Batara Sianturi, Memberikan Dedikasi & Legacy Terbaik

Oleh: Iqbal Ramdani () - 21 September 2018

Membuat janji wawancara dan pemotretan khusus dengan bos tertinggi di Citi Indonesia ini bukanlah hal yang mudah. Namun, Men’s Obsession akhirnya bisa menghampiri Batara di tengah kepadatan waktunya di pagi dan siang hari yang penuh agenda meeting panjang bersama para stafnya. Dengan tampilan profesional kami diterima di lantai 9 Citibank Tower Pacific Century Place, kantornya yang baru di area SCBD Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta. Dia segera ‘beraksi’ untuk mendapatkan hasil foto terbaik dan dilanjutkan dengan wawancara untuk menggali kisah suksesnya yang berani ‘terbang jauh’ menjadi CEO Citibank di berbagai negara. Hingga akhirnya kembali ke Tanah Air, meneruskan dedikasinya sebagai bankir yang tangguh, memberikan legacy terbaik, sekaligus mencetak kader-kader yang mumpuni agar roda bisnis perusahaan tetap bisa berputar dengan baik.

 

Poin-poin penting dan keberhasilan apakah yang berhasil disumbangkan Citi Indonesia, setelah 50 tahun eksis menancapkan bisnisnya di sini?

Saya rasa kalau kita melihat 50 tahun ke belakang, Citibank telah hadir di indonesia sejak tahun 1968, kami bisa menyimpulkan dua hal penting yang menjadi kontribusi kami. Pertama adalah mengenai talent, sebagai institusi perbankan Citi Indonesia berhasil mencetak bankir-bankir handal selama 50 tahun berada di sini yang sekarang sudah banyak kerja dalam dunia profesional baik di perbankan, berbagai perusahaan swasta maupun pemerintah. Kedua mengenai innovation. Ini adalah DNA dari Citibank dan selama 50 tahun telah memberikan banyak inovasi baik di ranah Institutional Banking maupun Consumer Banking. Dalam bentuk transactional banking ataupun digital banking, ATM, kartu kredit, beragam inovasi terobosan baru akan terus hadir secara berkelanjutan tidak hanya berhenti sampai sekarang, tetapi juga hingga 50 tahun yang akan datang.

 

Dari sisi leadership dan management, strategi seperti apakah yang kemudian Bapak terapkan selama memimpin perusahaan ini sejak pertengahan tahun 2015 lalu hingga sekarang?

Waktu berjalan demikian cepatnya, tahun ini saya telah 30 tahun mengabdi di Citibank dan perusahaan kami yang beroperasi di lebih dari 160 negara dan yurisdiksi, sebetulnya memberikan banyak sekali kesempatan kepada para karyawan untuk meningkatkan karier ke jenjang lebih tinggi. Selama 18 tahun saya telah berkarya di Tanah Air dan 12 tahun dihabiskan di Citibank luar negeri, yakni Australia, Hungaria, dan Filipina. Pengalaman berharga tersebut telah memberikan saya pemahaman dan wawasan yang lebih luas lagi, mengenai dunia perbankan secara global. Saya sebagai CEO Citi Indonesia berkeinginan men-transfer dan memberikan kontribusi terhadap dunia perbankan Tanah Air, termasuk generasi muda baik dalam bentuk pengetahuan global banking, solusi, dan inovasi.

 

Bagaimana bapak bisa sampai dipercaya menjadi CEO Citibank di berbagai negara di luar negeri?

Selagi muda kita harus memiliki passion dan mimpi besar, sebab secara fisik masih enerjik atau kuat. Selain itu juga membuat kehidupan kita jadi tidak membosankan. Misalnya, saya sudah bekerja 30 tahun di Citibank, mengapa tidak merasa bosan? Karena, saya berpindah-pindah posisi kerja dari satu negara ke negara lain, dari Indonesia ke Australia, kembali ke Indonesia lalu diminta ke Hungaria, kemudian Filipina. Ini merupakan tantangan menarik dan baru untuk saya. Citibank yang sudah mendunia bisa kita manfaatkan untuk mendapatkan peluang bekerja di berbagai negara, sehingga bisa memberikan yang terbaik bagi negara kita sendiri maupun keluarga tercinta.

