

 

Darah Pejuang Mengalir dalam Diri

Integritas yang bersemayam dalam diri Bambang ternyata tidak datang begitu saja. Ada darah pejuang yang dialiri ayahnya kepada Bambang. Sang ayah, Soemitro Wiradirdjo adalah salah satu pemuda yang ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan RI dengan mengusir Belanda dari Surabaya. “Waktu itu ayah saya sebagai pegawai negeri juga. Ayah saya selalu berpesan, integritas adalah harga mati, kamu jangan meminta, harus tangan di atas, yaitu memberi. Ayah saya juga berpesan, kamu jangan takut dibilang kere. Kere enggak apaapa, tapi kamu punya ilmu. Bapakmu ini bercita-cita, kamu sekolah tinggi. Itu saya dapatkan amanat sewaktu sekolah kelas 2 SMA di Jakarta,” kenangnya sebelum ayah tercinta wafat di tahun yang sama . Karena itu juga ia terharu ketika dipromosikan Kementerian Kehutanan menjadi Dirjen. “Saya teringat pesan ayah kerena itu ketika dipromosikan menjadi Dirjen dalam usia saya yang ke-48 tahun,” tambahnya. Padahal, lanjutnya, sang ayah ingin ia menjadi dokter seperti kakak - kakaknya dengan alasan kalau menjadi dokter bisa beramal shaleh karena menolong orang sehingga bisa masuk surga. “Namun, saya bilang ke ayah, saya tidak mau menjadi dokter, saya mau jadi insinyur, mohon doa restu. Ayah lalu bilang, ya sudah, yang penting kamu selalu beramal shaleh kepada semua orang. Itu pesan moral dari ayah yang selalu saya ingat sampai sekarang,” kenangnya lagi. Selain integritas dan kegigihan, ‘warisan’ lain yang diberikan ayahnya kepada Bambang adalah kesederhanaan dalam kehidupan sehari-hari.