Oleh: -

Naskah                        : Suci Yulianita


 

Ketika negara lain di Asia Pasifik mengalami penurunan jumlah terinfeksi HIV/AIDS, Indonesia justru mengalami peningkatan jumlah terinfeksi HIV/AIDS setiap tahunnya. Berdasarkan data triwulan IV 2016 Kementerian Kesehatan RI, terjadi peningkatan pada kasus HIV dan AIDS di Indonesia. Data per Desember 2016 tercatat ada 41.250 kasus HIV dan 7.491 kasus AIDS yang meningkat dibandingkan 5 tahun sebelumnya, pada 2011 hanya tercatat 21.031 jumlah kasus HIV, dan 8.279 kasus AIDS.

 

Sungguh mengerikan jika melihat data tersebut. Apalagi berdasarkan data profesi/pekerjaan yang dilaporkan dari tahun 1987 hingga Maret 2016, tak disangka ternyata Ibu Rumah Tangga berada pada posisi atas sebagai penderita HIV dengan angka 10.691 kasus. Menyusul profesi lainnya, karyawan sebanyak 9.656 kasus, wiraswasta sebanyak 9.512 kasus, dan lainnya sebanyak 8.000 kasus.

 

Padahal selama ini posisi Ibu Rumah Tangga dianggap memiliki risiko kecil bahkan sama sekali tidak berisiko dibanding wanita penjaja seks. Ibu Rumah Tangga bisa tertular HIV melalui pasangannya yang suka bergonta-ganti pasangan seksual berisiko tanpa menggunakan kondom. Sebaliknya, wanita penjaja seks justru memiliki risiko kecil karena mereka yang sudah tahu akan risiko tersebut melindungi dirinya dengan kondom saat berhubungan seksual.

 

Ya, berdasarkan data Kementerian kesehatan dilaporkan bahwa persentase faktor risiko HIV tertinggi di Indonesia adalah karena hubungan seksual yang berisiko dan tidak terproteksi. Data yang dihimpun dari Ditjen P2PL Kementerian Kesehatan RI, menyebutkan bahwa gelombang ketiga epidemi HIV di Indonesia dari tahun 2007 hingga saat ini terjadi dengan penyebab utama penularan melalui heteroseksual, yaitu lelaki pembeli seks kepada istri atau pasangannya, dan juga dari ibu yang HIV kepada bayinya.

 

Rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya perilaku hidup sehat, serta minimnya akses untuk mendapatkan pengetahuan mengenai bahaya penyebaran sekaligus pencegahan virus HIV juga menjadi pemicu fenomena tersebut. Sungguh menyedihkan jika Ibu Rumah Tangga yang harus menjadi korban, apalagi jika sampai menularkan kepada sang jabang bayi dalam kandungan. Seorang pria seharusnya bisa menjadi pria yang lebih bertanggungjawab untuk bisa menjaga pasangannya dengan sangat hati-hati.

 

Jika melihat kondisi demikian, sudah saatnya HIV AIDS di Indonesia perlu menjadi perhatian lebih. Untuk membantu mengurangi infeksi HIV terutama mencegah menularnya HIV pada pasangan, tak ada salahnya mulai berhati-hati dan mencegahnya dari sekarang. Semua bisa dimulai dari individu masing-masing, terutama pada pria agar lebih berhati-hati dalam rangka menekan angka penularan guna melindungi diri dan pasangan.

 

Pengendalian HIV dan penyakit IMS (Infeksi Menular Seksual) lainnya di Indonesia tak sekadar untuk menekan angka penularan HIV saja, namun ada yang lebih penting, yakni untuk tercapainya target 3 zero pada 2030 mendatang, yakni Zero new infection, Zero AIDS related death, dan Zero discrimination. Apalagi mengingat perkiraan pada 2020 nanti, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi dengan usia penduduk produktif yang mencapai sekitar 70%. Untuk itu, diperlukan berbagai upaya pencegahan HIV dan IMS di Indonesia.

 

Dalam videonya di channel boykepedia, vidio.com, Dokter Boyke Dian Nugraha, SpOG MARS. menyarankan untuk tidak melakukan seks bebas dan setia pada pasangan dalam rangka menghindari dan mencegah terinfeksi IMS salah satunya virus HIV. “Jadi kita tahu bahwa di balik kenikmatan seks tersimpan berbagai macam penyakit kelamin. Oleh karena itulah kalau anda melakukan hubungan seks bukan dengan pasangan resmi anda, jangan! Jangan sekali-kali! Tetapi kalau sampai terpepet pun, gunakanlah pengaman, gunakanlah kondom, karena Anda tidak tahu seberapa bahaya penyakit kelamin yang akan ditularkan kepada Anda,” terang dr. Boyke dengan serius.

 

 

Ya, pencegahan HIV dan IMS bisa dilakukan dengan pendekatan TTM (Tahan Diri, Tetap Setia, Main Aman), yakni Tahan Diri dengan tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah, Tetap Setia dengan pasangan Anda, dan apabila tidak bisa menahan diri dan tidak bisa setia pada pasangan, jika kepepet, cobalah Main Aman dengan selalu menggunakan kondom pada saat melakukan hubungan seksual berisiko.

 

Slogan TTM tersebut merupakan bagian dari kampanye kondom Sutra yang mengusung tema ‘Ubah Hidup Lo’ (#UbahHidupLo) sebagai kampanye sosial tahun 2017 ini. Kampanye tersebut dalam rangka meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai bahaya virus HIV dan Infeksi Menular Seksual (IMS).

 

“Kalau biasanya kita mengenal istilah ABC (Abstinence, Be Faithful, Use a Condom), kali ini Kami mengemas langkah pencegahan tersebut dengan pendekatan yang berbeda agar lebih mudah dimengerti dan dengan menggunakan slogan yang sudah dikenal di masyarakat yaitu TTM: Tahan Diri dengan tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah; selanjutnya Tetap Setia dengan pasangan Anda; dan yang terakhir, Main Aman atau selalu menggunakan kondom pada saat melakukan hubungan seksual berisiko” Ungkap Daniel Tirta, Brand Manager Kondom Sutra.