 

Bagaimana cara Bapak dalam beradaptasi di masing-masing negara tersebut dan mendapat kepercayaan dari para staf negara setempat?

Dengan percaya diri saya membawa anak dan istri ‘berpetualang’ ke berbagai negara. Salah satu kriteria yang penting untuk menjadi seorang global banker yang profesional kita harus bisa menyesuaikan diri maupun beradaptasi terhadap kultur lokal dengan baik. Kalau kita melihat ekspatriat-ekspatriat yang sukses, biasanya mereka juga akan bersikap demikian, sehingga kami bisa diterima dengan baik dan cepat oleh para karyawan setempat.

 

Seperti apakah pandangan Bapak terhadap dunia perekonomian dan pasar perbankan Indonesia hingga akhir tahun 2018 ini?

Indonesia adalah pasar yang sangat menantang dengan peluang besar, karena memiliki 250 juta penduduk tersebar di 17.000 kepulauan. Tahun ini ekonomi Indonesia telah berskala satu triliun dollar Amerika dan masuk dalam kategori investment grade country, baik itu lewat analisa lembaga pemeringkat dunia Fitch, S&P maupun Moody’s. Ini memberikan satu peluang bagi menjadi economic power house baik di ASEAN maupun Asia, sehingga Indonesia menjadi tujuan investasi yang menarik. Pada saat yang bersamaan kita juga berharap perusahaan lokal bisa berekspansi keluar menjadi New Indonesian Champion atau perusahaan membanggakan di luar negeri, seperti Huawei atau Samsung. Indonesia merupakan pasar yang sangat besar bagi Citibank untuk kawasan ASEAN dan Asia. Kami memiliki lini Consumer Banking dan Institutional Banking, dan juga memberikan banyak inovasi baru, konten dan solusi, apalagi dalam era digital sekarang ini. Diharapkan ke depannya kami akan memberikan lebih banyak lagi nilai tambah untuk dunia perbankan di Indonesia.

 

Produk atau program apakah yang menjadi urat nadi bagi Citi Indonesia dan menjadi sumber pemasukan terbesar?

Saya rasa konsep Citibank sudah berpindah dari product-centric menjadi client-centric, sehingga yang penting adalah menjadi be the best for our clients. Di era sekarang ini yang namanya nasabah baik itu klien maupun regulator definisinya bergeser menjadi lebih besar, karena bukan lagi sebagai shareholder, tapi stakeholder. Kita harus terus memberikan yang terbaik dan nilai tambah dari sisi konten maupun solusi terhadap seluruh nasabah kami di sini, baik di Institutional Banking maupun Consumer Banking.

 

Dengan adanya kemajuan dan kecanggihan teknologi digital sekarang ini, terobosan seperti apakah yang akan diterapkan Citibank ke depannya?

Kita melihat ada evolusi dalam teknologi m-banking. Kalau dulu disebut sebagai era kompetisi, masing-masing bank berlomba dan saling bersaing, membuat ATM maupun membuka cabang sendiri. Kemudian, berkembang masuk ke era coopetion, yaitu compete and cooperate. Mulai masuk ke open system, seperti adanya ATM Network, masing-masing sharing. Lalu, beralih ke era yang disebut collaboration. Bukan hanya kerjasama antar bank, tapi juga dengan fintech maupun bank dengan e-commerce. Bagaimana masing-masing bisa memberikan kontribusi sesuai dengan core kompetensinya masing-masing. Sehingga, kolaborasi ini apakah bank dengan players seperti Gojek atau Traveloka, semua saling bersinergi secara optimal dan ujung-ujungnya memberikan yang terbaik untuk nasabah kami.

 

Jadi maraknya perkembangan alat transaksi digital e-money atau mobile wallet, seperti Go-Pay, T-Cash, atau Ovo tidak menjadi ancaman dunia perbankan?

