Adang Wijaya Merawat Bisnis 'Kentut' Dengan Silaturahim Dan Berjamaah

Oleh: Iqbal Ramdani () - 21 August 2018

Naskah: Imam Fathurrohman Foto: Edwin B.

Warna merah dan hijau khas outlet Green Nitrogen dapat disaksikan di hampir setiap Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Pertamina. Jika dihitung, outlet yang menjual angin ini berjumlah lebih dari 700 buah di seluruh Indonesia. Angka yang luar biasa untuk sebuah bisnis yang dirintis hanya dalam waktu 8 tahun. Angka ini sebenarnya membengkak hingga 1.000 outlet jika tak ada kendala nonteknis. Hampir 300 outlet Green Nitrogen beralih kepemilikan dari Adang Wijaya sebagai pemilik awal ke personal lain yang tergiur setelah melihat keuntungan besar yang mampu dikeruknya. “Tapi itu tidak masalah. Selama usaha ini dianggap berkah bagi orang lain, saya sih silakan saja. Saya ikhlas,” ujar Adang Wijaya kepada Men’s Obsession yang menyambangi kantornya.

 

Seperti diutarakan Adang, kata ‘berkah’ menjadi salah satu kunci suksesnya dalam berbisnis. Saat Green Nitrogen melakoni start-up, lelaki kelahiran Pemalang 48 tahun silam ini ingin berbagi keberkahan untuk keluarga dan teman-temannya, baik teman SMA, kuliah, hingga teman pengajian di lingkungan rumahnya. Peraih gelar S-2 di PPM Graduate School of Management, Jakarta, ini melihat keberkahan hanya akan diraihnya jika bisnis dikelola dalam konsep silaturahim dan berjamaah. Konsepnya, silaturahim dijalankan dengan melibatkan keluarga dan teman-temannya dalam pengelolaan secara berjamaah. Ia ingin bisnis ini lebih dahulu bermanfaat bagi orang-orang dekat di sekelilingnya. Adang menganalogikannya dengan shalat berjamaah. Dalam sebuah payung bisnis, menurutnya, harus ada seorang pemimpin (imam), karyawan dan rekan bisnis (ma’mum). Semua unsur ini harus bersinergi dengan merapatkan barisan (shaf) untuk mencapai visi dan misi serta mendapatkan benefit yang siginifikan.

 

Saat ini Green Nitrogen menjadi anchor brand di bawah bendera PT. Global Insight Utama yang dipimpinnya. Green Nitrogen yang menjual angin bagi motor dan mobil berada di sebuah sudut setiap SPBU. Kenapa SPBU? Adang beralasan, SPBU memiliki nilai strategis karena aksesnya bisa dijangkau semua kalangan. Tak mesti untuk mengisi bahan bakar, orang memanfaatkan SPBU yang bebas bea parkir itu untuk keperluan lain, seperti singgah untuk shalat, beli tabung gas, ambil uang di ATM, atau ke kamar kecil. Saat ini, ratusan outlet Green Nitrogen tersebar di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Pekanbaru, Medan, Aceh, Lombok, Denpasar, hingga Makassar. Memanfaatkan tempat dengan akses mudah tersebut, setiap outlet Green Nitrogen mampu meraup omzet puluhan juta rupiah perbulannya. 

 

Success story Adang tak langsung tertutur indah. Ada onak dan duri di awal perkembangannya. Upaya Ketua Yayasan Masjid Darussalam Kota Wisata Cibubur Bogor ini membuka Green Nitrogen sempat mendapat halangan berat karena dilarang Pertamina. Apalagi Pertamina sebelumnya sudah membuka layanan isi air dan angin gratis di berbagai SPBU miliknya. “Saya beruntung karena ada sebagian SPBU Pertamina yang dikelola swasta mempersilakan saya membuka outlet di SPBU miliknya. Dari sinilah kisah Green Nitrogen dimulai,” ungkap ayah dua anak ini. Kisah itu terjadi pada akhir 2010. Selanjutnya, keberuntungan menaungi Adang. Tak lama, Elnusa mempersilakannya membuat outlet di jaringan SPBU yang mereka kelola. Sejak saat itu, perlahan brand image Green Nitrogen diterima konsumen dan terus merangkak naik. Permintaan angin nitrogen pun meledak.

 

Berbekal portfolio yang baik, Adang kembali menawarkan kerja sama layanan isi angin Nitrogen kepada Pertamina. Usai dilakukan survei, BUMN minyak dan gas ini pun menerima proposal Adang. Bahkan, Pertamina kemudian mewajibkan semua SPBU-nya untuk menyediakan outlet pengisian angin berbendera Green Nitrogen. Peluang tersebut disambut baik Adang. Green Nitrogen dipacu lebih baik dari segala lini. Ia ubah logo menjadi lebih modern, kemudian menentukan standardisasi outlet beserta layanannya, maupun SDM (operatornya).

 

Kreatif, Modern, dan Inovatif

Adang memiliki segudang pengalaman. Pernah menjadi karyawan, namun lebih sering membuka usaha sendiri berbekal ide yang terus dipacunya. Sarjana Matematika Universitas Brawijaya ini mengaku pernah membuka kursus komputer dengan memanfaatkan laboratorium kampus. Benefit yang didapatnya sebagian disumbangkan untuk membeli air conditioner yang dipasang di laboratorium tersebut. Jiwa petarung wiraswastanya muncul kembali saat memilih keluar dari WIKA untuk membuka warung internet (warnet) dengan nama Citinet yang berlokasi di jaringan toko Gunung Agung pada tahun 1999-2002. Sebagai kompensasi tak bayar sewa tempat, bisnis warnet dijalankan dengan konsep bagi hasil dengan pihak Gunung Agung.

 

Seiring waktu, kiprah bisnisnya terus berkembang dengan menjadi pemilik dan Presiden Direktur PT Penta Visindo Enjinering (PENTAVE) di tahun 20002004. Ini adalah perusahaan teknologi informasi untuk perbankan dengan merek SWITCH-X yang menjadi satu-satunya merek asal Indonesia untuk layanan transaksi perbankan seperti ATM, internet banking, mobile banking, phone banking, dan lain sebagainya. Setelah ajeg dengan bisnis Green Nitrogen, Adang tak tinggal diam. PT. Global Insight Utama sebagai perahu besar harus mengeluarkan diversifikasi bisnis. Hasilnya, sebuah produk inovatif muncul di tengah masyarakat, Green Steam Wash. Inovatif? Ya, Green Steam Wash menghadirkan teknologi cuci mobil mutakhir yang menggunakan uap air, yakni “Steam Wash Uap Air”. Pemilik mobil tak perlu lagi risau soal bakteri menempel yang membuat aroma tak sedap di dalam mobil. Steam Wash Uap Air juga dapat membersihkan sela-sela mesin mobil dengan aman tanpa merusak komponen sama sekali. 

 

“Teknologi ini sangat ramah lingkungan karena tidak menggunakan listrik, melainkan gas. Karena itu hemat energi. Selain itu, dengan alat ini kita hanya memerlukan 2 liter air untuk mencuci satu unit mobil dan tanpa detergen,” tandas Adang. Teranyar, Adang yang memiliki obsesi ingin menebar 1.500 outlet Green Nitrogen di tahun 2020 ini memiliki lini bisnis baru bernama Mecca Java. Merek sebuah kemasan kopi bercita rasa tinggi ini telah dipasarkan sejak setahun lalu. Melalui bisnis barunya ini, Adang siap mengepakkan sayap bisnisnya lebih tinggi ke seluruh penjara tanah air, bahkan mancanegara.