Bank BTN, Tetap Terdepan dalam Bisnis dan Inovasi

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 06 June 2016

Ambisi besar yang tengah dikejar Bank BTN saat ini adalah menargetkan perolehan aset perseroan menjadi Rp700 triliun pada tahun 2019. Jumlah tersebut meningkat lebih dari tiga kali lipat dibandingkan aset BTN pada kuartal I/2016 yang menembus angka Rp178 triliun.


 “Kenaikan aset BTN yang lebih dari tiga kali lipat ini seiring dengan rencana pembentukan holding Bank BUMN. Kalau Holding Bank BUMN bisa terwujud, maka kami yakin bisa mencapai aset Rp700 triliun,” ujar Direktur Utama BTN Maryono, kemarin.


Maryono menjelaskan, dengan adanya holding Bank BUMN, maka dipastikan permodalan perbankan akan lebih besar, leverage juga akan meningkat serta bank-bank milik pemerintah akan lebih efisiensi. Dia mencontohkan, saat ini BTN hanya memiliki 1.800 unit ATM, maka jika holding bank BUMN direalisasikan, maka nasabah BTN juga melakukan transaksi di ATM milik bank BUMN lainnya yang kini mencapai 56.000 unit. “Kalau kita kekurangan modal, tinggal bilang sama holding untuk dicarikan. Jadi kita tidak perlu khawatir lagi mengenai pembiayaan untuk ekspansi kredit, bisa saling bersinergi,” katanya.


Menurut Maryono, ide penggabungan tersebut dianggap menjadi sesuatu yang positif, karena dari sisi aset empat Bank BUMN seperti PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), masih kalah dari perbankan asing dari Malaysia atau Singapura. “Dengan bisnis yang lebih terarah, diharapkan masing-masing bank BUMN bisa mencatatkan pertumbuhan yang lebih baik,” tuturnya.


Lebih lanjut Maryono mengungkapkan, untuk mencapai target aset Rp700 triliun, maka BTN harus mempersiapkan diri secara baik salah satunya melalui pelayanan prima. Program satu juta rumah yang menjadi amanah pemerintah juga menjadi andalan BTN untuk mendongkrak peningkatan aset. “Jadi untuk membiayai program satu juta rumah itu kami tidak akan melakukan dengan cara konvensional tetapi dengan cara digital,” tegasnya.


Maryono menuturkan, diera digital ini, maka nasabah BTN juga harus dilayani secara digital. Untuk itu perseroan saat ini sedang mengembangkan KPR Digital yang akan memudahkan nasabah memiliki rumah.  “Kalau secara manual tentu prosesnya akan lama, tetapi dengan digital prosesnya akan lebih cepat,” paparnya.


Menurut Maryono, dengan layanan digital tersebut perseroan optimis dari program satu juta rumah itu, tahun ini BTN bisa melakukan pembiayaan 600.000 unit rumah. Sedangkan tahun depan, ditargetkan pembiayaan akan bertambah lagi menjadi 700.000 unit. “Kalau ada holding bank BUMN, bahkan kami optimistis bisa mengejar dua juta unit agar backlog perumahan bisa terus berkurang,” katanya.


Maryono optimistis program satu juta rumah akan sangat diminati masyarakat khususnya untuk tipe menengah-bawah. Pasalnya, dibeberapa daerah potensi dan permintaan akan rumah masih sangat tinggi. “Untuk rumah menengah atas memang permintaannya masih lambat. Tetapi untuk menengah bawah permintaannya sangat tinggi,” jelasnya.


Dia mencontohkan banyaknya permintaan pembangunan rumah di sepanjang pinggir tol Cikampek-Palimanan (Cipali). Selain itu, dampak pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi kawasan di sekitar lokasi yang sedang dikembangkan. “Ini tentu berdampak pada permintaan rumah juga,” paparnya.


Menurut Maryono, adanya pembangunan Tol Cipali sangat dirasakan masyarakat, ini terlihat dari permintaan hunian di Kabupaten Batang, Semarang dan Cirebon, Jawa Barat. “Di Kabupaten Batang ada permintaan rumah baru sebanyak 3.000 unit, dimana sekarang telah teralisasi sekitar 1.200 unit. Sedangkan di wilayah Cirebon, Jawa Barat ada permintaan 6.000 rumah baru,” katanya.


Berdasarkan laporan keuangan per 31 Maret 2016, pembiayaan perumahan kelas menengah bawah yang menjadi bisnis inti Bank BTN, mencatatkan adanya peningkatan.  Kredit dan pembiayaan yang disalurkan naik 18,9%, dimana pertumbuhan tersebut diatas rata-rata industri yang hanya naik sekitar 8,1%.  Adanya peningkatan kredit mendorong aset Bank BTN naik 19,5% menjadi Rp143 triliun. Ini juga berada diatas rata-rata industri yang rata-rata hanya tumbuh 7,6%.


Adapun total aset Bank BTN saat ini tercatat mencapai Rp178 triliun berada di posisi keenam perbankan terbesar di Indonesia, menggeser PT Bank Permata Tbk (BNLI) yang sekarang turun pada posisi tujuh.