Saya rasa itu akan lebih menjadi complimentary. Kalau kita melihat di Indonesia tentang penetrasi perbankan terhadap seluruh penduduk di Indonesia, kami tidak mungkin bisa bekerja sendiri. Sehingga, kita memerlukan partisipasi dari segala sektor, klien-klien e-commerce maupun fintech. Jadi, masing-masing saya rasa mempunyai perannya sendiri-sendiri dan saling berkontribusi, karena nobody can do it alone.

 

Bagaimana cara Citibank mengantisipasi kejahatan dunia maya, agar para nasabah terproteksi nyaman dan aman dalam bertransaksi online?

Cyber security merupakan sesuatu yang akan terus menjadi fokus Citibank, karena ujung-ujungnya nasabah menginginkan jaminan kenyamanan dan keamanan, sekaligus dimudahkan dalam segala hal transaksi digital. Itulah sebabnya, bidang ini menjadi investasi besar Citibank secara global dan berkesinambungan. Mengingat, teknologi yang berkembang semakin canggih, demikian pula kejahatan dunia maya tak mau ketinggalan lihai mengimbanginya. Jadi, kami selalu ter-update dengan teknologi digital terbaru, agar para nasabah kami tetap dapat terproteksi.

 

Perusahaan Bapak menaruh perhatian besar kepada kaum generasi muda, termasuk arah kebijakan program CSR peduli akan pengembangan dan pemberdayaan para millenials. Mengapa ini perlu dilakukan dan legacy apakah yang diwariskan Citi Indonesia kepada mereka?

Program CSR Citibank memang sangat fokus kepada generasi muda yang diarahkan pada edukasi dan literasi finansial, youth economic opportunities, dan microentrepreneurship. Khusus, untuk kemajuan perekonomian pemuda-pemudi, ini menjadi sangat penting karena mereka adalah generasi sangat produktif yang jumlahnya cukup besar. Jika, mereka tidak mempunyai pekerjaan yang baik, kontribusinya terhadap perekonomian bangsa pun tidak signifikan dan akan menjadi permasalahan sosial negara kita. Itulah sebabnya, youth economic opportunities menjadi bagian dalam program Citi PEKA (Peduli dan Berkarya). Berkolaborasi dengan para mitra pelaksana kita, yaitu NGO membantu youth economic recovery dan youth economic opportunities untuk Indonesia, termasuk dalam hal entrepreneurship, pelatihan, dan kesempatan mempersiapkan diri sebelum bekerja. Jadi, kalau di Citi PEKA yang diluncurkan sejak 1998, kami sudah berkontribusi lebih dari US$10 juta dollar dan 90% staf kami sudah menjadi volunteer. Itu merupakan satu hal yang ingin kami terus lakukan, yaitu meningkatkan bagaimana hubungan kami menjadi semakin erat dan nyata dalam komunitas ini.

 

Faktor tersulit yang pernah dialami dan berhasil mengatasinya, setelah 30 tahun fokus di dunia perbankan menjadi bankir yang profesional dan tangguh?

Dalam pekerjaan masalah memang akan selalu ada dan ini menjadi tantangan untuk diatasi sebaik mungkin. Ketika menemui kesulitan yang penting adalah paradigmanya, yaitu apakah kita melihat crisis in opportunity atau opportunity in crisis? Jadi, kalau mau berpikir positif, kita lebih akan menganggapnya sebagai sebuah tantangan, agar diri kita menjadi semakin baik dan tangguh ke depannya. Ada satu buku yang berjudul ‘A Complaint is a Gift, tujuannya tak lain adalah untuk peningkatan kualitas diri, bagaimana mengubah yang negatif kemudian menjadi positif.

 

Lalu, bagaimana agar kita juga bisa meraih kesuksesan di masa tua nanti?

Nikmatilah setiap dekade perjalanan usia kita, baik di umur 20-an, 30-an, 40-an, dan seterusnya. Just enjoy the journey, agar kita bisa menjalaninya dengan sebaik mungkin. Karena masing-masing masa memiliki keunikan tersendiri. Setiap dekade itu, pasti selalu ada impian yang ingin kita wujudkan. Begitu pun saat memasuki usia tua. Tapi, yang pasti kita harus menjaga pola makan maupun kesehatan, agar tidak panen penyakit dan to live life to the fullest.